Keputusan MA India Untungkan Industri Farmasi Lokal
Rabu, 08 Mei 2013
NEW DELHI, INDIA — Mahkamah Agung menolak memberi hak paten pada obat anti-kanker yang diproduksi oleh sebuah perusahaan Swiss. Wartawan VOA Anjana Parischa melaporkan dari New Delhi, India diperkirakan akan bangkit sebagai pasar obat-obatan terbesar kedelapan di dunia pada tahun 2016.
Ketika sebuah peraturan baru di India mengijinkan beberapa paten atas obat-obatan untuk pertama kalinya pada tahun 2005, ada kekhawatiran hal ini akan menimbulkan dampak negatif pada industri obat-obatan di dalam negeri, yang telah berkembang pesat dengan pembuatan versi obat-obatan yang sama seperti yang diproduksi perusahaan Barat tapi harganya lebih terjangkau.
Tetapi industri obat generik berhasil mencegah persaingan dengan perusahaan-perusahaan obat multinasional yang berupaya menjual obat-obatan paten yang menguntungkan di India. Sebuah putusan Mahkamah Agung yang menolak paten bagi Glivec – sebuah obat anti-kanker yang dibuat oleh Novartis – telah memperkuat posisi perusahaan-perusahaan obat lokal India.
Amit Backliwal – kepala operasi penyedia informasi layanan kesehatan untuk Asia Selatan “IMS Health” mengatakan, “Setelah tujuh tahun kami tidak lagi memiliki banyak produk paten di India. Jadi dilihat dari sudut perlindungan industri lokal atau perasaan terancam oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Saya kira hal ini tidak akan terjadi. Perusahaan-perusahaan India menyumbang pasar lebih dari 60 hingga 70 persen lebih. Mereka adalah perusahaan yang telah berkemabng sangat cepat. Perusahaan industri obat generik adalah salah satu yang memiliki pasar terbesar, bahkan setelah perusahaan-perusahaan multinasional masuk ke pasar”.
Namun demikian, sengketa hukum atas beberapa paten obat bisa meningkat ketika perusahaan obat multinasional bersaing memperebutkan pasar yang cepat berkembang tersebut. Penjualan obat-obatan di India diperkirakan menigkatan dari 12 milyar dollar menjadi 72 milyar dollar pada tahun 2020 ketika jumlah pasien penyakit kronis meningkat di negara berpenduduk terbanyak kedua di dunia itu.
Hari Selasa, sebuah unit perusahaan obat Amerika “Merck” menuntut perusahaan obat India “Glenmark Pharmaceuticals” karena meluncurkan versi generik dua obat-obatan diabetes yang patennya dimiliki “Merck”. Kedua obat tersebut merupakan obat diabetes paling laku di India.
Industri obat-obatan lokal juga mengamati dengan hati-hati upaya Uni Eropa untuk memberlakukan beberapa pinalti tegas atas pelanggaran hak paten dalam perjanjian perdagangan bebas yang sedang dirundingkan dengan India.
Namun industri obat-obatan generik optimis dengan putusan Mahmakah Agung atas Glivec. Mereka mengatakan putusan itu lebih menyulitkan perusahaan-perusahaan yang ingin memperluas hak paten dengan melakukan sedikit perubahan pada komposisi kimia sebuah obat. Mereka menambahkan aturan India menetapkan standar yang lebih tinggi dibanding negara-negara Barat, di mana pengadilan cenderung lebih bersedia memberi perpanjangan hak paten.
Ketika sebuah peraturan baru di India mengijinkan beberapa paten atas obat-obatan untuk pertama kalinya pada tahun 2005, ada kekhawatiran hal ini akan menimbulkan dampak negatif pada industri obat-obatan di dalam negeri, yang telah berkembang pesat dengan pembuatan versi obat-obatan yang sama seperti yang diproduksi perusahaan Barat tapi harganya lebih terjangkau.
Tetapi industri obat generik berhasil mencegah persaingan dengan perusahaan-perusahaan obat multinasional yang berupaya menjual obat-obatan paten yang menguntungkan di India. Sebuah putusan Mahkamah Agung yang menolak paten bagi Glivec – sebuah obat anti-kanker yang dibuat oleh Novartis – telah memperkuat posisi perusahaan-perusahaan obat lokal India.
Amit Backliwal – kepala operasi penyedia informasi layanan kesehatan untuk Asia Selatan “IMS Health” mengatakan, “Setelah tujuh tahun kami tidak lagi memiliki banyak produk paten di India. Jadi dilihat dari sudut perlindungan industri lokal atau perasaan terancam oleh perusahaan-perusahaan multinasional. Saya kira hal ini tidak akan terjadi. Perusahaan-perusahaan India menyumbang pasar lebih dari 60 hingga 70 persen lebih. Mereka adalah perusahaan yang telah berkemabng sangat cepat. Perusahaan industri obat generik adalah salah satu yang memiliki pasar terbesar, bahkan setelah perusahaan-perusahaan multinasional masuk ke pasar”.
Namun demikian, sengketa hukum atas beberapa paten obat bisa meningkat ketika perusahaan obat multinasional bersaing memperebutkan pasar yang cepat berkembang tersebut. Penjualan obat-obatan di India diperkirakan menigkatan dari 12 milyar dollar menjadi 72 milyar dollar pada tahun 2020 ketika jumlah pasien penyakit kronis meningkat di negara berpenduduk terbanyak kedua di dunia itu.
Hari Selasa, sebuah unit perusahaan obat Amerika “Merck” menuntut perusahaan obat India “Glenmark Pharmaceuticals” karena meluncurkan versi generik dua obat-obatan diabetes yang patennya dimiliki “Merck”. Kedua obat tersebut merupakan obat diabetes paling laku di India.
Industri obat-obatan lokal juga mengamati dengan hati-hati upaya Uni Eropa untuk memberlakukan beberapa pinalti tegas atas pelanggaran hak paten dalam perjanjian perdagangan bebas yang sedang dirundingkan dengan India.
Namun industri obat-obatan generik optimis dengan putusan Mahmakah Agung atas Glivec. Mereka mengatakan putusan itu lebih menyulitkan perusahaan-perusahaan yang ingin memperluas hak paten dengan melakukan sedikit perubahan pada komposisi kimia sebuah obat. Mereka menambahkan aturan India menetapkan standar yang lebih tinggi dibanding negara-negara Barat, di mana pengadilan cenderung lebih bersedia memberi perpanjangan hak paten.
0 comments:
Posting Komentar