Melahirkan Barisan Outlier Idaman
Minggu, 10 Juni 2012
From: handy purnama <handy_kai@yahoo.com>
Sender: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Date: Sun, 10 Jun 2012 18:43:04 -0700 (PDT)
ReplyTo: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Subject: Re: [Senyum-ITB] Menghasilkan Steve Job
Saya berikan cuplikan artikel menarik yang terkait.
Dan bila ingin lebih jauh dapat membaca di Malcolm Gladwell lewat
bukunya, Outliers, The Story of Success
Melahirkan Barisan
Outlier Idaman
Orang-orang berprestasi
luar biasa alias outlier tidak muncul tiba-tiba. Modalnya juga bukan cuma IQ,
bakat, ataupun kemampuan pribadi. Untuk menjadi outlier, mereka butuh dukungan
lingkungan, keberuntungan, dan kemauan menempa diri. Bagaimana menciptakan
sistem dan iklim yang kondusif untuk itu?
Namanya Christopher Langan. Sosok ini di Amerika Serikat lumayan
dikenal setelah muncul sebagai bintang tamu di episode kelima tahun 2008 acara
One Vs. One Hundred yang dibawakan Bob Saget. Di acara yang mempertaruhkan uang
US$ 1 juta ini sang tamu harus cukup cerdas menjawab sebanyak mungkin
pertanyaan dibanding pesaingnya yang sebanyak 100 orang itu. Yang membuat orang
berdecak kagum adalah IQ-nya yang mencapai 195 (sebagai perbandingan, Albert
Einstein “cuma” punya IQ 150). Di panggung ini Langan memang mampu membuktikan
kecerdasannya, mengalahkan lawannya yang 100 orang itu dan pulang dengan hadiah
US$ 250 ribu.
Dalam 10 tahun terakhir, Langan memang populer di AS karena sorotan media atas kecerdasannya yang luar biasa. Namun, sehari-harinya pria gemuk kekar yang kini berusia 50-an tahun ini tinggal di kawasan peternakan kuda di pinggiran Missouri. Selain mengurus peternakan, seperti halnya orang genius lainnya, ia juga menyukai buku dan keasyikan intelektual lainnya. Selama beberapa tahun terakhir ia mengaku tengah mengerjakan proyek rumit. Sayang, ini diakuinya pula, tak ada satu pun hasil karyanya yang dipublikasi. Salah satu hasil risetnya diberi judul Cognitive Theoretic Model of the Universe. Tanpa memiliki gelar akademis, ia merasa tak pernah bisa menerbitkan jurnal ilmiah. Ya, tampaknya Langan hidup dalam kesepian intelektual. Ia tahu bahwa seharusnya ia bisa hidup lebih baik dari yang sekarang dijalaninya, tetapi ia mengaku tak tahu caranya.
Nasib Langan memang tak seberuntung Bill Gates (pendiri dan pemilik Microsoft) ataupun Bill Joy (pendiri dan pemilik Sun Microsystems), dua nama genius lain yang sebenarnya IQ-nya masih di bawah Langan. Nama kedua Bill itu kini telah melegenda sebagai pakar teknologi sekaligus kampiun bisnis yang berhasil membangun fondasi TI dunia.
Langan tak sempat menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Ia hidup dengan ibu, beberapa saudara tiri, dan ayah tiri yang sering main pukul (yang akhirnya minggat setelah dihajar olehnya). Lalu, karena ibunya lupa mengisi catatan keuangan keluarga, ia kehilangan beasiswanya di Reed College, Oregon. Di kampus lain yang kemudian dia masuki, Montana State University, Langan juga tak bisa hadir mengikuti kuliah pas waktu karena jaraknya yang jauh dengan tempat tinggalnya. Sudah begitu, permintaannya untuk pindah kelas sore – agar bisa mengikuti kuliah – ditolak pihak kampus. Hilanglah kesempatannya meraih gelar akademis. Ya, orang yang seharusnya mudah menggapai gelar Ph.D sekalipun ini, memang tidak cukup beruntung. Orang genius ini terbilang gagal karena tak memperoleh bantuan dari lingkungannya.
Kisah paradoks – antara faktor kegeniusan dan keberhasilan hidup – yang agak ironis ini diungkapkan Malcom Gladwell dalam buku terbarunya, Outliers. Ia menceritakannya sebagai kontras mengenai orang-orang yang mampu mencapai prestasi luar biasa dibanding kebanyakan orang (yang disebutnya outlier). Bill Gates, Bill Joy, The Beatles adalah di antara contoh outlier yang disebutkan Gladwell. Para outlier, Gladwel menyimpulkan, bukan semata berhasil karena bakat atau kemampuan pribadi mereka. Mereka sukses karena adanya bantuan dari lingkungan dan berbagai keberuntungan berupa kesempatan sosial yang mereka peroleh. Disiplin dan persistensi mereka untuk terus mempertajam dan memperdalam keahlian – yang diistilahkannya kaidah tempaan 10 ribu jam – menjadi kunci sukses mereka lainnya. Dari pemaparan Gladwell kita bisa menarik benang merah dan menemukan beberapa faktor kunci mengapa seseorang bisa sukses menjadi outlier di bidangnya (lihat Boks: Faktor Kunci Menjadi Outlier).
Faktor Kunci Menjadi Outlier
1.Memiliki bakat kapasitas
individual yang bagus: IQ, bakat kecerdasan lainnya, dan minat.
2.Adanya pendidikan (lebih
bagus sejak dini) – baik formal maupun informal – yang bisa mengasah bakat dan
memperkuat minat.
3.Adanya bantuan dari lingkungannya – lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan lainnya – dalam pengembangan kualitas diri.
3.Adanya bantuan dari lingkungannya – lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan lainnya – dalam pengembangan kualitas diri.
4.Mampu memanfaatkan keberuntungan
berupa kesempatan sosial (istilahnya: lahir di tempat dan pada masa yang
tepat).
5.Menjalani tempaan keras
(minimum) 10 ribu jam yang bisa mempertajam dan memperdalam keahlian.
6. Sikap disiplin dan persisten
untuk terus mengakumulasi keunggulan di atas kebanyakan orang.
Sumber: Disarikan dari pemaparan Malcolm Gladwell lewat bukunya, Outliers, The Story of Success.
0 comments:
Posting Komentar