powered by Google

Trowulan: Instalasi Air untuk Rakyat Majapahit

Minggu, 17 Februari 2013

Trowulan: Instalasi Air untuk Rakyat Majapahit
Oleh: Nina Susilo dan Ingki Rinaldi



Kerajaan Majapahit yang berjaya pada abad XIII sampai XV mewariskan memberikan peninggalan yang membuktikan bahwa manusia bisa mengelola air dengan baik. Kala itu, air tidak pernah menimbulkan banjir di musim 
hujan atau kekeringan di musin kemarau karena manajemen dan teknologi pengairan dipikirkan secara matang untuk kepentingan Kerajaan Majapahit dan rakyatnya.
Kerajaan Majapahit banyak menyisakan instalasi pengairan yang masih dapat disaksikan hingga saat ini. Sebagian masih digunakan masyarakat sebagai jaringan irigasi yang tidak pernah kering, seperti terowongan air bawah tanah di Dukuh Surowono, Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri.
Di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, kendati instalasi pengairan yang ditemukan lebih lengkap dan beragam, sebagian sudah terlupakan serta berubah wujud dan fungsi. Di Trowulan, teknologi pengairan Majapahit yang tersisa terdiri atas jaringan kanal, kolam penampung air, waduk, bak kontrol, dan saluran air bawah tanah.
Foto udara Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional mulai tahun 1973 sampai tahun 1980-an menunjukkan keberadaan jaringan kanal di Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto. Jalur kanal yang lurus ini memanjang 4,5-5,5 kilometer dan bersilangan membentuk kisi-kisi. Lebarnya tidak kurang dari 20 meter, bahkan ketika dipetakan terakhir  40-80 meter dan kedalamannya 6-9 meter.
Sisa jalur kanal saat ini masih bisa dikenali kendati umumnya sudah menjadi persawahan. Bentuknya melebar dan cekung. Sawah yang memanfaatkan sisa kanal ini tidak pernah kering. Di tepian kanal umumnya terdapat selokan dengan susunan bata dari masa Majapahit.
Selain menjadi sawah, sebagian kanal sudah menjadi permukiman, seperti yang terlihat di barat laut Kolam Segaran. Di sekitar makam Troloyo, kanal dibatasi dengan tembok dan dijadikan lapangan parkir. Di perbatasan Mojokerto-Jombang, sebagian kanal malah sudah rata dengan permukaan tanah dan siap diaspal menjadi Jalan Lingkar Mojoagung.
Jaringan kanal yang lurus dengan pola berkisi-kisi, menurut Guru Besar Arkeologi Universitas Indonesia Prof Mundardjito, menunjukkan adanya kekuatan penguasa dan massa yang besar untuk membuatnya. Fungsinya diperkirakan sebagai pengendali banjir atau drainase kota, penyedia air, irigasi, dan transportasi.
RADITYA HELABUMI
Warga memancing ikan di Kolam Segaran yang termasuk dalam situs Trowulan di Desa Trowulan, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur, Jumat (15/1). Kolam Segaran yang memiliki panjang 375 m dan lebar 125 meter ini dahulu digunakan untuk menjamu para tamu Kerajaan Majapahit.

Selain kanal, di sekitar Trowulan bisa dilihat sisa instalasi pengairan yang mendukung kehidupan kerajaan dan masyarakat. Kolam Segaran seluas 6,5 hektar di Kecamatan Trowulan bisa dilihat sebagai penampung air. Adapun waduk-waduk, seperti Balong Bunder dan Balong Dowo yang masih tersisa, diduga berfungsi sebagai penangkap air dari berbagai sumber di gunung-gunung di selatan Trowulan.
Selain itu, sebuah kolam penampung berukuran 1-2 hektar masih bisa dilihat pula di Dukuh Botokpalun, Desa Temon, Kecamatan Trowulan. Bagian tangkis waduk ini lebih lebar ketimbang pematang sawah biasa, sekitar 1 meter. Warga setempat menyebutnya waduk milik Dinas Pengairan Mojokerto dan kini dikelola desa sebagai sawah yang disewakan.
Matsom (52), warga Botokpalun, mengatakan, kedalaman lumpur di sawah itu mencapai pinggang manusia, sedangkan di dasarnya terdapat batu yang membuat air tidak keluar. Karena lumpur yang tebal, khusus di tempat itu, menanam padi bisa dilakukan tiga kali musim tanam tanpa menambahkan air.
IWAN SETIYAWAN
Salah satu peninggalan kerajaan Majapahit , Candi Tikus di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Candi ini diperkirakan merupakan petirtan atau tempat mandi keluarga kerajaan yang dibangun sekitar abad ke-13 atau abad ke-14.

Instalasi pengatur air lainnya, Candi Tikus, diyakini sebagai pengukur debit air. Pusat Penelitian Arkeologi Nasional pada tahun 1989-1990 juga menemukan bangunan dari susunan batu bata yang tampak seperti bak kontrol di sekitar Dukuh Blendren, Desa Watesumpak, Kecamatan Trowulan.

Peninggalan Majapahit di Trowulan menunjukkan apa yang dibuat penguasa untuk rakyatnya. Mungkin banyak ditemukan peninggalan bangunan suci dari masa lalu, tetapi bukan peninggalan yang khusus ditujukan untuk pertanian dan kesejahteraan rakyat.

0 comments:

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP