Iradani Katalia terinspirasi Turia Park di Valencia, Spanyol
Rabu, 02 Mei 2012
--- In Senyum-ITB@yahoogroups.com, Iradani Katalia
Turia Park |
Dahulu kala, Valencia itu disebut sebagai kota sungai (river city) karena Turia Park yang sekarang ini adalah sungai yang cukup besar dan menjadi sarana transportasi air utama untuk masyarakat disini. Namun, sejak adanya bencana banjir besar sekitar tahun 1957, para Arsitek dan Penata kotanya mulai merancang ide besar. Mereka tidak mengubahnya menjadi jembatan layang yang sempat menjadi perdebatan para politisi disini. Namun, pembangunan taman besar yang berlokasi di tengah kota, cukup membawa dampak psikologis yang positif terhadap masyarakat di sini. Segala aktivitas, seperti berolahraga, anak-anak yang bermain, hingga sekedar jalan-jalan menyusuri taman dengan melihat bangunan-bangunan kuno di kiri kanan jalan merupakan suatu fenomena unik. (informasi lebih lanjut: http://www.valenciavalencia.com/sights-guide/turia.htm)
Saya pun terbayang, jika sungai Ciliwung di Jakarta bisa dibangun dengan konsep semacam ini, pasti akan membawa perubahan yang sangat besar bagi masyarakat Jakarta terutama di aspek sosial dan kulturnya. Tapi, tantangannya adalah bagaimana merealisasikannya dan menyesuaikannya dengan kultur sosial yang ada di masyarakat Indonesia saat ini.
Jangan lupa untuk meng-update mengenai penerbitan bukunya Pak! Pasti sangat bermanfaat. :)
Salam hangat,
Iradani Katalia
http://microwordofcattleya.wordpress.com
+393291536576/ +62214897683
"think for BIG, act from SMALL"
Baca juga:
- Iradani Katalia kuliah di Valencia, Spanyol
Peta lokasi Turia Park
View Larger Map
Peta dan pemandangan dari A (Pantai) ke B (Turia) dengan Google Street View.
Jarak sekitar 4,4 km.
Untuk melihat keadaan sekitar, silahkan putar-putar tombol arah di sebelah kiri atas.
Klik "View Larger Map" untuk melihat peta yang lebih besar.
-----------------------------------------------------------
2012/4/26 M. Ahsin Mas'ud
Beranikah kita mesti bermimpi untuk bisa berwisata sungai seperti di Malaka, Malaisia ? Kapan ya ada Gubernur yang bisa merealisirnya ?
Salam,
Ahsin MS-77
----- Forwarded Message -----
From: Edi Junaedi
To: IA ITB
Sent: Wednesday, April 25, 2012 10:30 PM
Subject: Sungai Ciliwung Sebagai Sumber Air Minum Meneer Belanda
Seperti diceritakan oleh banyak sumber, hingga pada akhir abad ke-19 atau sekitar tahun 1900-an orang-orang betawi,
termasuk kaum bangsawan, orang-orang Belanda dan orang asing lainnya lebih memilih meminum air yang berasal dari sungai Ciliwung
ketimbang air dari sumur, dan itu tidak dimasak terlebih dahulu. Air sumur malah hanya untuk menyiram tanaman dan mencuci saja
Tradisi memasak air hingga mendidih untuk kebutuhan air minum baru muncul sekitar tahun 1900-an
setelah air sungai Ciliwung di sekitar Batavia mulai tercemar.
Bagaimana segarnya air sungai Ciliwung bisa Anda rasakan dengan mencobanya ke hulunya yang ada
di balik gunung Pangrango (misalnya di sekitar Mesjid At-Taawun, Puncak Pass Bogor-Cianjur)
Anda punya foto-foto mengenai kondisi sungai di Jakarta tempo dulu? Boleh shared dong ..., kalau gak ada, yang sekarang juga boleh :)
Tks,
Salam,
Edijac Ki'86
0 comments:
Posting Komentar