Meski Hujan, Ngayogjazz 2012 Brayut Meriah
Selasa, 27 November 2012
Walau sempat diguyur hujan yang cukup lebat, antusiasme masyarakat untuk menikmati sajian musik jazz dari berbagai group dan musisi di gelaran Ngayogjazz 2012 terlihat tidak mengendur. Pembukaan Ngayogjazz 2012 pun mundur dari jadwal semula yang sedianya dimulai pukul 12.30 WIB akhirnya diundur hingga pukul 14.00 WIB.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Sleman Yuni Satia Rahayu menyambut baik atas penyelenggaraan Ngayogjazz 2012 di Desa Wisata Brayut yang tentu saja akan mengangkat nama Desa Wisata Brayut di level nasional dan global. Kabupaten Sleman akan terus mendukung gelaran jazz terakbar di Yogyakarta ini.
“Kami berharap untuk penyelenggaraan selanjutnya Ngayogjazz dapat terus dilaksanakan di Sleman,” tambahnya.
Pembukaan pun dilangsungkan dengan sederhana dengan penampilan “orasi budaya” dan “tiupan saxofon” berupa pantomim dari seniman Jemek Supardi. Selanjutnya Jemek diiringi Bregodo Prajurit Kismo Kuncoro berkirab menyambangi enam panggung yang menjadi venue Ngayogjazz 2012.
Ribuan penonton mulai memadati tiap-tiap panggung untuk menyaksikan sajian musik jazz dari berbagai komunitas jazz yang mengisi acara. Beberapa panggung terlihat lebih padat dan mendapat sambutan yang meriah dari penonton.
Bahkan di panggung Ani-Ani, yang disetting cukup sederhana di pendopo rumah penduduk, terlihat maestro musik jazz Idang Rasjidi tanpa canggung duduk di lantai halaman bersama ratusan penonton lain menikmati penampilan dari Rio Sidik & Erik Sondhy yang atraktif. Idang pun sangat menikmati penampilan duet pianis dan trumpeter muda itu dan dengan semangat turut bergoyang serta sesekali bertepuk tangan mengapresiasi.
Ditemui setelah pertunjukan tersebut, Idang Rasjidi menyatakan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Ngayogjazz yang dinilainya hanya satu-satunya di dunia. Konsep penyelenggaraan yang unik ini sepatutnya terus didukung dan dilestarikan oleh seluruh elemen masyarakat.
“Djaduk dan teman-teman panitia Ngayogjazz ini orang-orang yang luar biasa. Mereka harus kita dukung. Di Ngayogjazz ini semangat kebersamaan menjadi hal yang utama. Event ini wajib kita dukung,” ujar Idang yang sudah tampil dua kali sepanjang penyelenggaraan Ngayogjazz.
Lebih lanjut Idang menyatakan bahwa Ngayogjazz ini menunjukkan bahwa musik menjadi satu-satunya bahasa komunikasi paling murni untuk dekat dengan masyarakat. Event ini dinilainya sangat luar biasa karena mampu mendatangkan musisi-musisi kelas dunia seperti Toninho Horta untuk bermain di desa-desa terpencil seperti Brayut ini.
“Toninho Horta itu legend-nya jazz. Dia menjadi acuan banyak musisi jazz dunia. Dan hebatnya Ngayogjazz mampu mendatangkannya di sini,” ujar Idang yang akan tampil membawakan enam lagu termasuk satu lagu yang terinspirasi dari alam Brayut dan baru diciptakannya semalam, berjudul Desa Brayut.
Disinggung mengenai perkembangan Ngayogjazz nantinya, Idang mengharapkan Ngayogjazz tetap mempertahankan keunikannya ini.
“Biarlah Ngayogjazz ini berjalan seperti apa adanya. Kelak publik akan menilai. Ngayogjazz itu ya seperti ini. Ini festival yang tidak ingin membuktikan apa-apa selain sebuah kerja seni. Dan saya bangga bermain di Ngayogjazz,” tandasnya.***(eka)
1 comments:
Tks atas infonya,
Saya hidup sejak kecil hingga sma di kecamatan yg sama. Hanya beda desa saja. Mbrayut Pendowohardjo Sleman, kalau sy Wadas, Tridadi Sleman.
Kalau pertandingan Voli antar desa kami sering ketemu.
He he nostalgia..
Salam
Shs
Suhono Harso Supangkat
Posting Komentar