Sandiaga Uno Akan Lari Marathon Dari Bali Hingga Paris Untuk Para Pedagang Kaki Lima dan Sumbang 40 Juta Untuk Tiap Kilometernya
Minggu, 23 Juni 2013
Sandiaga Uno Akan Lari Marathon Dari Bali Hingga Paris Untuk Para Pedagang Kaki Lima dan Sumbang 40 Juta Untuk Tiap Kilometernya
Setelah berhasil mengangkat Maskapai Mandala Airlines dari keterpurukan, Sandiaga Salahuddin Uno pengusaha Muda terkaya ke-37 di Indonesia versi majalah Forbes bertekat ingin juga mengangkat para Pedangang Kaki Lima (PKL).
Untuk mewujudkan hal itu, dirinya rela lari maraton ‘hingga’ Paris, Perancis melalui program Berlari untuk Berbagi (BuB).
“Saya melihat banyak sekali PKL yang diusir oleh petugas. Saya sering melihat mereka kalau sedang lari pagi 1-2 jam. Ada yang jam 5 subuh baru mau siap-siap pulang, ada yang mulai menggelar dagangannya. Mereka ini selalu struggling dan tak pernah bisa naik kelas, selalu mentok di level tertentu,” kata Sandi dalam jumpa pers Berlari untuk Berbagi di Driving Range, Senayan, Jakarta, Minggu (8/4/2012).
Sandi yang sudah aktif memperhatikan dunia UMKM di awal tahun 2000, tergerak untuk melakukan sesuatu untuk para PKL ini. “Kalau kita tidak bantu dan memberi sentuhan pada keterampilan mereka, mereka akan jadi beban bagi bangsa ini, bukannya aset,” ujarnya.
Untuk itu, demi dapat memberikan sesuatu agar para PKL ini dapat naik kelas dan tidak mentok di level tertentu, Mantan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang UMKM dan Koperasi ini bersama rekan-rekannya akan ikut serta dalam program ‘Berlari untuk Berbagi’ yakni lomba maraton Paris dan Bali yang akan berlangsung pada April 2012.
Melalui program yang diprakarsai oleh Sandi sejak 2009, ia dan 27 rekan bisnisnya akan mengikuti lomba lari maraton di kedua kota tersebut, setelah tahun lalu mereka berpartisipasi di ajang Maraton Gold Coast (Australia) dan New York (Amerika).
Tak sekadar menjadi peserta lomba, Sandi dan rekan-rekannya itu akan mengumpulkan dana dalam program bertajuk ‘Berlari untuk Berbagi’ (BuB) itu. Caranya, di setiap kilometer yang ditempuh oleh Sandi, ia menawarkan kepada individu dan perusahaan untuk memberikan donasi sejumlah nilai tertentu kepada yayasan yang dipilih.
Dari setiap kilometer yang disumbangkan tersebut, pemilik Saratoga Group itu menggandakan seluruh donasi yang telah disumbangkan hingga menjadi dua kali lipat untuk kemudian disumbangkan kepada yayasan yang ditunjuk oleh donatur bersangkutan.
Untuk acara maraton Paris dan Bali ini BuB menggandeng Yayasan Karang Widya (The Learning Farm), sebuah organisasi nirlaba untuk mengatasi kurangnya keterampilan, kesempatan, dan harapan di kalangan pemuda rentan di Indonesia.
“Program (BUB) ini terutama ditujukan bagi UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Saya melihat banyak sekali pedagang kali lima yang diusir
oleh petugas. Maka dari itu, dengan program ini saya berharap bisa membantu mereka,” katanya.
oleh petugas. Maka dari itu, dengan program ini saya berharap bisa membantu mereka,” katanya.
Tidak disebutkan berapa rencana dan target donasi yang akan dicapai program BUB pada lomba maraton Paris dan Bali tersebut. Sebagai pembanding, saat mengikuti maraton New York di bulan November lalu, pemilik Saratoga dan Recapital ini mendonasikan Rp 40 juta untuk tiap kilometer yang ditempuh pelari.
Maraton Paris akan digelar pada 15 April, sedangkan Maraton Bali pada 22 April 2012.
Sumber: informasiolahragaterkini.wordpress.com
1 comments:
Pantas untuk di apreasiasi usaha dari pengusaha sukses ini.
Tapi, dapat kah kita melihat kenyataan bahwa para PKL akan selalu ada, dan malah semakin banyak dari waktu ke waktu.
Mending Pak Sandiaga Uno ga usah jauh-jauh marathon ke Paris atau Bali, sebaiknya marathon secara diam-diam (dengan penyamaran dan tanpa liputan media) aja seputaran Bandung, supaya tau betapa hiruk-pikuk mereka menambah kemacetan dan polusi suara.
Spot-spot nya di Bandung : depan lapangan gazeebo (tiap hari minggu), seputaran otista, daerah pasar caringin, sekitaran BIP dan BEC, terminal Caheum, terminal Leuwi Panjang, dan masih banyak spot lainnya.
Bagus sih cita-cita nya untuk membuat para PKL naik kelas. Tapi tunggu dulu, wajar ga saya jadi berpikiran skeptis atas hal ini? Secara filosofi saja, PKL = Pedagang Kaki Lima; pedagang di trotoar (di Indonesia, sepanjang trotoar full). Bukankah mereka ini sudah merebut hak pejalan kaki? Mengapa tidak dipikirkan cara me-manage para PKL tersebut?
Kita semua tau alasan mereka menjadi PKL, yaitu ga kena biaya administrasi ini-itu, dan kemungkinan karena sudah tidak ada nya lahan bagi mereka berjualan. Seharusnya ini yang dipikirkan, bukannya jargon "naik kelas" para PKL nya. Okelah ada 1 angkatan yang naik kelas, emangnya menjamin ga ada "kelas baru" lagi?
Saya rasa alumnus ITB hebat-hebat lah, selama tidak mengorbankan hati nurani atas bisnis aja.
Mungkin ada yang bertanya, "emang kamu udah ngelakuin apa?", dan mungkin saya bisa jawab "paling tidak, saya usahakan untuk selalu berjalan kaki untuk jarak 1-2 km, dan menggunakan angkot. Setidaknya tidak menambah kemacetan yang sudah dimulai oleh para PKL".
Terima kasih.
Posting Komentar