powered by Google

Mengunjungi rumah HC. Andersen, Bapak Dongeng Dunia

Minggu, 13 November 2011

From: "AP. Sutowijoyo"
Sender: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Date: Sun, 13 Nov 2011 23:55:38 -0000
Subject: [Senyum-ITB] Re: [IA-ITB] Kapsel SG weekend ini (mas Moko)

ngomong2 tentang dongeng, ada pengalaman jadul saya waktu mengunjungi rumah kelahiran hc. andersen, bapak dongeng dunia:)




Mengunjungi rumah HC. Andersen

Tanggal 18 Mei kemarin merupakan hari besar Danske Statsbaner (DSB), seperti PJKA kalau di Indonesia. Akibatnya sebagian masyarakat Denmark tumpah di jalan karena tarif kereta yang sangat miring. Di hari itu saya, istri, serta si kecil Nami dan Quenby menuju kota Odense untuk mengunjungi HC. Andersen Hus, tempat kelahiran bapak dongeng dunia yang dibuka sejak tahun 1908. Kini rumah itu menjadi bagian dari HC. Andersen museum. Hus berarti rumah dalam bahasa Denmark. Di rumah inilah Hans Christian Andersen (1805-1875) lahir pada tanggal 2 April 1805. Orang Denmark mengeja HC. Andresen sebagai Hose Anasen, bukan Andersen seperti yang tertulis. Begitu kuatnya pengaruh dongeng Andersen di dunia anak-anak, tidak mengherankan jika tanggal 2 April dijadikan sebagai hari buku anak internasional.

Kami berangkat pagi dari Husum tempat kami tinggal, sekitar 20 menit kemudian bus yang kami tumpangi sampai di sentral stasiun Kopenhagen. Dari sentral stasiun kami naik kereta jenis IC-tog (inter-city, kereta antar kota) jurusan Kopenhagen-Alborg di pulau Jylland. Tiket kereta cukup murah saat itu, per orang hanya dikenakan 90 DK (Danish Kroner) untuk pulang pergi. Harga ini senilai dengan Rp. 150 ribu, harga normalnya bisa mencapai 436 DK. Kereta benar-benar penuh, bahkan tidak sedikit penumpang yang duduk atau berdiri di lorong kereta. Perjalanan dari Kopenhagen ke Odense memakan waktu kurang lebih satu setengah jam.

Odense adalah kota terbesar di pulau Fyn, pulau kecil diantara pulau Jylland di barat dan pulau Sjaelland di timur. Dengan populasi sekitar 160.000, menempatkan Odense sebagai kota terbesar ketiga di Denmark setelah Kopenhagen dan Arhus. Kata Odense berasal dari Odin, dewanya bangsa Viking. Disinipun masih bisa dijumpai Nonnebakken, castle peninggalan Viking. Odense merupakan salah satu kota tertua di Denmark, berumur 1019 tahun, lebih tua dari Kopenhagen yang berumur 964 tahun. Bangunan tua cukup mendominasi kota dengan sebuah teather dan beberapa museum ini.

Sebelum sampai Odense, kereta sempat melewati "storebælt" atau greatbelt, jembatan sepanjang 13,401 km yang menghubungkan pulau Sjaelland dan pulau Fyn. Jembatan ini merupakan jembatan suspensi dengan bentang span 1624 meter dan merupakan yang kedua terpanjang di dunia di bawah Akashi Kaikyo Jepang dengan bentang span 1991 meter. Perjalanan sekitar 10 menit melewati jembatan ini cukup mengasyikkan.Sesampai di stasiun Odense, suara live music terdengar, yang ternyata adalah para pensiunan karyawan kereta api yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu dengan pakaian dinas lengkap sedang menggelar musik di halaman atas stasiun. Penonton lumayan antusias mendengar musik mereka yang terdengar penuh semangat.


View Larger Map

Peta: A (Husum)  ke  B (Museum HC. Andersen)
Jarak = 200 km.   Waktu tempuh memakai mobil = 2 jam 20 menit


Dari stasiun Odense kami langsung menuju HC. Andersen Hus yang terletak sekitar 400 meter dari stasiun. Rumah mungil berwarna kuning ini berada disudut jalan Hans Jensens Straede dan Bangs Boder 29, 5000 Odense C. Untuk menghormati karya Andersen, di depan stasiun Odense di buat patung-patung Andersen disertai air mancur penghias, patung-patung diam ini seolah-olah bercerita tentang dongeng-dongeng Andersen. Di beberapa sudut jalan kita jumpai petunjuk arah menuju Andersen Hus. Petunjuk arahnya cukup kecil dan ala kadarnya, jadi banyak juga yang nyasar dan saling tanya sesama Dansker(sebutan untuk orang Denmark).

Biaya masuk museum seharga 60 DK untuk dewasa, dan gratis untuk anak-anak sampai usia 17 tahun. Begitu memasuki museum, pengunjung akan segera di bawa ke suasana awal abad 19. Disitu digambarkan keadaan Eropa dimana Andersen lahir. Salah satunya tertulis bahwa dimasa itu hanya sekitar 60% saja bayi yang survive di Eropa, raja adalah hukum, kemiskinan merajalela, perkembangan ilmu dan pengetahuan begitu rendah. Bukti- bukti sejarah yang runut dan lengkap dengan keterangan yang jelas benar-benar membantu bayangan kita akan masa itu. Di museum ini kita bisa melihat koleksi lengkap karya Andersen. Mulai dari puluhan novel, puluhan naskah drama, ratusan puisi, gambar-gambar tangan, kehidupannya di beberapa apartemen di Kopenhagen, maupun koleksi foto. Gambar tangan karya Andersen pun sangat alami dan berkelas, semuanya masih tersimpan rapi di museum ini.




Uploaded by  on Feb 24, 2010
H.C. Andersen Museum - Odense


Setelah menikmati museum, perjalanan selanjutnya adalah memasuki rumah kelahiran Andersen. Sebelumnya, diantara museum dan rumah kelahiran dibangun sebuah "memorial hall" berbentuk kubah pada tahun 1930 oleh Niels Larsen Stevns. Lukisan dinding ini menceritakan 8 ilustrasi Andersen berdasar autobiografinya "The Fairytale of My Life" (1855). Di dalam rumah kelahiran Andersen kita bisa masuk rumah tersebut untuk melihat isinya: satu ruang tamu dengan meja kursinya, satu dapur, perkakas rumah, silsilah keluarga, perapian kuno, dan juga peralatan tukang sepatu bapaknya yang masih tersimpan apik dan lengkap. Yang sedikit agak mengherankan adalah ukuran rumah dan perabotnya yang begitu mini. Baik rumah kelahiran Andersen maupun rumah para tetangganya, jauh lebih kecil dari rumah-rumah warga Denmark sekarang, kontras dengan postur Andersen yang semampai. Guru Danish saya yang asli Odense menjelaskan, banyaknya rumah berukuran kecil masa itu karena alasan sulitnya ekonomi.

Sedikit cerita tentang keluarga Andersen. Bapak Andersen bernama Hans Andersen (1782-1816), seorang tukang sepatu miskin dan buta huruf yang seringkali membuatkan gambar-gambar dan menceritakan suatu dongeng sebelum Andersen kecil tidur. Ibunya bernama Anne Marie Andersdatter (1774-1833) adalah seorang buruh cuci yang tangguh yang mencuci pakaian di sungai Odense. Si Bapak meninggal dunia disaat Andersen masih berusia 11 tahun. Setelah bapaknya meninggal Andersen muda sempat bekerja di pabrik rokok dan sempat menjadi penenun di seorang tukang jahit, namun pekerjaan itu kurang diminatinya. Sabtu tanggal 4 September 1819, dengan modal tabungan 13 Rix Dollars berangkatlah Andersen menuju Kopenhagen. Setelah menempuh perjalanan selama 36 jam, tibalah Andersen yang masih berusia 14 tahun di tempat impiannya.

Tiga tahun pertama di Kopenhagen adalah masa-masa yang sulit baginya. Selama kurang lebih 52 tahun (1819-1871) di Kopenhagen, Andersen telah tinggal di sekitar 11 tempat yang berbeda dan kebanyakan tidak jauh dari The Royal Theater. Salah satu tempat tinggalnya yang paling penting adalah di sebuah apartemen di Vingardsstraede 6 lantai 3. Disini Andersen hanya tinggal selama satu tahun (1827-1828), namun di sinilah dia mengalami pengalaman belajar dan kontak sosial penting diusia 22 tahun, delapan tahun sejak meninggalkan Odense.

Kini kita bisa mengunjungi kamar Andersen di Kopenhagen ini, dan kini bangunan yang dibangun sekitar tahun 1400 ini merupakan salah satu yang tertua di Kopenhagen. Tempat tinggal lain yang terkenal adalah apartemen di jalan Nyhavn persis di tepi kanal. Terakhir Andersen tinggal di Nyhavn 18 lantai 1, sebelumnya pernah pula tinggal di Nyhavn 67. Kalau Anda ikut kanal tur di Nyhavn, pemandunya akan menceritakan apartemen dimana Andersen pernah tinggal, begitu pun ketika sampai di Langelinie, tur akan berhenti sejenak untuk menikmati patung "Den Lille Havfrue" atau si putri duyung.

Kehidupan yang susah di tengah kemiskinan sejak kecil cukup mewarnai karya-karya Andersen yang kaya akan imajinasi. Di sebagian besar karyanya akan sering dijumpai hadirnya tokoh miskin papa yang seringkali kurang beruntung dalam hidupnya. Di masa hidupnya Andersen telah menulis sekitar 6 novel, 40 naskah drama, 3 autobiografi, dan sekitar 1000 puisi disamping karya dongengnya. Dongeng populer karya Andersen antara lain: The Little Mermaid, The Emperor's New Clothes, Little Ugly Duckling, The Tinderbox, Little Claus and Big Claus, Princess and the Pea, The Snow Queen, The Nightingale, The Steadfast Tim Soldier, dan The Little Match Girl.


Kehidupan pribadi Andersen sendiri masih menjadi perdebatan oleh kebanyakan orang Denmark. Ada beberapa versi yang beredar seputar keengganan pendongeng ini untuk menikah, diantaranya adalah karena dia patah hati dari Johanna Maria Lind (1820-1887) alias Jenny Lind seorang penyanyi opera asal Swedia. Andersen meninggal pada tanggal 4 Agustus 1875 dan dimakamkan di Assistens Kirkegard (pemakaman assisten) Kopenhagen yang terletak di kawasan Norrebro yang juga merupakan kawasan utama para imigran Arab. Di tempat yang sama dimakamkan pula filsuf eksistensialis Soren Aabye Kierkegaard (1813-1855), pelukis Nikolaj Abraham Abildgaard (1743-1809), novelis Martin Andersen Nexo (1869-1954), sahabat karib Andersen yang juga seorang filsuf dan ilmuwan Hans Christian Orsted (1777-1851), juga Niels Henrik David Bohr (1855-1962) alias Niels Bohr, ilmuan dan pemenang nobel fisika. Dimusim panas pemakaman ini menjadi salah satu tempat favorit untuk berjemur, jadi jangan heran kalau melihat banyak kawula muda dengan pakaian minimalis sedang berbaring atau membaca buku diatas hamparan rumput hijau dan rimbunnya pepohonan.

Sebelum meninggalkan museum, kami sempat melalui sebuah perpustakaan yang kurang begitu diminati pengunjung. Di sini disimpan koleksi buku-buku Andersen dan dongeng Andersen dalam berbagai bahasa asing. Disediakan pula koleksi digital tentang dongeng Andersen dalam ratusan bahasa dunia. Saya pun mencoba dengan memilih pilihan bahasa Indonesia, sayangnya yang saya dengar adalah bahasa milik budak malaysia. Sebelum pulang, kami sempat membeli beberapa souvenir di komplek museum ini dan makan siang di warung kebab Arab, tidak jauh dari museum.

Terakhir, di tahun 2005 yang lalu sempat di peringati 200 tahun napak tilas HC. Andersen di Kopenhagen, Odense dan peringatan di beberapa kota besar di 40 negara. Bahkan di penghujung tahun 2006 dibangun sebuah taman senilai jutaan USD di Shanghai berdasar dongeng Andersen. Apakah ini ada hubungannya dengan banyaknya mahasiswa China di Denmark? Entahlah. Faktanya, meskipun biaya kuliah sudah tidak gratis lagi sejak 2006, setiap tahunnya masih banyak saja mahasiswa dari China yang menimba ilmu di negara kerajaan tertua di dunia ini. Sementara jumlah mahasiswa dari Indonesia bisa di hitung dengan jari



(AP. Sutowijoyo,2007)

0 comments:

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP