Warga kota yang bosan polusi dan perlu alternatif liburan tampaknya perlu ke Desa Brayut, Pendowoharjo, Sleman. Desa wisata ini mengeksplorasi alam pedesaan berbasis pertanian.
Desa Wisata Brayut dengan luas wilayah 35 hektare, diresmikan pada 14 Agustus 1999. Menurut penuturan Ketua Pengelola Desa Wisata Brayut, Al Sudarmadi Dicanangkannya Brayut sebagai desa wisata bermula dari kunjungan para mahasiswa sebuah lembaga pendidikan bahasa asing.
“Saat itu ada pengajar bernama Bapak Budi yang mengajak mahasiswanya berkunjung ke Brayut untuk mempraktikkan cocok tanam seperti petani kebanyakan di sini,” terang Sudarmadi pada Harian Jogjapekan lalu.
Sudarmadi menjelaskan karena respon mahasiswa waktu itu sangat baik lantas terbitlah ide mewujudkan sebuah desa wisata. “Pengelolaannya bernaung di bawah Yayasan Ani-ani,” ujarnya.
Saat memasuki Brayut pengunjung akan disuguhi hijaunya lahan pertanian dengan anekah tanaman. Jalan desa berkelok-kelok mirip labirin. Ada juga beberapa sentra yang bisa dijadikan wisata edukasi, di antaranya di sentra peternakan. Di sentra ini pengunjung atau wisatawan akan diajarkan bagaimana beternak. Selain itu ada juga budidaya jamur.
Joglo kesenian
Selain menyuguhkan sentra peternakan dan pertanian, desa wisata ini memiliki beberapa joglo. Joglo-joglo ini fungsinya untuk pertunjukkan kesenian dan juga bisa dipakai sebagai tempat menginap. “Di sini kami punya tiga joglo, karena di sini kami punya beberapa pertunjukkan kesenian jadi nanti joglo-joglo tersebut difungsikan untuk pertunjukkan kesenian,” terang Rusherwati, Bendahara Desa Wisata Brayut.
Dia menjelaskan untuk Joglo 1 digunakan sebagai pertunjukan tari dan Joglo 2 kesenian wayang. Bagi wisatawan yang ingin berwisata dan menghabiskan beberapa hari untuk tinggal, telah disediakan homestay yang terletak di sebagian rumah warga yang sebelumnya telah diseleksi dari segi kebersihan dan fasilitas dari rumah tersebut.
“Tidak semua rumah bisa dijadikan homestay, kami harus memilih dan menyeleksi dulu agar para pengunjung bisa tinggal dengan nyaman,” jelas Rusherwati.
Untuk kesenian yang digelar sebagai hiburan pun bisa dipilih sesuai dengan keinginan wisatawan. “Di sini kami mempunyai banyak kesenian di antaranya karawitan, tari dan beberapa yang lainnya.” tuturnya.
Selain melihat pertunjukkan dan melihat kegiatan tradisional yang dilakukan warga, wisatawan bisa ikut serta dan mencoba langsung beternak sapi hingga membuat makanan tradisional dari Desa Brayut yaitu Legondo (sejenis lemper yang berisikan buah pisang).
Karena berbasis pertanian maka hal yang paling menonjol adalah bagaimana mengajarkan para wisatawan yang penasaran mengolah tanah pertanian dengan cara yang tradisional, mereka akan diajarkan mulai dari mengolah tanah hingga pembibitan.(Kontributor Harian Jogja/Ari Nena)



Baca juga:
Meski Hujan, Ngayogjazz 2012 Brayut Meriah