Petualangan Betti Alisjahbana AR79 di Pulau Komodo
Jumat, 17 Februari 2012
Petualangan di Pulau Komodo
Kamis, 07 Agustus 2008
Perjalanan kami ke Pulau Komodo dimulai dengan penerbangan dari Denpasar ke Labuan Bajo, kota pelabuhan di barat pulau Flores. Penerbangan menggunakan pesawat Fokker 50 itu memakan waktu 1 jam 20 menit. Rupanya mayoritas penumpang nya adalah orang asing. Kami seharusnya hanya membawa barang-barang secukupnya saja, akan tetapi kareana sebelum itu kami berlibur di Bali, maka barang bawaan kami pun cukup banyak. Untuk meyakinkan bahwa pesawat kami tidak melampau beban yang diijinkan, maka masing-masing penumpang ditimbang bersama dengan barang bawaannya. Pengalaman ditimbang di timbangan barang ini cukup unik dan menggelikan juga. Rasanya kami seperti barang yang hendak di jual saja.
Pesawat kami mendarat pada tengah hari. Saya sungguh kecewa ketika menyadari bahwa tidak ada sinyal XL disana, sementara Telkomsel dan Indosat bisa beroperasi dengan baik. Dengan ketergantungan yang sangat tinggi pada handphone selama ini, hidup tanpa handphone terasa sangat tidak nyaman. Labuan Bajo adalah kota pelabuhan berpenduduk 12000 orang, kebanyakan adalah nelayan. Rumah-rumah disana tampak sederhana dari bahan kombinasi bata/batako dan kayu dengan atap seng. Pendapatan utama didapat dari hasil laut, hasil perkebunan (kopi, macademia, pisang), turisme dan pertambangan.
Dengan mengendarai bis kami menuju pelabuhan untuk naik ke kapal laut dari kayu. Kapal kayu sederhana yang kami tumpangi dilengkapi dengan kamar tidur diruang bawah dan ruang duduk di dek atas. Kapal ini disewa khusus untuk rombongan kami. Tanpa buang waktu kami langsung berlayar menuju pulau Rinca. Perjalanan ke pulau Rinca dari Labuan Bajo makan waktu sekitar 2 jam. Kami menikmati makan siang sambil menikmati pemandangan laut nan biru yang indah dan sejuknya hembusan angin.
Air laut di sana terlihat sangat jernih dengan ikan-ikan berwarna-warni yang tampak jelas dari atas. Dikiri kanan tampak bukit-bukit yang dari jauh tampak hijau di bagian bawah namun tandus di puncaknya, mengigatkan saya pada kepala orang botak..ha..ha..ha.
Pulau Komodo dan pulau-pulau disekitarnya ditetapkan sebagai Taman Nasional di tahun 1980. Taman seluas sekitar 2000 kilometer persegi ini di tahun 1996 di nyatakan sebagai “world Nature Heritage Site” oleh UNESCO dan karenanya sangat dilindungi.
Sekitar jam 2 siang kami berlabuh di loh (teluk) buaya di Pulau Rinca. Dari sana kami mulai trekking. Sekitar 15 menit jalan kaki dari loh buaya kami sampai ke ranger station. Bangunan-bangunan di sana dibuat dari kayu dengan desain panggung. Desain seperti ini ditujukan untuk menghindari komodo naik ke atas bangunan. Ada 3 komodo kecil merayap di seputar ranger station. Dibimbing oleh ranger kami mulai berjalan mendaki bukit, baru beberapa menit kami mendaki bukit, ada komodo yang sangat besar menghampiri kami. Kami diminta untuk naik ke bukit dengan tenang. Rupanya komodo besar itu terus mengejar kami mendaki bukit. Saya berdiri dibarisan paling belakang dekat sekali dengan komodo besar itu, karena saya ingin mendapatkan foto jarak dekat.Anak saya Nadia dan Aslan tampak sangat kuatir melihat ibunya begitu dekat dan tampak dikejar oleh komodo. Beberapa foto jarak dekat sempat saya ambil sebelum segera bergegas naik ke bukit. Akhirnya komodo berhenti juga mengikuti kami dan berbelok kesamping. Wuih lega rasanya. Sungguh pengalaman dikejar komodo yang sangat menegangkan.
Komodo besar yang kami lihat panjangnya sekitar 2-3 meter, beratnya konon bisa sampai 150 kilogram. Komodo biasanya makan bangkai. Mereka juga berburu mangsa seperti kerbau, rusa dan burung yang ada disekitarnya. Ketika mengigit komodo mengeluarkan bakteri yang perlahan tapi pasti mematikan mangsanya. Komodo biasa nya kawin dibulan Mei-Agustus dan bertelur di bulan September. Sekitar 20 telur yang dihasilkan di tanam di sarang burung megapodes yang telah ditinggalkan. Makan waktu antara tujuh sampai delapan bulan sebelum telur itu menetas di bulan April. Makan waktu tiga sampai lima tahun sebelum komodo menginjak dewasa. Mereka bisa hidup sampai 50 tahun. Ada 2700 populasi Komodo di Pulau Rinca, Pulau Padar dan Pulau Komodo.
Pemandangan di bukit-bukit pulau Rinca kearah laut terlihat sangat indah. Bukit-bukitnya sendiri tampak gersang. Perjalanan melalui perbukitan itu cukup menyenangkan sekaligus menegangkan karena kami harus selalu awas akan kemungkinan datangnya komodo sewaktu-waktu. Kami disarankan untuk selalu berjalan di dalam kelompok yang di jaga oleh ranger di depan dan di paling belakang.
Sekitar jam enam sore kami kembali ke kapal kami. Perjalanan di perbukitan itu cukup membuat kami lelah dan lapar. Malam itu kami bermalam di kapal. Beberapa orang dari rombongan kami berenang di laut. Berenang di laut di sinari bulan purnama tampak sangat menyenangkan, namun demikian saya merasa terlalu malas untuk berenang tanpa fasilitas mandi yang memadai di kapal itu. Makan malam di buka dengan sup sosis dan kembang kol yang terasa sangat nikmat, mungkin karena perut yang sangat lapar. Malam itu kami habiskan dengan ngobrol ngalor ngidul sebelum akhirnya tertidur pulas.
Pagi hari kami bangun disambut dengan sarapan nasi goreng dan ikan goreng segar hasil pancingan Joost kakak ipar saya malam sebelumnya. Ikan goreng segar itu terasa sangat nikmat, apalagi saya dapat bagian yang penuh telur. Pagi itu kapal kami berangkat menuju pulau Komodo. Pelayaran dari pulau Rinca ke pulau Komodo makan waktu sekitar 2 jam. Kami merapat di Loh Liang dan memulai trekking di pulau Komodo itu. Tidak seperti di Pulau Rinca dimana kami bertemu dengan delapan komodo sepanjang trekking, di pulau Komodo kami tidak bertemu dengan seekor Komodo pun. Mereka rupanya sedang sibuk kawin sehingga menjauh dari jalan trekking kami. Di pulau Komodo kami melihat berbagai jenis burung termasuk kakak tua dan elang yang terbang dengan sangat gagahnya. Kami juga melalui berbagai jenis pohon-pohon yang dilindungi dan di beri nama dengan teliti. Berbagai binatang hutan seperti kerbau, rusa, monyet, babi hutan kami temui di sana. Kami diminta berjalan dengan tidak berisik agar tidak menggangu binatang-binatang itu. Kami trekking disana selama sekitar 4 jam.
Setelah puas jalan-jalan di taman nasional Komodo, kami kembali ke kapal dan berlayar ke pantai merah. Kapal kami berhenti beberapa ratus meter dari pantai merah. Disana kami berenang dan ber snorkeling menikmati taman laut dan ikan-ikan yang berwarna warni. Perairan disekitar pulau Komodo dikenal sebagai salah satu kehidupan laut yang paling beragam di dunia. Ada sekitar 1000 spesies ikan dan 250 jenis karang merah disana. Taman laut di sana tidak terlalu istimewa dalam pengamatan saya, namun jenis dan jumlah ikannya sungguh sangat kaya dan mengagumkan. Kami berenang cukup lama di sana menikmati indahnya ikan yang berwarna warni. Ombak di sana cukup keras sehingga kami harus cukup berhati-hati berenang agar tidak berbawa arus terlalu jauh. Oya, pantai merah dinamai begitu karena pasirnya yang berwarna kemerahan. Acara renang ditutup dengan makan siang di kapal dalam perjalanan kembali ke Labuan Bajo.
Di Labuan Bajo, bis kami sudah menanti untuk membawa kami ke Gua Batu Cermin. Gua Batu Cermin dipenuhi dengan stalagmite dan stalactite. Didalam nya terdapat berbagai fosil. Gua ini dipercaya sebagai tempat bertapa orang animisme dimasa lampau. Kami tidak lama disana karena badan yang sudah terasa sangat lelah dan berkeringat. Pada saat itu yang kami inginkan adalah cepat sampai ke tempat penginapan agar kami dapat segera mandi. Losmen Chez Felix tempat kami menginap di Labuan Bajo adalah Losmen yang sangat sederhana tapi bersih dan memiliki pemandangan yang luar biasa indahnya. Para petugas di sana sunguh sangat ramah dan kekeluargaan. Mandi dengan gayung dari bak mandi terasa sangat menyegarkan. Sungguh nikmat bisa mandi setelah 2 hari dan satu malam dikapal. Sehabis mandi dan istirahat sejenak kami makan malam dan langsung tidur nyenyak.
Keesokan harinya kami bangun cukup pagi untuk menikmasti pemandangan ke laut yang sangat indah dari ruang makan terbuka di losmen. Makan pagi pancake dengan sirup madu terasa sangat nikmat dinikmati sambil melihat pemandanan ke laut. Saya sempat membeli beberapa kalung mutiara yang ditawarkan dengan harga sangat murah di sana untuk oleh-oleh sambil membantu perekonomian setempat. Membeli barang dari penduduk yang sangat ramah sungguh menyenangkan. Sekitar jam 8 pagi kami berangkat ke Airport untuk kembali ke Denpasar. Petualangan singkat kami di Pulau Komodo merupakan pengalaman baru yang lagi-lagi menyadarkan kami betapa beragamnya potensi parawisata di Indonesia ini. Sayang kurang tergarap.
Sumber: betti-alisjahbana.blogspot.com
Baca juga :
Yayung TI77 dan Erik EL86 Mengajak Berlayar Dengan Phinisi Ria
Windriyo MA95 mengajak ke Pantai Kita, di sebelah utara Pulau Sumba
Cerita BJ Habibie saat mengunjungi fasilitas Garuda Indonesia
Komodo: The Last Living Dinosaur on Earth
8 comments:
jmzach mengatakan...
Pengalaman mengisi libuaran dengan hal2x petualangan seperti ini sungguh unik & menarik.Btw foto komodonya ok lo, termasuk dengan tantangan mendebarkan berada di dekat serta dikejar-kejar komodo & asyik juga ya bisa foto ikan2x dibawah laut ... bisa tuh foto2xnya dipajang www.flickr.com
Keep posting pengalaman2x unik dan sharing ttg pengembangan karir ya Mbak
Salam dari Nagoya (GMT+9)
http://flickr.com/photos/jmzach
http://jmzach.wordpress.com
Betti Alisjahbana mengatakan...
Rekan Jmzach,
Terima kasih atas komentarnya. Iya memang unik pengalaman ini. Oya khusus 2 foto ikan di bawah laut itu bukan hasil jepretan saya. Saya ambil foto itu dari situsnya pulau komodo. Saya belum secanggih itu he..he...he
Salam hangat penuh semangat
Betti
Esther mengatakan...
Pengalaman menarik yaa..! Selama ini saya membayangkan kehidupan masy. pulau Komodo itu masih terbelakang & kurang mendapat perhatian.
Foto yang terakhir itu apakah lokasinya di pulau Komodo juga atau di Bali?
Betti Alisjahbana mengatakan...
Rekan Esther,
Terima kasih komentarnya. Foto yang terakhir itu di Labuan Bajo, kota pelabuhan di Flores Barat. Foto itu di ambil di pagi hari dari ruang makan di losmen tempat penginapan kami.
Salam hangat penuh semangat
Betti
Permana mengatakan...
Ibu Betty, menarik sekali perjalannya melihat komodo. Saya mau menanyakan biaya yg dikeluarkan untuk pesawat dari Denpasar-Labuan Bajo, biaya bis dan kapal kayunya,serta biaya penginapan. Maaf ya Bu Betty, jadi merepotkan nih, perkiraan saja gpp kok ;)
Terima Kasih
Betti Alisjahbana mengatakan...
Rekan Permana,
Biaya yang kami keluarkan Rp. 3.150.000 per orang. Biaya ini sudah mencakup semuanya :
- Tiket pesawat dari Denpasar ke Labuan Bajo pp.
- Biaya di kapal selama 2 hari satu malam termasuk makan.
- Biaya mengingap di Losmen di Labuan Bako semalam
- Tranportasi dengan bus dari airport ke pelabuhan, lalu dari pelabuhan de lokasi turisme, lalu ke losmen dan dari losmen ke airport
Salam hangat penuh semangat
Betti
Alhamdulillah, kebetulan saya involve di desain dan konstruksi pelabuhan labuan bajo (2003-2005)sangat berguna untuk masyarakat indonesia
Salam,
Antonius Yunianto/KL'97 ITB
Waw, Kelihatannya kalau sudah bisa menikmati KOMODo di pulaunya semoga bisa menikmati juga "The other side of INDONESIA" yang kelihatannya "menunggu ITB dengan ALUMNI nya TURUN GELANGGANG seperti dizaman KOLONIAL KLASIK" [diera KOLONIALIS GLOBAL".
Will we ?
Selamat. Dan TULARKAN inneratmosphere andvantges to all of THE SENYUM group and ALUMNI ITB
Posting Komentar