powered by Google

Daun Simbukan antara Kenyataan dan Pepatah

Minggu, 26 Februari 2012

Pada 24 Februari 2012 23:10, Bambang Winarto <bambangw@abcjkt.co.id> menulis:


Dulu waku saya kecil di Surabaya sebelum pindah ke Malang, waktu SD ada yang namanya daun simbukan. Daun ini biarpun bentuknya seperti daun biasa, seperti daun pohon kacang tanah, tapi baunya "maaf" seperti kentut kalau malah tidak lebih bau daripada kentut. Saya tidak tahu apakah ini keberuntungan atau kesialan bagi orang Surabaya. Soalnya daun ini tidak memberi manfaat apa2 tapi baunya yang menusuk hidung membuat pohon semak ini dijauhi orang. Tapi entah gimana caranya daun ini waktu itu kok selalu ada saja ketika si busuk ini diperlukan. Untuk apa? Untuk mengganggu orang lain.

Yang saya ingat waktu itu teman2 SD saya yang berandal, pernah satu atau dua kali memasang daun ini di bangku guru kami. Padahal guru kami itu sesungguhnya orang yang baik, jadi entah alasan apa teman2 itu memasang daun itu untuk mem-bully si guru. Kebayang kan apa yang terjadi ketika si guru masuk kelas ? Setelah duduk beberapa saat beliau mulai mencium bau busuk itu, dan akhirnya menemukan sumber baunya, soalnya gak kayak kentut, bau busuknya ini gak hilang2. Akhir cerita kami sekelas dihukum oleh Kepala Sekolah, gak boleh pulang, harus menulis permintaan maaf seratus kali kepada Bu Guru yang baik itu.

Nah dirumah , masih kaitan dengan daun ini, saya cerita kepada tetangga yang namanya Pakde Wiryo. Lalu si Pakde memberi nasehat, sebuah pepatah tentang daun simbukan itu, begini bunyinya : Dadi manungsa iku aja kaya godong simbukan, rupane wae godong, tapi kelakuane kaya kentut.......

Semoga jadi perenungan malam ini. Saya pamit ya.


Salam, BW/EL74


---------------------------------
Komentar Saifuddien Sjaaf :

Cak Bambang,
bicara tentang daun simbukan [godong simbukan], konon katanya didaerah tertentu daun ini dibuat bothok [selayaknya botok dari bahan daun atau sayuran lain], dan katanya karena diluar saja sudah menghasilkan bau, khasiatnya untuk membuat perut jadi longgar dengan keluarnya berbagai gas. Entahlah, mungkin ada teman lain yang lebih tahu.

Kalau untuk kenakalan anak-anak kepada guru, di Gresik ada tanaman merambat juga, yang buahnya seperti golongan petai, tetapi berbulu dan bulunya ini sangat gatal sekali. Namanya RAWE [entahlah apa ini yang kemudian menjadi semboyan "rawe-rawe rantas, malang-malang putung" atau bukan]. Di Surabaya, setidaknya di wilayah sekitar Tembok Kuburan dan Pasarturi, tanaman ini tidak ada. Temanku yang agak sewot dengan seorang guru di ST Pawiyatan, meletakkan bulu rawe ini di meja gurunya. Kasihan ya. Anak-anak dulu nakalnya ya seperti itu.

Kalau biji-bijian yang bisa menimbulkan banyak gas dalam perut, ada namanya kedawung. Setelah disangrai, enak juga dimakan seperti makan kacang koro. Tapi jangan dimakan setelah buka puasa, nanti waktu shalat terawih akan bolak balik wudhu.

He he, gara-gara simbukan, jadi mengenang masa muda dulu


Salam

Saifuddien Sjaaf

0 comments:

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP