Indonesia Masih Butuh Ratusan Ribu Sarjana Teknik
Senin, 04 Maret 2013
Indonesia Masih Butuh Ratusan Ribu Sarjana Teknik
Sabtu, 2 Maret 2013 10:45 WIB
Siti Fatimah
Rektor ITB Prof Akhmaloka PhD mengisi sambutan pada acara Dies Natalis ITB Ke-54 di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Sabtu (2/3/2013).
Rektor ITB Prof Akhmaloka PhD mengisi sambutan pada acara Dies Natalis ITB Ke-54 di Aula Barat ITB, Jalan Ganeca, Sabtu (2/3/2013).
BANDUNG, TRIBUN - Indonesia menghadapi tantangan baru dalam usahanya membangun bangsa. Dalam upaya menjadikan negara ini menjadi negara maju, pemerintah telah mencanangkan Masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia (MP3EI).
Menurut Ketua Advisory Board ITB, Yani Panigoro, master plan tersebut mencakup pembangunan infrastruktur energi dan listrik, jalan raya, rel kereta api, telekomunikasi, pertanian, pertambangan dan juga pariwisata. Seluruh proyek tersebut tentunya sangat membutuhkan banyak sarjana teknik yang handal.
"Lalu pertanyaannya adalah apakah negara ini telah memiliki sarjana teknik yang cukup untuk mengimplementasikan rencana yang tersusun dalam MP3EI tersebut," katanya pada acara Dies Natalis ITB Ke-54 di Aula Barat ITB Jalan Ganeca, Sabtu (2/3).
Ia mengatakan, dari data Persatuan Insinyur Indonesia, negara ini masih membutuhkan 175 ribu sarjana teknik setiap tahunnya. Sementara pendidikan di Indonesia hanya bisa menghasilkan kurang lebih 42 ribu orang sarjana teknik per tahun.
Jumlah tersebut, ujarnya, sangat kontras jika dibandingkan dengan Cina yang menghasilkan 764 ribu sarjana teknik per tahun dan India yang menghasilkan 498 ribu sarjana teknik setiap tahunnya.
"Ada yang menyebutkan kalau tingkat kemakmuran sebuah negara berbanding lurus dengan jumlah sarjana tekniknya," katanya.
Untuk itulah, ITB sebagai perguruan tinggi yang sudah bertahun-tahun mencetak sarjana teknik harus menjadikan kondisi krisis insinyur ini sebagai sebuah tantangan. Sudah saatnya perguruan teknik tertua ini untuk bergerak menghasilkan lebih banyak sarjana teknik yang bukan hanya handal dalam bidangnya tapi juga mampu bersinergi dengan bidang lain. (*)
Menurut Ketua Advisory Board ITB, Yani Panigoro, master plan tersebut mencakup pembangunan infrastruktur energi dan listrik, jalan raya, rel kereta api, telekomunikasi, pertanian, pertambangan dan juga pariwisata. Seluruh proyek tersebut tentunya sangat membutuhkan banyak sarjana teknik yang handal.
"Lalu pertanyaannya adalah apakah negara ini telah memiliki sarjana teknik yang cukup untuk mengimplementasikan rencana yang tersusun dalam MP3EI tersebut," katanya pada acara Dies Natalis ITB Ke-54 di Aula Barat ITB Jalan Ganeca, Sabtu (2/3).
Ia mengatakan, dari data Persatuan Insinyur Indonesia, negara ini masih membutuhkan 175 ribu sarjana teknik setiap tahunnya. Sementara pendidikan di Indonesia hanya bisa menghasilkan kurang lebih 42 ribu orang sarjana teknik per tahun.
Jumlah tersebut, ujarnya, sangat kontras jika dibandingkan dengan Cina yang menghasilkan 764 ribu sarjana teknik per tahun dan India yang menghasilkan 498 ribu sarjana teknik setiap tahunnya.
"Ada yang menyebutkan kalau tingkat kemakmuran sebuah negara berbanding lurus dengan jumlah sarjana tekniknya," katanya.
Untuk itulah, ITB sebagai perguruan tinggi yang sudah bertahun-tahun mencetak sarjana teknik harus menjadikan kondisi krisis insinyur ini sebagai sebuah tantangan. Sudah saatnya perguruan teknik tertua ini untuk bergerak menghasilkan lebih banyak sarjana teknik yang bukan hanya handal dalam bidangnya tapi juga mampu bersinergi dengan bidang lain. (*)
Penulis : tif
Editor : dar
Sumber: jabar.tribunnews.com
Tema Pembangunan Koridor Ekonomi MP3EI
Berdasarkan Keunggulan dan Potensi Strategis Masing-Masing Wilayah
Tema Pembangunan Koridor Ekonomi MP3EI
Berdasarkan Keunggulan dan Potensi Strategis Masing-Masing Wilayah
0 comments:
Posting Komentar