powered by Google

Foto komunitas Alumni ITB sedang tersenyum ?

Minggu, 30 Oktober 2011

Hai rekan-rekan,



Siapa yang punya foto komunitas Alumni ITB sedang tersenyum ?
Foto tersebut akan dipakai untuk logo portal Senyum-ITB seperti contoh di bawah ini.






Tolong kirim ke email Senyum-ITB-owner@yahoogroups.com
Terima kasih sebelumnya ya.




Salam maniez,

;-))
Maria Selena & 99Venus Team
Alumni SBM-ITB yang jadi Putri Indonesia






















Baca juga :
Maria Selena, Puteri Indonesia 2011, di Pameran Otomotif Medan (POM) 2012


--------------------------



 

OVJ - Andre dan Sule Battle Ngegombalin Maria Selena


Published on Apr 12, 2013
Opera Van Java edisi kamis, 11 April 2013 bertajuk "Tragedi Jurik Malam". menghadirkan bintang tamu Putri Indonesia 2012, Maria Selena.

Semua hak cipta atas tayangan ini adalah milik Trans7.





Miss Indonesia at Miss Universe 2012 (Maria Selena HIGHLIGHTS)

Published on Jan 10, 2013
Intervierw Web - Interview with CHI - Intto Fashion Show - PRELIMINARY SHOW - and more video at quarantine - National Costume in OTHER SHOT!!

Maria Selena Nurcahya born September 25, 1990 in Palembang, South Sumatera is an Indonesian beauty pageant titleholder who was crowned Puteri Indonesia 2011 and was represent her country in Miss Universe 2012 pageant. And Placed TOP 10 at Best National Costume.

Read more...

Daendels dan Jalan Raya Pos

Prolog
Tanggal 5 Mei 1808, Gubernur Jendral Herman Willem Daendels sedang naik kereta kuda melanjutkan perjalanan dari Buitenzorg (Bogor) menuju Semarang dan akan terus ke Jawa bagian timur. Jalan-jalan ini sebenarnya sudah ada sebelumnya meskipun bukan jalan besar, baru berupa jalan kecil yang dahulu pernah dipakai Sultan Agung dari Mataram ketika menyerang Batavia pada tahun 1628-1629. Sepanjang perjalanan Daendels berpikir, bagaimana ia bisa mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris, dengan kondisi jalan yang buruk. Daendels yang memang suka membaca buku, teringat dengan jalan Raya Pos yang dibuat pada Masa Imperium Romawi, yang terkenal dengan nama Cursus Publicus (lembaga perposan waktu itu). Kekaisaran Romawi membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan Roma dengan kota-kota jajahannya yang meliputi hampir seluruh Eropa Barat.
Rupanya kebijakan yang pernah ditempuh Kekaisaran Romawi sehingga mampu mengikat daerah jajahannya, sebelum hancur pada tahun 476 M itu, memberikan inspirasi kepada Daendels untuk menempuh kebijakan yang sama di Pulau Jawa. Sebagai langkah pertama, masih dalam perjalanan itulah,  Daendels memutuskan untuk membangun Jalan Raya Pos antara Buitenzorg-Karangsambung (Tomo sekarang) melalui Cipanas, Cianjur, Bandung, Parakanmuncang, dan Sumedang.  
            Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, memimpin daerah jajahan Nusantara ini selama tiga tahun saja (1808-1811). Meskipun masa menjajah relatif singkat, namun Daendels telah menorehkan namanya sendiri, terutama di Pulau Jawa, sebagai penjajah yang kejam. Orang Sunda mengenalnya sebagai ”Jenderal Guntur” atau ”Mas Galak”. Julukan terakhir ini diambil dari nama lengkapnya yaitu ”Maarschaalk H.W. Daendels”. Orang Sunda sulit mengucapkan ”maarschaalk” sehingga kata tersebut mengalami ”verbastering” menjadi ”Mas Galak”. Perubahan pengucapan ini sesuai dengan ”kirata basa” (=dikira-kira sugan nyata, artinya ”diperkirakan barangkali sesuai kenyataan) karena Daendels dikenal sebagai orang yang kejam, galak. Salah satu tindakan yang menyiratkan kekejamannya ini adalah pembuatan Jalan Raya Pos (Grote Postweg) dari Anyer di Pulau Jawa bagian barat  hingga Panarukan di ujung timur Pulau Jawa, sepanjang kurang lebih 1000 km, yang memakan ribuan korban jiwa.
            Pemerintahan Daendels dan Jalan Raya Pos itu, tahun 2008 ini sudah berumur dua abad. Ada jarak waktu yang cukup untuk menilai kembali apakah Daendels benar-benar jahat penuh cela, atau barangkali ada sesuatu yang bisa dinilai sebagai jasa

Siapakah Daendels?
Herman Willem Daendels dilahirkan pada tahun 1762 di Gelderland, Belanda, sebagai putra seorang anggota pemerintah kota bernama Burchard Johan Daendels. Pada tahun 1783 Daendels lulus dari sekolah hukum dengan gelar ”Meester in de Rechten” (Mr.). Kemudian ia aktif dalam gerakan politik lokal yang disebut Kaum Patriot dan sangat terpengaruh oleh Revolusi Perancis.  Ketika Prusia menyerbu Belanda, ahli hukum ini ditunjuk menjadi komandan sukarelawan untuk menghadapi musuh, tetapi pasukan ini kocar-kacir menghadapi pasukan tentara profesional musuh. Selanjutnya Daendels menjadi pedagang senjata yang mensuplai senjata ke Perancis. Disitulah ia mendapat kepercayaan dari para petinggi Perancis dan kemudian membentuk Tentara Pembebasan Nasional, yang merupakan bagian dari Tentara Revolusioner Perancis. Pada tahun 1795 Daendels kembali ke Belanda sebagai Jenderal Tentara Perancis dan melakukan revolusi pembebasan Belanda (untuk kemudian dijadikan bagian dari Perancis!). Pasca revolusi, Daendels hidup sebagai tuan tanah di Veluwe.

Menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda
Pada tahun 1808, Raja Belanda yaitu Louis (Lodewijk) Napoleon, saudara Kaisar Perancis, Napoleon Bonaparte, meminta Daendels untuk menyelamatkan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Perancis saat itu memang sudah mengalami berbagai kekalahan di beberapa medan tempur melawan Persekutuan Eropa. Dengan semangat Revolusi Perancis ”liberte, egalite, fraternite” (kebebasan, persamaan, persaudaraan) Maarschalk Herman Willem Daendels tiba di Anyer, Banten, pada tanggal 5 Januari 1808. Pada tanggal 14 Januari 1808, ia menggantikan Gubernur Jenderal A.H Wiese, sebagai pimpinan tertinggi di Hindia Belanda..

Pembangunan Jalan Raya Pos
Tugas utama Daendels ,yaitu mempertahankan Pulau Jawa. Langkah pertama yang dilakukannya: ia melakukan perjalanan dari Batavia ke ujung timur Pulau Jawa. Dari Batavia Daendels menuju Buitenzorg (Bogor). Dalam perjalanan inilah seperti dikemukakan pada awal tulisan, Daendels mengambil keputusan untuk membangun Jalan Raya Pos.
Untuk pembangunan jalan itu, Daendel menyediakan dana yang dihitung antara 1-10 ringgit perak/m (bergantung daerahnya). Selain itu, disediakan tenaga bantuan sejumlah 1100 orang dari Jawa. Pembangunan jalan diawasi oleh Kolonel Lutzov, pimpinan Zeni dan dibantu 2 orang insinyur dan Komisi Negara. Tentu saja, dana dan bantuan itu relatif kecil dan jauh dari cukup. Pada pelaksanaannya, pembangunan jalan dibebankan kepada para bupati yang daerahnya dilewati jalan tersebut dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja rodi. Karena beratnya medan yang harus dihadapi terutama di Megamendung (Puncak)-Cianjur, Parakanmuncang Sumedang, juga karena para kuli itu bekerja di tempat yang sangat jauh, banyak yang kelelahan, kelaparan, dan juga mati karena penyakit malaria. Diberitakan misalnya, ketika pembuatan jalan melalui Megamendung, sekitar 500 pekerja dari Galuh (kemudian disebut Ciamis) yang tewas. Ketika pembangunan melewati Sumedang, yaitu daerah yang dikenal dengan nama Cadas Pangeran sekarang ini, banyak pekerja tewas karena daerah itu berbatu (cadas) dan penuh nyamuk malaria. Bupati Sumedang waktu itu Rd. Tmg A.A. Surianagara (yang nantinya dikenal sebagai Pangeran Kornel) dengan berani, protes kepada Daendels. Diceritakan, bahwa ketika Bupati ini bertemu dengan Daendels, ia menyalami Jenderal Guntur itu dengan tangan kiri sedangkan tangan kanannya memegang hulu keris. Ini menyiratkan bukan sekedar protes namun juga ancaman. Rupanya Daendels menghargai keberanian itu dan menerima protes dengan memberikan bantuan pasukan Zeni untuk menyelesaikan jalan tersebut.
Pembangunan Jalan Raya Pos diteruskan ke Timur, melalui Cirebon, Losari, Brebes, Tegal, Pekalongan, Batang, Weleri, Kendal, Semarang, Kudus, Pati, Juwana, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Wonokromo, Sidoarjo, Porong, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Kraksaan, Besuki, dan berakhir di Panarukan. Dengan menggunakan tangan besi, tenaga rodi, Daendels berhasil membangun Jalan Raya Pos itu dalam waktu satu tahun. Dalam catatan Pemerintah Interregnum Inggris, korban tewas dalam pembangunan jalan ini sekitar 12.000 orang. Daendels rupanya sempat ”sadar”, terbukti pada tanggal 28 Maret 1809, kepada pekerja dari Kabupaten-kabupaten Jakarta dan Priangan diberikan bantuan 1,5 pon beras per hari dan 5 pon garam per bulan untuk tiap orang. Namun, bantuan itu tetap saja tidak cukup. Yang jelas, semboyan Revolusi Perancis yang dibawa Daendels, hanya lip-service belaka rupanya.
Jalan Anyer-Panarukan itu sebenarnya tidak pas dibangun dalam setahun dan sesudahnya perlu dilakukan perbaikan berkali-kali. Sebagian Jalan Raya Pos itu ternyata juga bukan jalan baru, Daendels hanya memperbaiki dan melebarkan jalan tersebut, seperti disebutkan dalam sumber-sumber Inggris. Di beberapa tempat jalan tersebut masih tetap dipisahkan oleh sungai sehingga harus disambung dengan rakit atau perahu. Misalnya untuk menyebrangi Sungai Cimanuk dari Karangsambung ke Cirebon harus memakai rakit.
Selama empat puluh tahun hanya kereta pos milik pemerintah dan kereta milik pribadi (orang Belanda) dan elite pribumi yang boleh lewat jalan tersebut, sedangkan gerobak atau cikar milik rakyat tidak boleh melewatinya karena dikhawatirkan akan merusak jalan. Mereka tetap harus melewati jalan –jalan yang kondisinya buruk untuk bisa bepergian ke luar kota. Baru pada tahun 1853 semua kendaraan boleh lewat jalan tsb.
Sejalan dengan pembangunan Jalan Raya Pos, dengan pertimbangan strategis, beberapa ibukota kabupaten dipindahkan ke pinggir jalan tersebut. Misalnya ibukota Kabupaten Bandung dipindahkan dari Dayeuh Kolot (di tepi Sungai Citarum) ke Kota Bandung sekarang, ibukota Kabupaten Parakanmuncang (Cicalengka kemudian) dipindahkan ke Andawadak (Tanjungsari sekarang).
Selain membangun Jalan Raya Pos, untuk menghadapi serbuan Inggris, Daendels membangun benteng-benteng di tempat yang mungkin didarati pasukan Inggris. Dimulai dengan pembangunan pelabuhan Angkatan Laut di Ujung Kulon (Meeuwen Baai). Untuk keperluan itu Daendels memerintahkan Sultan Banten agar mengirimkan pekerja rodi sebanyak-banyaknya. Beratnya kerja rodi, tanpa jaminan makanan, menyebabkan banyak pekerja yang tewas atau melarikan diri. Daendels memberikan ultimatum kepada Sultan Banten agar mengirimkan 1000 tenaga rodi tiap hari, menyerahkan Patih Mangkubumi Wargadiraja yang dianggap sebagai biang keladi kaburnya para rodi, dan Sultan harus segera memindahkan keratonnya ke daerah Anyer karena di Surosowan akan dibangun benteng Belanda. Sultan Banten secara tegas menolak permintaan dan tuntutan Daendels. Pada tanggal 21 November 1808 Daendels menyerang Surosowan, Sultan Banten ditangkap kemudian ditahan di Batavia. Setelah itu diasingkan ke Ambon. Sementara itu, Patih Mangkubumi dihukum pancung dan mayatnya dibuang ke laut. Untuk memerintah wilayah Banten, Daendels mengangkat sultan pengganti dan dijadikan dijadikan pegawai pemerintah kolonial. Tindakan Daendels mengakibatkan timbulnya perlawanan rakyat Banten. Sultan baru pun ditangkap dan dipenjarakan di Batavia. Benteng dan istana Surosowan dihancurkan dan dibakar. Pembangunan pangkalan militer di Ujung Kulon dihentikan karena banyaknya pekerja yang mati di daerah berawa-rawa itu dan kemudian dialihkan ke Anyer.

Jasa Daendels
Kalaulah dapat dikatakan sebagai jasa Daendels, setidaknya pembangunan Jalan Raya Pos itu memberikan manfaat juga. Sebelum jalan tersebut dibangun, orang menyampaikan surat dari Batavia ke Surabaya memerlukan waktu 14 hari dalam musim kemarau atau 3 minggu bila musim hujan. Orang bepergian memerlukan waktu satu bulan untuk melakukan perjalanan dari Batavia ke Surabaya pada musim kemarau. Sesudah dibangun Jalan Raya Pos, surat-surat dari Batavia ke Surabaya hanya perlu waktu 6-7 hari, dengan kereta pos yang diberangkatkan 2 kali seminggu. Di sepanjang jalan ini dibangun stasion-stasion pos dan kandang kuda pos dalam jarak-jarak tertentu (antara 15-20 km). Antara Anyer -Batavia misalnya ada 14 stasion pos di mana kuda pos diganti. Sebelum jalan raya diperbaiki, dari Anyer ke Batavia diperlukan waktu empat hari, kini cukup satu hari saja. Kantor pos sebenarnya sudah didirikan pertamakali di Batavia pada tahun 1746. Waktu itu surat dikirim via Karawang dan Cirebon.

Akhir Jabatan Daendels
Daendels menjalankan pemerintahan yang bersifat sentralistis. Semua urusan pemerintahan, baik pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah diatur dari pusat dengan instruksi dari gubernur jenderal. Daendels ingin menjalankan pemerintahan secara langsung (direct rule), tanpa perantaraan sultan atau bupati. Sejalan dengan hal tersebut, Daendels melakukan birokratisasi di kalangan pemerintahan tradisional, para sultan dan bupati dijadikan pegawai pemerintah yang menerima gaji, di bawah pengawasan prefek. Sistem pergantian sultan dan bupati secara turun temurun tidak diakui, kemudian diganti sistem penunjukkan. Kekuasaan mereka pun berangsur-angsur dikurangi. Dalam hal sikapnya yang anti-feodal ini terlihat semangat Revolusi Perancisnya.
Perilaku Daendels yang terlalu keras, otoriter, kejam, yang jelas-jelas berlawanan dengan semboyan Revolusi Perancis yang dibangga-banggakannya, terdengar juga ke Negeri Belanda. Daendels pun  harus meninggalkan segala proyeknya yang belum selesai di Jawa dan ia dipanggil pulang ke negerinya dan diterima kembali sebagai Jenderal Divisi dalam Tentara Besar Kaisar Napoleon di Paris. Setelah kekaisaran Perancis jatuh, Dandels dikirim Raja Belanda sebagai Gubernur di Gold Coast Afrika dan meninggal di sana pada tahun 1818.. Kini peristiwa itu telah berlalu dua abad. Kita dapat menimbang dengan jelas, apa jasa dan cela Daendels, Jenderal Guntur yang galak itu.

Read more...

1000 Donatur untuk 100 Mahasiswa BIUS 2011

 From: Betti S Alisjahbana 
Date: Sun Oct 30, 2011 4:48 pm
Subject: 1000 Donatur untuk 100 Mahasiswa BIUS 2011


Dear All,


Sebagai kelanjutan dari "Malam ITB Kita", target kami adalah mencari 1000 donatur, masing-masing menyumbang Rp. 100.000/bulan untuk membiayai 100 mahasiswa BIUS 2011.
Terlampir adalah video keren, yang mendapat banyak pujian,  tentang BIUS yang menceritakan latar belakangnya.



Apabila Anda tertarik menjadi donatur dapat mengirimkan e-mail ke betti.alisjahbana@gmail.com.
Staff BIUS akan segera memfollow up nya.


--
Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana



Read more...

Situs Kerajaan Sunda tidak pernah ditemukan secara utuh ?

From: Nina Herlina Lubis
Sender: itb75-res@yahoogroups.com
Date: Sun, 30 Oct 2011 17:47:29 +0700
To:
ReplyTo: itb75-res@yahoogroups.com
Subject: Re: [itb75-res] Situs Kerajaan Sunda tidak pernah ditemukan secara utuh ??

Mas Bambang, untuk mengetahui apa dan bagaimana Kerajaan Sunda, bisa membaca buku "Sejarah Tatar Sunda"
yang saya susun bersama tim, (2003) dan buku ini sudah saya revisi, dan diberi judul baru "Sejarah Provinsi Jawa Barat"
(2011), 2 jilid.
Dalam jilid 1, akan sangat jelas, bahwa pusat Kerajan Sunda itu berpindah-pindah, mulai dari Galuh, Kawali, hingga Pakuan Pajajaran.
Namanya disebut sesuai nama ibukotanya. Kerajaan ini eksis paling lama di Nusantara yaitu dari abad ke-9 hingga abad ke-16 (1579). Namun peninggalan arkeologisnya tidak banyak, hanya beberapa prasasti saja, bekas benteng.

Selain itu ada juga beberapa naskah kuno yg berasal dari masa Pajajaran (seperti Bujangga Manik, yaitu reisverhalen yg ditulis oleh seorang pangeran dari Pajajaran), Carita Parahyangan yg ditulis tahun 1580, Amanat Galunggung, Sanghyang Siksakandang Karesian, dan Sewaka Darma. Kerajaan yg wilayah kekuasaannya meliputi Provinsi Banten, DKI, Jabar dan sebagian Jateng ini, juga tidak meninggalkan tinggalan arkeologis berupa bangunan keraton (istana) karena dulu istana dibangun dg kayu.

Cirebon, sebelum menjadi kerajaan/kesultanan, pada akhir abad ke-15, adalah wilayah bawahan Kerajaan Sunda, yang dg usaha Syarif Hidayatullah akhirnya menjadi kerajaan sendiri. Syarif Hidayatullah bukanlah orang Sunda/orang Priangan. Menurut beberapa sumber ia diduga berasal dari Samudra Pasai, namun secara mitis-genealogis, ia dikisahkan dalam historiografi tradisional (yg mencampuradukkan mitos, sastra dan sejarah) berjudul Carita Purwaka Caruban Nagari, sebagai cucu Prabu Siliwangi. Kerajaan (nantinya menjadi kesultanan) Cirebon memiliki budaya sendiri, Jawa Cirebon dan Sunda Cirebon, termasuk arsitekturnya pun demikian. Mereka membangun keraton dg arsitek dari bekas Majapahit sehingga tinggalan arkeologisnya (keraton, masjid, taman) masih bisa dilihat sampai sekarang....

Nah, untuk lebih lengkapnya , bisa dibaca ya di buku yg saya sebut itu Mas Bambang....





2011/10/30 Bambang Setijoso <bambang_setijoso@hotmail.com>

Menurut yang saya baca dalam link berikut ini, situs Kerajaan Sunda tidak pernah ditemukan secara utuh.
Apa betul? bagaimana menurut pendapat anda?

Ini cuplikan singkatnya:

Para peneliti boleh bersilang pendapat soal di mana sesungguhnya letak kerajaan Sunda,
Padjadjaran, karena memang hingga hari ini tidak pernah ditemukan situs-situsnya secara utuh.
Namun di Cirebon, tak perlu ada silang pendapat soal di mana letak pusat kekuasaan Cirebon masa lampau.


http://sundaislam.wordpress.com/polemik/jawa-barat-tak-cuma-sunda/



Salam
Bb

Read more...

Komodo: The Last Living Dinosaur on Earth

Sabtu, 29 Oktober 2011

Komodo: The Last Living Dinosaur on Earth


Oke, mari kita mulai postingan ini dengan pertanyaan dari rekan saya saat mengikuti hunting di Taman Nasional Komodo, Bang Yudi @kudaliarr.
Pertanyaannya ada dua. Pertama, kenapa sih Taman Nasional Komodo harus dipilih menjadi The New Seven Wonder of Nature? Yang kedua, kalau Komodo terpilih menjadi satu dari tujuh keajaiban dunia, apa untungnya buat Indonesia yang telah melakukan promosi secara besar-besaran untuk program ini?
Sebelumnya saya jelaskan sedikit, program hunting foto dan video di Taman Nasional Komodo yang saya ikuti beberapa hari yang lalu, diselenggarakan oleh Kementrian Budaya dan Pariwisata RI untuk satu tujuan yaitu mendongkrak angka voting Komodo National Park for the New Seven Wonders of Nature in the World. Dalam ajang ini Komodo memang harus bersaing dengan 27 finalis ajaib lain di dunia, seperti Dead Sea, Grand Canyon, Bay of Fundy, Masurian Lake District, Puerto Princesa Underground River, dan sebagainya.
Hingga saat ini voting memang terus berjalan, dan hasilnya akan diumumkan tahun depan pada 11-11-2011. Sekarang komodo mengantongi angka voting pada kisaran 40-50%, dengan 90% voters berasal dari Indonesia. Tapi rupanya itu tidak cukup, sodara-sodara. Coba klik tautan berikut, lihat sendiri statistik hasil perhitungan ranking terakhir minggu ini. See, angka segitu ternyata masih harus dipompa terus agar bisa menyalip finalis-finalis yang sempat saya sebutkan tadi.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh Kementrian Budaya dan Pariwisata adalah mengirim fotografer, videografer, media dalam dan luar negeri, plus selebriti selama beberapa hari di Taman Nasional Komodo untuk membantu kampanye Seven Wonders ini sesuai dengan bidang yang digelutinya.

Oke, karena saya hanyalah seorang travel writer dan fotografer kacangan, maka satu-satunya cara yang bisa saya lakukan (selain melakukan voting, tentu saja) adalah menceritakan pada Anda sekalian, pembaca yang budiman, betapa Komodo itu layak mendapatkan posisi satu dari tujuh keajaiban dunia. Jadi ya, saya mohon maaf lahir batin tidak membuat travelogue seperti biasa, karena menurut saya ini lebih penting daripada mengawali tulisan dengan keindahan pantai berpasir putih... Em, kalau pengen tahu masalah How to Get There and Where to Stay selama saya berada di Taman Nasional Komodo, silahkan kirim e-mail ke blog ini, insya Allah bisa saya beri rekomendasi. Atau bisa melalui tautan berikut ini dan ini.

Komodo (Varanus komodoensis), yang sering kali disebut dengan panggilan sadis The Dragon ini, merupakan spesies purba endemik yang hidup dari zaman Tertiarum, yang ‘seharusnya’ sudah punah seperti teman-teman seangkatannya, T-rex dan berbagai jenis hewan purbakala lain yang memang sudah habitatnya sekarang berpindah ke museum sebagai jejeran fosil saja. Ajaibnya, hingga zaman Twitter seperti sekarang ini, si komodo ini lah kok masih eksis gitu. Hidup dalam jumlah populasi yang stabil yaitu sekitar 2500 ekor di Indonesia, tepatnya di Taman Nasional Komodo yang mencakup tiga pulau yaitu Pulau Rinca (1100 ekor), Pulau Komodo (1300 ekor) dan Pulau Padar (100 ekor).

Dari jumlah sekian itu, perbandingan antara yang jantan dengan betina adalah 3 banding 1. Maka tidak heran jika pada musim-musim kawin (Juli-Agustus), banyak pejantan usia produktif (di atas tiga tahun) yang terlibat pertarungan sengit demi nge-date dengan seekor betina. Yang jadi looser silahkan gigit jari, sedangkan pemenang akan mendapatkan mempelai wanita dan siap bersembunyi di hutan untuk melangsungkan perkawinan. Yeap! Wisatawan yang berkunjung pada bulan Juli-Agustus mungkin, mungkin lho ya, bisa menyaksikan pemandangan raksasa-raksasa ini saling menyerang rebutan cewe. Tapi ya harus sabar tingkat internasional juga, menghadapi kenyataan jika tidak menemukan seekor komodo pun karena mereka, adalah tipikal hewan yang tidak suka memperlihatkan diri jika musim kawin tiba.
Komodo betina akan bertelur pada bulan September. Lalu dia akan menggali tanah untuk mengubur dan mengamankan calon-calon bayinya hingga tanah yang menimbunnya cukup padat dan tidak tercium oleh komodo dewasa lain. Ow yeah, mereka kanibal. Anak sendiri bisa dimakan. Selain komodo dewasa, yang menjadi predator telur adalah sekawanan babi hutan. Makanya induk betina akan berjaga selama beberapa minggu di atas gundukan tanah tersebut (Biasa disebut dalam TNK sebagai Sarang) hingga kondisi aman.

Seekor betina bisa menghasilkan 10 hingga 35 telur, dengan prosentase menetas mencapai 80%. Yah, angka yang cukup tinggi dari masalah kepunahan, bukan?? Tapi ya itu… setelah menetas pada bulan Maret-April, komodo imut-imut pemakan insect ini akan benar-benar diuji ketentraman hidupnya. Hanya dia yang mampu lolos dari predator lah yang bisa survive hingga dewasa. Diperkirakan usia komodo bisa mencapai 50 tahun, dan kalau ada komodo mati ya biasanya ngga berbekas apa-apa.

Begini, komodo akan melahap mangsa hingga tetes terakhir! Tulang pun akan dicerna dan dikeluarkan menjadi butiran kalsium. Makanya kotoran komodo pun warnanya putih. Dan dia biasanya hanya meninggalkan kenang-kenangan berupa helaian rambut dan kuku saja. Kata Pak Dacosta, polisi hutan yang saya kenal di sana, hanya dua hal itu yang tidak bisa dicerna oleh komodo.
”Kalau punya musuh, lempar saja ke Komodo, Mbak... Kalau dimakan komodo, pasti tidak ada bekasnya, hahaha...” canda lelaki Flores itu. Saya meringis maksa.

Tapi ya, serius, kita sebagai pengunjung memang harus ekstra hati-hati selama berada di dalam Taman Nasional. Jangan melakukan hal-hal spontan, jangan berisik dan terlebih lagi jangan berkunjung saat datang bulan, wahai wanita-wanita... Komodo dengan mudah mencium bau darah yang akan meningkatkan nafsu makannya, bagaikan anak kecil diberi asupan Scott’s Emulsion. Laper, Mama...
Komodo bertebaran bebas di taman nasional ini, ada yang manjat di pohon (oh yes, they can swim too), ada yang tidur-tiduran di bawah barak Ranger (sebutan untuk jagawana Komodo), ada juga yang jalan-jalan dengan gagah menjulurkan lidah bercabangnya yang berwarna merah jambu pucat, atau banyak pula yang hanya diam di tempat, tengok kanan kiri sambil pamer air liurnya yang terkenal mematikan karena mengandung enam puluh jenis bakteri itu. Beberapa kali saya sempat mengira mereka sebagai potongan kayu mati. Lah wong warnanya hampir sama, untung saya ngga inisiatif duduk di atas kayu mati palsu itu.
Komodo memiliki tiga titik lemah, yaitu mata, leher dan kepala. Makanya, tiap trekking, para Ranger selalu berbekal senjata berupa tongkat kayu panjang dengan ujung bercabang dua. Kali aja, hewan purba yang bisa mencapai panjang 3 meter dan berat 90 kg ini lagi badmood. Sodorkan saja tongkat-tongkat itu ke tiga daerah sensitif tadi, agar dia tidak menyerang kita.


Dalam Taman Nasional ini saya juga sering menemukan gerombolan rusa asik ngemil biji asam. Pohon asam memang vegetasi yang banyak tumbuh di sini, selain jarak, srikaya dan gebang. Ada anggrek juga lho di sini, tumbuh liar di batang-batang pohon. Berbagai jenis burung, seperti kakak tua, gagak, juga hewan kecil lain seperti siput unik bercangkang kuning menyolok, sempat saya lihat selama trekking di Pulau Rinca dan Komodo. So wildlife banget lah!! :D




Karena komodo berstatus sebagai predator utama, maka menjaga kelestarian rusa, babi, dan sebagainya dari perburuan liar, adalah tugas penting polisi hutan di sini. Intinya, jangan sampai komodo kekurangan makanannya sehingga beresiko menyerang penduduk desa Komodo di sekitar pulau tersebut.
Oke, apakah si naga tanpa sayap dan semburan api ini sudah cukup ajaib bagi Anda? Vote sekarang juga kalau begitu!!!
Lalu, kalau apa untungnya bangsa ini jika Komodo sudah menang voting dan resmi menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia, dengan promosi besar-besaran seperti ini?? Jawaban berikut ini berasal dari tulisan Pak Hanif dari pihak Kementrian Budaya dan Pariwisata, sekaligus orang yang memperkenalkan saya pada website pariwisata Indonesia milik BudPar www.indonesia.travel (@indtravel). Sengaja saya copas dari milis, agar kalian semua, para pembaca yang budiman, bisa turut memahami betapa promosi wisata sangat penting untuk mengangkat nama Indonesia di masa akan datang.


Untuk jangka pendek, jelas tujuan pemerintah adalah meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan asing ke Taman Nasional Komodo (TNK), dengan demikian otomatis akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, karena pendapatan sektor pariwisata bisa langsung dinikmati oleh daerah setempat, yaitu melalui hotel, airline, travel, restoran, pedagang souvenis, pengusaha kapal, guide dan sebagainya.

Sebagai catatan semenjak BudPar mempromosikan TNK secara besar-besaran mulai tahun 2008, jumlah kunjungan ke TNK pada 2009 naik hingga 67% (naik sekitar 15.000 orang), jika rata-rata pengeluaran wisatawan asing USD 1000 berarti devisa yang diperoleh adalah USD 15 juta (sekitar 140 M).

Selain itu, melalui seven wonders ini, citra Indonesia bisa meningkat di mata internasional, mereka bisa melihat keseriusan pemerintah dalam mengelola aset dunia, karena TNK merupakan warisan dunia.

Jangka panjang, tentu menjaga kelestarian lingkungan hidup. Logikanya semakin terkenal suatu destinasi, semakin banyak orang yang peduli terhadap destinasi tersebut, khususnya dalam menjaga dan memeliharanya.

Jangan sampai anak cucu kita hanya bisa melihat komodo lewat film seperti Jurrasic Park!
Namun perlu diketahui pula, bahwa kunjungan yang tidak terkontrol ke TNK dapat membuat komodo stress dan dapat membahayakan pengunjung. Menurut penelitian batas aman jumlah kunjungan ke TNK adalah 500 orang per hari, di sesuaikan dengan jumlah komodo dan jagawana yang ada di TNK.


Selain melakukan trekking di Pulau Rinca (Loh Buaya) dan Pulau Komodo (Loh Liang) yang sangat menawan itu, jangan lupa untuk mampir ke Pulau Kalong, Pulau Papagaran, Pulau Mesah, dan Pink Beach. Pastikan Anda melihat lumba-lumba juga di perairan ini. Snorkeling dan diving adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan. Ada surga bawah laut yang sangat layak untuk dinikmati.
Pink beach adalah destinasi yang wajib hukumnya! Dari kejauhan sih memang tidak terlihat pink-nya yah, tapi coba mendekat dan letakkan segenggam pasir di tangan, barulah Anda akan melihat keajaiban lainnya. Pasir putih bercampur butir-butir pecahan koral merah tersebar di seluruh pantai ini. Amaziiiinggg! Anda bisa snorkeling di pantai atau trekking ke bukit teratas. Merekam gambar sebuah pantai biru jernih dengan pasir berwarna merah jambu yang dikelilingi gundukan bukit-bukit hijau. Sumpah, ngga bakal rugi mampir ke pantai ini!


Oh iya, satu lagi, jangan pernah bepergian ke Indonesia bagian Timur ini dengan tidak menikmati sunset! Ya ampun, dosa besar kalo Anda malah tidur kala matahari tenggelam! Sunset di Pulau Kalong, misalnya... Widdddiihh, sadis beraaatt!! Pada pukul 18.00-19.00 WITA, kala matahari sudah ingin menutup hari dengan hanya meninggalkan hamparan cahaya merah di langit; ribuan (entahlah saya ngga ngitung juga...) kalong akan keluar terbang dari Pulau tersebut, berhamburan, berdesakan, dan tampak sangat tergesa-gesa. Entah mereka akan pindah kemana, yang jelas keesokan harinya, dan hari-hari berikutnya, pemandangan langit merah dan ribuan kalong terbang ini akan terlihat jika kapal Anda dihentikan di depan Pulau Kalong pada jam tersebut. Kalau beruntung, mungkin Anda bisa melihat Batman juga, sapa tau ikut memeriahkan rombongan hewan nokturnal ini.



Sayangnya, tidak ada itinerary mampir ke Pulau Papagaran dan Pulau Mesah. Dari atas yacht, sambil mendengarkan cerita Pak Andi Sucirta yang pernah bertugas sebagai dokter di sana, saya hanya bisa memandang sederet kampung nelayan yang ada di dua pulau tersebut. Pulau Papagaran tampak berbeda dengan bukit-bukit merah yang menjadi background kampung kecil itu. Sedangkan Pulau Mesah menyajikan bukit-bukit batu berwarna putih yang menawan. Yap, semoga saja lain kali saya bisa menginjakkan kaki lagi di gugusan pulau di Nusa Tenggara Timur ini (Amin!)
Oke, semoga sedikit kampanye ini, mampu menggerakkan kursor Anda untuk turut voting melalui tautan berikut. Tentu saja saya ngga punya apa-apa sebagai imbalan Anda yang sudah menyumbangkan suara, tapi seriusss, yang sudah voting saya doakan bisa menginjakkan kaki di Pulau Komodo dan snorkeling di Pink Beach! :)

Read more...

Debut main Gamelan di KBRI Ottawa, Kanada

Rabu, 26 Oktober 2011

Halo teman2,


silahkan melihat debut grup Gamelan kami yg ada di Montreal ( Gamelan POERWOADI ), main gamelan di KBRI Ottawa, pada tanggal 17 Oktober 2011,
untuk menghibur para tamu.
Waktu itu kami latihannnya kurang banyak, maklum pada bulan Agusutus (bulan Ramadhan) praktis nggak ada latihan sama sekali.
Jadi kami cuma latihan 4 kali (1 x per minggu) sebelum manggung.




Kami terima segala kritk dg tangan terbuka, demi untuk kemajuan kami.

Wassallam.
Bambing






Read more...

SUM ingin mensinergikan alumni S1, S2 dan S3 ITB

Minggu, 23 Oktober 2011

SUM ingin mensinergikan alumni S1, S2 dan S3 ITB


Yogyakarta, 23 Oktober 2011.



“Sugeng Ndalu..” Begitu sapa SUMaryanto kepada rekan-rekan alumni ITB Yogya yang hadir di ruang Auditorium FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Minggu malam 23 Oktober 2011 saat Yogya diguyur hujan gerimis. Acara Ngobrol Bareng SUM yang diprakarsai oleh IA ITB tersebut dihadiri lebih dari 40an alumni ITB.


Pak Natsir Basuki sebagai Pengda IA ITB Yogya menyambut SUMaryanto dan rombongan dengan gaya khas Yogyakarta, tangan terbuka penuh tata krama halus. Kemudian Pak Natsir memberikan kesempatan kepada SUMaryanto untuk mengenalkan diri. Sumaryanto memulai dengan salam khas Yogya. Para alumni terkejut ketika SUMaryanto menuturkan bahwa kakeknya kelahiran Yogyakarta. Pengakuan SUMaryanto ini mendapat sambutan suka cita dari alumni yang hadir saat itu.

Ativitas filantropi SUMaryanto menjadi pembahasan utama malam itu. Revitalisasi pasar induk dan resi gudang, yang selama ini didorong olehnya bersama alumni ITB lain merupakan social entrepreneurship yang menguntungkan petani, konsumen, serta pengusaha. Ada sinergi yang bagus dengan revitalisasi tersebut, dimana ekonomi akan berkembang efisien dan efektif hingga kesejahteraan petani sebagai penghasil komoditi semakin meningkat.


Tanpa berlama-lama, perkenalan ditutup singkat karena SUMaryanto ingin mendengar lebih banyak dari alumni yang hadir. Acara tanya jawab dipimpin alumni senior Bapak Condroyono dengan lugas masuk ke inti persoalan kealumnian ITB. Pertanyaan mulai ditanyakan oleh Joko alumni EL 74 menceritakan pengalaman bersama SUMaryanto saat sejarah pendudukan ITB.

"Saya tidak mau menjawab semua pertanyaan, saya hanya ingin menyampaikan bahwa Ketua Alumni ITB itu ngga perlu hebat hebat amat karena alumni ITB itu sudah hebat-hebat ya tho?" Begitu jawaban Sumaryanto menjawab pertanyaan dari alumni Yogya dan langsung disambut tepuk tangan dan gelak tawa.

Pada kesempatan tersebut, SUMaryanto menekankan pentingnya sinergi alumni S1, S2, dan S3 ITB. Dia tidak ingin membeda-bedakan alumni ITB. Baginya, semua alumni ITB memiliki potensi yang kuat untuk memajukan bangsa.


"Kekuatan saya bukan yang hanya S1 ITB saja tapi juga komunitas alumni yang lulus S2 dan S3 ITB sebagai kekayaan potensi alumni ITB".


SUM- Yogya.jpg

SUMaryanto sedang berbincang-bincang dengan Alumni ITB di Yogya.



naraSUMber: Khalid Zabidi - SR 93, langsung dari Yogyakarta.

Read more...

Main gitar klasik di malam minggu

Sabtu, 22 Oktober 2011

Main gitar klasik di malam minggu



Karena Gilang IF05 mengajak main gitar klasik, maka saya mau main gitar klasik membawakan lagu Romance de Amor.







Selamat mendengarkan,

;-))
Jessica Ramos & 99Venus Team

Read more...

Video Streaming Kampanye Bersama di Medan

Video Streaming Kampanye Bersama di Medan










Yth Alumni

Video streaming telah 'on' di alamat :
http://speedytv.telkomspeedy.com/tv/

(contoh capture terlampir)




Salam
Eky S Pratomo-Tedjo EL83
Ket Dep Database, Informasi & Komunikasi
PP IA-ITB 2007-2011
=ESP=

Read more...

Anggota baru: Gilang IF05 mengajak main gitar klasik


Nama (Name) : Gilang Kautzar Wiraatmadja
Nama panggilan (Nickname) : Gil

Jurusan di ITB : Teknik Informatika
Jenjang S1 / S2 / S3 : S1
Angkatan Tahun : 2005
Personal Web/URL/Blog : http://fixmanius.multiply.com
Foto / Alamat Facebook : http://www.facebook.com/fixmanius

Profesi (Profession) : Pegawai Swasta
Keahlian (Expertise) : Classical Guitar

Alamat Rumah (Home Adr) : Jl Raya Desa Putra 52, Jagakarsa
Kota/Negara (City/Country): DKI Jakarta
Perusahaan (Company) : PT Generasi Indonesia Digital
Alamat Kantor (Office Adr): Jl Kuningan Barat no 8, Gedung Cyber lantai 8
Kota/Negara (City/Country): DKI Jakarta
Company Web/URL : http://www.gen.net.id

Tempat/Tanggal Lahir (Place/Date of Birth) : Birmingham, 29 Juli 1988
Umur (Age) : 23
Hobby/Life Style : Classical Guitar
Ceritakan 1 pengalaman berkesan semasa di kampus ITB : Rasa bangga dan berkesan ketika baru masuk (OSKM 2005) dan wisuda 2009.
Ceritakan juga 1 pengalaman berkesan sesudah berkarir : Rasanya belum ada :p
Interest (ketertarikan, aspirasi, minat) join : Terus diupdate dengan berbagai berita seputar ITB


Artikel terkait:
- Main gitar klasik di malam minggu

Read more...

Bersepeda di kehijauan sawah Ubud

Jumat, 21 Oktober 2011

Bersepeda di kehijauan sawah Ubud



Siapa mau ikut bersepeda di kehijauan sawah Ubud ?
Tunjuk jari yang tinggi, nggih !

Untuk melihat videoku bersepeda di kehijauan sawah Ubud,
silahkan mainkan video di bawah.
Kalau mau memberi komentar juga boleh kok.



Selamat bersepeda,

;-))
Teteh Julia Roberts & 99Venus Team




Baca juga :
Kang Richard Ge'er Datang Menjemputku

Quiz Foto di Akhir Pekan

-------------------






Peta lokasi Ubud, Bali


View Larger Map

Peta dari A (Bandara Ngurah Rai) ke B (Ubud).
Jarak sekitar 40 km. Waktu tempuh menggunakan mobil sekitar 1 jam.

Read more...

Debat Kandidat Batam

Debat Kandidat Batam, Amir Sambodo banget eui….

Batam, 21 Oktober 2011.





Bertempat di Politeknik Batam diadakan debat kandidat yang diselengarakan oleh IA Batam dan juga dihadiri secara komplit oleh seluruh kontestan kandidat IA ITB 2011, hadir juga panitia pelaksana Kongres IA ITB seperti Angin, Edy Pur dan John Helmy. Debat di Batam ini adalah debat resmi tetapi bukan yang wajib dihadiri 5 kandidat seperti yang digariskan oleh panpel kongres. Walau sedikit agak telat dimulai, acara berlangsung dengan baik sampai berakhirnya acara seperti biasa ditutup dengan photo bersama yang menunjukan bahwa persaingan kandidat berlangsung sengit, tetapi pada akhirnya ditutup dengan kebersamaan dan kemenangan IA ITB. Acara juga dihadiri oleh sekitar 120-150 alumni lintas jurusan dan angkatan yang berada di Batam.




Kata pembuka sambutan dilakukan oleh Mustofa Widjaya SI'73 yang juga Ketua IA ITB Batam yang sekaligus juga sebagai Ketua Otorita Batam. Dan selanjutnya debat dimoderasi oleh Eko Priono Sanyoto MS77 yang juga Direktur Politeknik Batam. Kepiawaian moderator terjadi saat secara berurutan mempersilahkan masing-masing kandidat menyampaikan hanya 1 program unggulan dan bukan visi misi atau lainnya yang memang sudah tertera didalam brosur yang disediakan oleh para timses kandidat, dan langsung saja ke pertarungan debat antar kandidat itu sendiri. Khusus pada kesempatan Amir Sambodo berbicara, Amir menguraikan soal program unggulan Indovasi, yaitu inovasi berbasis budaya dan kultur Indonesia, dimana perlunya membangun jaringan kerja alumni ITB yang profesional yang ada di korporasi, birokrasi sehingga alumni ITB tetap dan akan selalu menjadi yang terdepan. Dengan Indovasi Amir Sambodo akan mendorong tumbuhnya Creativity, Teknopreneur dan Penciptaan Bisnis Teknologi.






Yang menarik pada debat kandidat yang berlangsung, adalah catatan singkat dari kekhasan gaya para kandidat. Kandidat Amir yang selalu lugas dan tepat dalam memilih kata menekankan pada fokus pada pentingnya indovasi, Kandidat Nining menampilkan fokus pada karakter dirinya yang suka ngemong dan melayani, Kandidat Dasep menekankan penciptaan teknologi dan perusahaan teknologi yang berguna untuk masyarakat, Kandidat Sumaryanto memaparkan soal program unggulan sinergi alumni salah satu caranya dengan membentuk e-organisasi, terakhir Kandidat Dardak menjual ITB Tekno Tower.


Acara debat semakin malam semakin terus memasuki makna debat sebenarnya, seperti contoh saat kandidat SUM menyerang HD dengan mengatakan bahwa pembuatan jembatan Suramadu itu sebuah kesalahan.


Terima kasih dan selamat kepada IA ITB Batam atas penyelengaraan debat ini, semoga pada debat kandidat nanti malam di Medan berikutnya semakin baik dan para kandidat dapat menunjukan kepiawaian dalam karakteristik typical yang akan memimpin para alumni ITB yang terkenal kritis dan mempunya peran konstribusi yang besar pada wilayah dan profesi masing-masing. … Bravo IA Batam


Segera menyusul video ringkasan acara dan pidato lengkap Amir Sambodo.

Demikian paparan singkat dari acara tersebut dan nantikan even-even berikutnya dari “kolaborasi untuk negeri “– Amir Sambodo untuk IA ITB yang lebih baik..





Salam debat dari Batam


Nandang Solihin KI'86



dilaporkan untuk TSAS, reportase oleh Juwanda TI’01

Read more...

Berbagi Pengetahuan

Berbagi Pengetahuan
oleh : Rulan Kis (guru SMP-SMA)



Selama dua tahun awal sebagai guru di tahun 2009 dan 2010,saya melihat kenyataan
di kelas bahwa yang mendapat nilai 80 ke atas hanya sekitar 20% dari jumlah
siswa di kelas.Hal ini terjadi karena input yang masuk di sekolah saya bukanlah
anak-anak unggulan bernilai bagus,rata-rata mereka lemah di matematika dan
fisika.

Saya pun berpikir bagaimana meningkatkan persentase siswa yang bernilai 80 ke
atas ini secara signifikan,akhirnya tahun ini saya menemukan cara ini dan saya
terapkan di tiap kelas baik di smp-sma.
Cara ini saya terapkan untuk bab-bab yang banyak menggunakan analisa dan
perhitungan,caranya sebagai berikut :

1. Setiap saya selesai menjelaskan sebuah materi dengan disertai contoh
soal,maka saya akan mengadakan kuis mendadak.Dalam kuis ini setiap siswa harus
boleh melihat buku tapi tidak boleh bekerjasama dengan temannya.

2. Saya akan mengoreksi hasilnya secara kilat untuk memilah mana jawaban yang
benar dan yang salah untuk melihat mana murid yang sudah paham dan mana yang
belum.

3. Murid-murid yang sudah paham akan saya tulis di papan tulis dan mereka berhak
menyandang status sebagai teacher.

4. Murid-murid yang belum paham boleh memilih gurunya masing-masing dari
teman-temannya yang namanya ditulis di papan tulis tsb.

5. Saya beri kesempatan bagi murid-murid yang belum paham untuk belajar pada
murid-murid yang telah paham yang namanya ditulis di papan tulis.

6. Bagi yang telah siap boleh menemui saya untuk saya uji pemahamannya untuk
mengerjakan sebuah soal dalam waktu 1 menit,jika jawaban si murid benar maka si
murid dan teman yang mengajarinya akan mendapatkan poin nilai yang menambah
nilai ujian nanti.

Cara ini meningkatkan pemahaman siswa meningkat drastis,siswa yang bernilai 80
ke atas yang awalnya cuma 205 meningkat pesat menjadi 60%-80%.
Salah satu manfaat yang tidak saya duga adalah suasana keakraban dan kebersamaan
kelas meningkat,murid-murid pintar yang biasanya pelit berbagi sekarang sangat
antusias mengajari temannya karena makin banyak murid yang dia ajari makin
banyak poin yang dia kumpulkan untuk menambah nilai ujiannya nanti.

Menyenangkan sekali ... :)




Baca juga :
"Managing Personal Finance", Eko Priyo Pratomo MS82

Read more...

CHEMICALS RELATED TECHNOPRENEURSHIP COACHING

Rabu, 19 Oktober 2011




Dear rekan2 alumni,

Setelah menggelar kegiatan yang kurang lebih sama bekerjasama dengan Ikatan Alumni Mesin (IAM) dan Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) untuk memperbanyak kader2 teknopreneur dari ITB, Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) ITB bekerja sama dengan Ikatan Alumni Kimia dan Himpunan Mahasiswa Kimia (Amischa) menyelenggarakan CHEMICALS RELATED TECHNOPRENEURSHIP COACHING Program dsebagai berikut:

Tujuan

  1. Memberikan pemahaman kepada Mahasiswa tentang Peluang Bisnis Kimia
  2. Memberikan motivasi kepada peserta bagaimana menjadi technopreneur di bidang Kimia
  3. Menyiapkan Alumni Kimia untuk menjadi technoprenuer yang andal dibidang yang berhubungan dengan Kimia

Program Pelatihan

- Assesment (Talent Mapping)

- Pelatihan Classroom (workshop)

- Mentoring and Coaching

- Intership Program

- Business Planning

- Start Up & Inkubasi

Agenda

Assesment dan Pelatihan (22-23 Oktober 2011)

22 Oktober 2011

09.00-09.15 Opening (Perwakilan LPIK ITB Dr. Rajesri Govindaraju)

09.15-12.00 Talent Mapping – Bp. Rama Royani

12.00-13.00 Ishoma

13.00-15.00 Peluang Bisnis Kimia (Alumni Kimia)

15.00-15.30 Ishoma

15.30-17.30 Pengembangan Usaha Baru dan Tahapannya (Ibu Rajesri Govindaraju dari LPIK)

23 Oktober 2011

09.00-12.00 Manajemen SDM dan recruitment (Andhy Widodo dari LPIK)

12.00-13.00 Ishoma

13.00-15.00 Perencanaan Business (Alumni Kimia)

15.00-15.30 Ishoma

15.30-17.15 Diskusi (LPIK/Alumni Kimia)--> Pembentukan Chemical Entrepreneur Club (CEC) dan Amischa Entrepreneur Club)

17.15-17.30 Penutupan

Mentoring & Coaching

12 November 2011 – Mentoring & Coaching I

26 November 2011 – Mentoring & Coaching II

10 Desember 2011 – Mentoring & Coaching III

Intership Program

17 Desember 2011 – 29 Februari 2012

Business Plan Preparation

1 Maret 2012 – 31 May 2012

Start Up

1 Juni 2011 - 31 Desember 2012

Mentor dan fasilitator:

1. Bramatyo Johanputro – KI 82

2. Toman L Tobing – KI 83

3. Syauki – KI 85

4. Rajesri Govinda Raju (LPIK)

5. Andhy Widodo (LPIK)

6. Arismunandar – KI 85

7. Andy Sutandi – KI 85

8. Dadik Garibaldi – KI 86

9. Nandang Solichin – KI 86

10. Miftah Rohman – KI 86

11. Anton Nurkholis – KI 92

12. Mukti Amart – KI 92

13. Jaja – KI 95


Kontak Lygia : 081808518047

Demikian sekilas info, akan senang sekali apabila makin banyak komunitas ikatan alumni program studi maupun daerah, maupun Ikatan Alumni ITB pusat bisa saling bersinergi mengembangkan terus teknopreneur-teknopreneur dari ITB.


Salam Let's dance together,


Andhy Widodo LPIK ITB/ TI97

081572258682

Read more...

Sejarah Buku Putih

Selasa, 18 Oktober 2011

Sejarah Buku Putih


Jika boleh saya ikut berpendapat soal "buku putih" dan meluruskannya, (maklum waktu itu saya aktivis wartawan mahasiwa sehingga data & fakta... bisa diperoleh dari mana saja) serta berusaha agar opini saya obyektip.

1. "buku putih", menurut saya sebagian besar ditulis oleh Rizal Ramli (RR). Terlihat pemikirannya ke"kiri-kiri"an, atau sosialis. Waktu itu saya mencurigai sebagai pemikiran Sumitro (yang PSI)-sejarah 45. Sampai saat ini RR tampaknya masih tetap konsisten memperjuangkan itu. Lihat saja kebijakan NeoLib saat ini, atau cenderung ke "kanan"/kapitalis menurutnya tidak pas. Jadi jika dibaca isinya "buku putih" itu intinya adalah keberpihakan kepada "masyarakat bawah" dan hendaknya kebijakan pemerintah mementingkan rakyat. Misalnya: mengapa sampai impor beras,, karena ada unsur Komisi atau korupsinya bagi pejabat. Mengapa tidak rakyatnya disuruh/produksi tanam beras u/kebutuhan sendiri dan ekspor dst.

2. Akan halnya DM Hery Akhmadi (aktivis GMNI, jika ditarik kebelaknag adalah "marhaen" atau agak ke kiri juga-sekarang aktif sekali di PDI), mungkin saja ia juga salah satu kontributor dalam "buku putih". Karena yang ditulis dalam "buku putih" itu cukup banyak sektornya (maaf saya agak lupa detilnya, nanti saya buka koran INTEGRITAS). Ini cukup beralasan, bahwa pada waktu itu kebijakan pemerintah "trend"nya Kapitalis, sedangkan "oposisi loyal" pemerintah dalam hal iniITB (yang diperkenalkan oleh Yusman SD, kemudian), adalah "trend" sosialis. Nah..!.

3. Saya jadi ingat Ramles Manampang juga aktivis ITB. Dan tentu Al Hilal Hamdi, juga ada satu lagi Djoko...siapa dari SI/....? yang pernah debat terbuka di lapangan Basket ITB, bersama Hery Akhmadi untuk memperebutkan Ketua DM-ITB, yang akhirnya dimenangkan Hery Akhmadi. Terlihat orasinya yang sangat bagus & memukau yang menunjukan "oposis" ke pemerintah saat itu. Apalagi setelah lulus ITB , dia ke "paman SAM" Amerika dikirim jawa Pos, perjuangannya masih tetap sebagai 'Marhaen". Sehingga dugaan kuat saya, Herry juga menyumbang tulisan u/'Buku Putih'. Saya juga merasa berdosa ke Herry A, ketika putranya lahir pada saat itu diberi nama usulan saya "Gempur Suharto". Sedangkan jika wanita "Anti Suhartinah". Untuk jelasnya bagaimana peran Herry A di buku putih, tanya saja di DPR/atau di PDI.

4. Soal tulisan buku menentang militer "Indonesia di bawah sepatu Lars" rasanya bukan Ramles Manampang. Tetapi Indro Cahyono Soemardjan/AR73 (aktivis koran tabloid-KAMPUS). Untuk pembelaan/pleidoi teman2 altivis ketika menghadapi sidang di Pengadilan. Juga, Hery Akhmadi membuat buku u/pleidoinya. Rasanya jika hal itu dikumpulkan jadi menarik. Kok rasanya orang2 ITB ini sangat mewarnai INDONESIA/Nusantara selama 66 tahun merdeka.

5. Ada satu gerakan lagi dari ITB, yang cukup heboh. Mungkin waktu itu saya barumasuk ITB (tahun 74-75an, agak lupa karena saya tidak involve) ada GERAKAN ANTI KEBODOHAN disingkat GAK, dimotori oleh Kemal Taruc/PL... juga DM ITB, juga mengeluarkan konsepnya melalui sebuah buku. Intinya anggaran pendidikan jauh di bawah 20%. Saat ini, Ia jika tidak salah ia aktif di kementrian Perumahan bersama Menteri Suharso Monoarfa/PL 74 (sebelum mengundurkan diri).

Jadi jika ada teman alumni ITB "muda' yang ingin mengompilasi, mengetahui "senior"nya, bagaimana menjatuhkan Suharto (yang akhirnya tumbang setelah 20 tahun), dan selanjutnya menghadapi NKK/BKK,sehingga kampus 'Mandul".. ya hubungi mereka2 itu...Oleh karena itu, saya berpendapat (saya pernah mengungkap dalam berbagai pertemuan IA ITB), dan maaf jika salah "Bahwa ITB angkatan tahun 1970an itu, "TIDAK PERNAH KULIAH/SEKOLAH" dalam arti sebenarnya, tapi lebih BANYAK DEMOnya/OPOSISI PEMERINTAH", atau kebetulan saya angkatan 70an. Sehingga aktivis jadi caketum IA ITB berkutat di angka70an, dan juga para pejabat/menteri saat ini.

terima kasih.

GPRS/AR74.

Read more...

e-magazine arsitektur | ruang 05 : Arsitektur

Senin, 17 Oktober 2011

e-magazine arsitektur | ruang 05 : Arsitektur


Hi rekan-rekan Senyum ITB,
Kami sekumpulan arsitek + pecinta arsitektur lulusan ITB dan (masih berjiwa) muda kembali menerbitkan majalah elektronik arsitektur | ruang. Pada edisi terbaru 05|2011, ruang terbit dengan tema "Arsitektur". ruang mencoba mengumpulkan ide, gagasan, opini, dan manifestasi dari arsitektur saat ini. Pada edisi kali ini ini, Arsitek Dony Pasaribu (AR'96) memberikan tips-tips dasar jika ingin mendesain rumah atau setidaknya membantu menelaah dalam pembelian rumah. Simak pula, pandangan arsitek dan praktisi terhadap arsitektur dalam bentuk fotografi karya Khairul Mahadi (AR'69), Adriyan Kusuma (AR'98) dan Wiwid (AR'05). Arsitek Yu Sing (AR'94) ikut menggambarkan mengenai integritas arsitektur dalam kehidupan kekinian. Ruang edisi 05|2011 dikemas dalam tampilan yang santai dan dapat diunduh (file pdf low-res) pada attachment email ini atau dengan mengunjungi website www.membacaruang.com untuk mendapatkan file high resolution.



Ruang sejauh ini telah terbit 5 edisi dengan tema: edisi #1 - ruang, edisi #2 - arsitektur hijau, edisi #3 - Jakarta, edisi #4 - Karya Arsitek Indonesia di Luar Negeri dan edisi terbaru #5 dengan tema Arsitektur. Ruang merupakan majalah arsitektur yang dikemas dalam bahasa dan lay-out yang santai. Sangat cocok untuk dibaca siapa saja yang ingin menambah perbendaharaan mengenai arsitektur. Silakan semua edisi di atas diunduh dan dibaca dengan gratis di website http://www.membacaruang.com . Informasi ini dapat disebarluaskan kepada pihak-pihak yang tertarik. Terima kasih atas perhatiannya.



Semoga menginspirasi.
Salam ruang,
Giri Narasoma Suhardi AR'02 (atas nama ruang)

Read more...

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP