powered by Google

Hugo Chavez dan Venezuela

Rabu, 06 Maret 2013

Hugo Chavez

06 March 2013 | 17:35


Setelah sekian lama menderita sakit, pemimpin Venezuela Hugo Chavez berpulang kemarin. Ini adalah kabar yang mengejutkan, apakah itu bagi para pemujanya ataupun bagi para pembencinya.
Sejarah mungkin benyak melahirkan tipe pemimpin seperti Hugo Chavez. Chavez adalah pemimpin yang kekuatan terbesarnya terletak pada kharisma diri dan kemampuannya membakar semangat rakyat. Karakter seperti ini identik dan cenderung melahirkan pemerintahan diktator. Dan, sebagaimana sejarah mencatat, kediktatoran identik dengan malapetaka.
Tapi Chavez beruntung. Negerinya Venezuela bukanlah negeri yang baru merdeka.  Venezuela sudah bebas dari penjajahan ketika di Indonesia ini Diponegoro masih berperang dengan Belanda. Negeri yang baru merdeka biasanya tidak stabil dan dari situlah pemimpin yang agitator dan diktator dibutuhkan. Sebagai perekat dan pemersatu.
Karena itu ketika Chavez 14 tahun lalu terpilih menjadi presiden, cukup aneh ketika rakyat Venezuela bias menerima gayanya yang cenderung otoriter tersebut. Dengan kata lain Chavez menjadi pemimpin dengan legitimasi yang kuat dalam sistem demokrasi. Dia dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilihan presiden tahun 2006 dan 2012.
Tidak hanya memiliki sistem yang mapan, Venezuela juga negeri yang kaya. Di dalam perut buminya terkandung miliaran barel minyak dan gas yang entah berapa puluh tahun lagi bisa dieksploitasi. Chavez yang sosialis percaya bahwa minyak dan gas itu adalah milik rakyat dan tidak semestinya dikuasai oleh asing.
Dunia dibuat terkejut ketika Chavez memaksa perusahaan minyak asing memberikan porsi saham yang lebih besar untuk perusahaan negara. Jika perusahaan itu tidak setuju, maka Chavez mengancam akan segera menasionalisasi. Ini adalah sebuah tamparan keras khususnya terhadap negara kaya seperti Amerika Serikat yang perusahaannya dirugikan.
Begitulah cara Chavez berkonfrontasi. Dengan caranya itu uang minyak dan gas Venezuela bisa menghidupi rakyat dan menjamin kesejahteraan mereka. Tidak hanya itu, Chavez bahkan menggunakan uangnya itu untuk membantu negara lain di Amarika Latin melunasi utang-utangnya.
Jiwa sosialis Chavez tidak hanya menyangkut apa yang sifatnya materi. Dia juga percaya bahwa kemerdekaan hakiki manusia hanya bisa terwujud manakala manusia itu hidup dalam bangsa yang merdeka. Karena itulah Chavez menjadi salah satu pendukung Palestina paling gigih. Meskipun Venezuela menjalin hubungan diplomaik dengan Israel, Chavez tidak sungkan mengusir diplomat Israel ketika rakyat Palestina diserang.
Itulah Chavez. Semangat dan cita-citanya yang membara menjadi kebanggan bagi rakyat Venezuela, Amerika Latin, dan dunia. Sungguh kita tidak menyangka, di balik kebebatan itu semua, tubuhnya menyatakan tak sanggup untuk menopang lagi. Mulai kemarin tubuhnya terkulai tanpa nyawa meninggalkan dunia fana ini. Selamat jalan, Chavez!


Sumber: kompasiana.com

-------------------------------

Peta: Venezuela dangan ibukota Caracas


View Larger Map



Video: Venezuela

Miss Universe, 6 Miss World, 6 Miss International, dan1 Miss Earth


1 comments:

IA-ITB 6 Maret 2013 pukul 18.47  

Om Hugo patut dijadikan kiblat untuk keberaniannya melawan kekuatan modal besar, tapi juga menarik melihat partai rakyat di Brazil yang lebih berhasil dalam membuat perencanaan partisipatory dari bawah (Chaves pro miskin tapi keputusan dari dia) dan mendorong kegiatan2 ekonomi rakyat miskin yang lebih berkelanjutan (langgeng).


Isono Sadoko

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP