powered by Google

Sejarah Buku Putih

Selasa, 18 Oktober 2011

Sejarah Buku Putih


Jika boleh saya ikut berpendapat soal "buku putih" dan meluruskannya, (maklum waktu itu saya aktivis wartawan mahasiwa sehingga data & fakta... bisa diperoleh dari mana saja) serta berusaha agar opini saya obyektip.

1. "buku putih", menurut saya sebagian besar ditulis oleh Rizal Ramli (RR). Terlihat pemikirannya ke"kiri-kiri"an, atau sosialis. Waktu itu saya mencurigai sebagai pemikiran Sumitro (yang PSI)-sejarah 45. Sampai saat ini RR tampaknya masih tetap konsisten memperjuangkan itu. Lihat saja kebijakan NeoLib saat ini, atau cenderung ke "kanan"/kapitalis menurutnya tidak pas. Jadi jika dibaca isinya "buku putih" itu intinya adalah keberpihakan kepada "masyarakat bawah" dan hendaknya kebijakan pemerintah mementingkan rakyat. Misalnya: mengapa sampai impor beras,, karena ada unsur Komisi atau korupsinya bagi pejabat. Mengapa tidak rakyatnya disuruh/produksi tanam beras u/kebutuhan sendiri dan ekspor dst.

2. Akan halnya DM Hery Akhmadi (aktivis GMNI, jika ditarik kebelaknag adalah "marhaen" atau agak ke kiri juga-sekarang aktif sekali di PDI), mungkin saja ia juga salah satu kontributor dalam "buku putih". Karena yang ditulis dalam "buku putih" itu cukup banyak sektornya (maaf saya agak lupa detilnya, nanti saya buka koran INTEGRITAS). Ini cukup beralasan, bahwa pada waktu itu kebijakan pemerintah "trend"nya Kapitalis, sedangkan "oposisi loyal" pemerintah dalam hal iniITB (yang diperkenalkan oleh Yusman SD, kemudian), adalah "trend" sosialis. Nah..!.

3. Saya jadi ingat Ramles Manampang juga aktivis ITB. Dan tentu Al Hilal Hamdi, juga ada satu lagi Djoko...siapa dari SI/....? yang pernah debat terbuka di lapangan Basket ITB, bersama Hery Akhmadi untuk memperebutkan Ketua DM-ITB, yang akhirnya dimenangkan Hery Akhmadi. Terlihat orasinya yang sangat bagus & memukau yang menunjukan "oposis" ke pemerintah saat itu. Apalagi setelah lulus ITB , dia ke "paman SAM" Amerika dikirim jawa Pos, perjuangannya masih tetap sebagai 'Marhaen". Sehingga dugaan kuat saya, Herry juga menyumbang tulisan u/'Buku Putih'. Saya juga merasa berdosa ke Herry A, ketika putranya lahir pada saat itu diberi nama usulan saya "Gempur Suharto". Sedangkan jika wanita "Anti Suhartinah". Untuk jelasnya bagaimana peran Herry A di buku putih, tanya saja di DPR/atau di PDI.

4. Soal tulisan buku menentang militer "Indonesia di bawah sepatu Lars" rasanya bukan Ramles Manampang. Tetapi Indro Cahyono Soemardjan/AR73 (aktivis koran tabloid-KAMPUS). Untuk pembelaan/pleidoi teman2 altivis ketika menghadapi sidang di Pengadilan. Juga, Hery Akhmadi membuat buku u/pleidoinya. Rasanya jika hal itu dikumpulkan jadi menarik. Kok rasanya orang2 ITB ini sangat mewarnai INDONESIA/Nusantara selama 66 tahun merdeka.

5. Ada satu gerakan lagi dari ITB, yang cukup heboh. Mungkin waktu itu saya barumasuk ITB (tahun 74-75an, agak lupa karena saya tidak involve) ada GERAKAN ANTI KEBODOHAN disingkat GAK, dimotori oleh Kemal Taruc/PL... juga DM ITB, juga mengeluarkan konsepnya melalui sebuah buku. Intinya anggaran pendidikan jauh di bawah 20%. Saat ini, Ia jika tidak salah ia aktif di kementrian Perumahan bersama Menteri Suharso Monoarfa/PL 74 (sebelum mengundurkan diri).

Jadi jika ada teman alumni ITB "muda' yang ingin mengompilasi, mengetahui "senior"nya, bagaimana menjatuhkan Suharto (yang akhirnya tumbang setelah 20 tahun), dan selanjutnya menghadapi NKK/BKK,sehingga kampus 'Mandul".. ya hubungi mereka2 itu...Oleh karena itu, saya berpendapat (saya pernah mengungkap dalam berbagai pertemuan IA ITB), dan maaf jika salah "Bahwa ITB angkatan tahun 1970an itu, "TIDAK PERNAH KULIAH/SEKOLAH" dalam arti sebenarnya, tapi lebih BANYAK DEMOnya/OPOSISI PEMERINTAH", atau kebetulan saya angkatan 70an. Sehingga aktivis jadi caketum IA ITB berkutat di angka70an, dan juga para pejabat/menteri saat ini.

terima kasih.

GPRS/AR74.

1 comments:

rudy 19 Oktober 2011 pukul 04.09  

Buku putih yang diterbitkan DM ITB 78 menjadi legenda kemahasiswaan ITB. Semenjak masuk, cerita heroisme kebangsaan tersebut diwariskan semangatnya kepada mahasiswa2 ITB kemudian. Termasuk peristiwa 89 rudini, juga menjadi sejarah kemahasiswaan ITB. Namun nama2 tokohnya tidak secara lengkap diwariskan kepada mahasiswa. Barangkali juga sebaiknya begitu, karena simbol2 mahasiswa yg dipenjara waktu itu adalah hasil kerja bersama-sama. Nama Heri Akhmadi menjadi fenomenal karena pada saat itu beliau lah sbg ketua DM penanggung jawab terbitnya buku putih tersebut. Bahkan ada cerita mas Heri Akhmadi ditangkap ketika baru sampai dari pulang kampung. Selanjutnya ada tokoh2 kemahasiswaan waktu itu (misalnya komite pembelaan mahasiswa) yang tidak pernah disebut namanya sampai sekarang, bahkan masih menjadi panutan sebagai pewaris nilai2 perjuangan ITB, namun tidak dikenal. Yang menjadi penting hari ini dan ke depan, apakah semangat2 anti kebodohan, penindasan struktural tersebut masih menjiwai tokoh2 tersebut, atau mahasiswa ITB dulu, sekarang dan yad, termasuk alumninya. Mari kita susun kembali

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP