powered by Google

Melihat Stalagtit dan Stalagmit di Gua Meramec

Rabu, 22 Februari 2012

Hallo Senyum ITB

Saya Supriadi EL ITB 74 mau mencoba sharing beberapa tulisan berupa real story,
artikel management, dan juga buku yang boleh didownload gratis (Menjawab
tantangan reformasi birokrasi; kepemimpinan transformasional dan organisasi
lateral) yang baru saya tarik dari Gramedia karena sedang disusun edisi 2 nya

Silakan bagi yang senggang untuk membuka blog saya: sttplnsupriadi.blogspot.com

Ini salah satu contoh artikel pendek yang saya tulis 5 tahun yang lalu di Saint
Louis, Missouri, USA


Stalagmit dan Stalaktit





Awal musim gugur 2006, saya "balimau," istilah orang Minang untuk berkunjung ke
tempat wisata untuk mengagumi kebesaran ciptaan Tuhan sehari menjelang
dimulainya puasa, ke gua Meramec sekitar 1 jam perjalanan dari Saint Louis,
Missouri, kota tempat saya belajar.


Peta lokasi Gua Meramec


View Larger Map


Peta: Dari A = Saint Louis, Missouri  ke  B = Gua Meramec
Jarak = 63, 2 mi. Waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit



Meramec cavern merupakan salah satu tempat favorit saya karena selalu ada kekaguman baru yang saya dapat dari dalam gua Meramec yang sejuk sepanjang tahun itu.
Begitu keluar dari Highway 44, kita sudah dibuai dengan indahnya pohon Cypress dan Oak yang mulai dipoles warna musim gugur disela-sela satu dua rumah penduduk yang asri ditengah kebun merekayang luas.
Memasuki gerbang Meramec, mata kita mulai dimanjakan oleh rindangnya
pepohonan ditepi sungai tempat berkanu ria di musim panas. Dari luar tidak
tampak ada yang istimewa kecuali tulisan "Tempat Persembunyian Jesse James",
perampok bank terkenal abad yang lalu. Dengan dibimbing ranger, kita memasuki
gua untuk menikmati keindahan dan ilmu alam serta filsafat yang diberikan oleh
sang Pencipta.

Diawali dengan balirung berkapasitas 3000 orang berdinding karang yang lebih
keras dari beton, kita dapat merasakan sejuknya udara gua sambil mengikuti
irama ayunan pendulum baja yang bergerak mengikuti arah perputaran bumi.
Pelajaran pertama yang dicontohkan sang gua adalah konsistensi; sang gua
selalu menyajikan suhu yang sama sepanjang tahun tidak terpengaruh dengan
gerahnya lingkungan di musim panas maupun bekunya udara di musim dingin.

Pelajaran kedua adalah Meramec tidak pilih kasih kepada manusia yang memerlukan
perlindungannya. Seabad yang lalu dia memberikan tempat untuk seorang bandit
mantan serdadu, Jesse James, dan kawan-kawannya. Sang ranger menunjuk ke arah
suara air terjun dibalik kegelapan sebagai tempat mereka dulu bersembunyi.
Selanjutnya kita melihat patung "Lassie", anjing penolong, yang menunjukkan
bahwa film yang sangat terkenal di masa kanak-kanak dulu pernah dibuat disitu.

Menyusuri lorong gua yang konon panjangnya lebih dari 30 km, sang ranger
tiba-tiba mematikan lampu sejenak; gelap sempurna...... ketika dinyalakan
kembali , mata kita dimanjakan oleh suatu dekorasi alami yang menakjubkan;
ribuan stalaktit atau endapan kalsium berbagai bentuk tergantung indah
berpasangan dengan stalagmite yang berdiri gagah. Ada pasangan yang sudah lama
menyatu dan mulai membesar, dan banyak stalaktit yang masih terpisah dari yang
baru tumbuh sampai yang sudah mencapai beberapa inci." Rasa sedih mulai saya
rasakan ketika melihat banyak sekali stalaktit dan stalagmite yang dirusak untuk
memenuhi nafsu keisengan ataupun keserakahan "manusia". Padahal kata sang
ranger, untuk bisa membentuk stalaktit dan stalagmit Meramec sebesar telor puyuh
saja dibutuhkan waktu sekitar 50 tahun.

Stalaktit dan stalagmite mengajarkan saya bagaimana mereka istiqomah
untuk tetap menjalankan sunattullah membangun karang dari tetesan air. Semua
konsisten dengan tugasnya, yang kalsium memberi warna putih, yang jodium merah,
dan yang besi abu-abu kecoklatan dan secara bersamaan mereka menyajikan
keindahan. Mereka tidak "mutung" walaupun hasil karya mereka selama berjuta
tahun bukannya dipuji tapi malah dirusak oleh segelintir nafsu makhluk lain yang
dilayaninya, "manusia". Setelah dipatahkan mereka mulai lagi dengan tetesan air
pertama, konsisten dengan perintah alam. Stalaktit dan stalagmit tidak pernah
membenci atau mendendam kepada sang perusak karena mereka yakin bahwa sang
Pencipta tentunya juga menciptakan
makhluk lain yang suatu saat akan melindungi amal baik mereka. Seperti sang
ranger yang setiap hari bertegur sapa sambil merawat mereka, seperti pemerintah
Missouri yang saat ini memberi mereka kaca pelindung dan aturan denda yang
sangat keras bagi pengunjung yang menyentuh mereka.

Dalam lorong berikutnya kita juga melihat sungai kecil yang saya beri nama
cermin kepalsuan, terlihat sangat dalam dan jernih, tapi kenyataannya dangkal
dan berlumpur. Diakhir perjalanan, kita menyaksikan suatu pentas yang dihiasi
ratusan tirai stalaktit-stalagmit yang terjuntai indah dan katanya tertinggi di
dunia, suatu simbol kemenangan para penjaga kebenaran.

Kita memang bukan stalaktit atau stalagmit, kita boleh sombong karena diberikan
kebebasan untuk berpikir dan berbuat apa saja termasuk merusak. Tapi untuk
menjadi orang yang istiqomah kita perlu belajar dari stalaktit dan stalagmit.
Walaupun banyak tangan jahil yang merusak, tapi dalam beramal baik kita tidak
boleh putus asa. Kita tahu bahwa amalan kita baru dirasakan dalam jangka panjang
bahkan mungkin tidak di dunia ini sedangkan untuk merusak hanya dibutuhkan waktu
sekejap bahkan cukup dengan satu kata fitnah. Sebagai contoh yang saya lihat
sendiri, hanya untuk menyembuhkan seorang gadis cilik Mawarni, korban gempa dari
Nias yang kebetulan diobati di St. Louis dibutuhkan waktu berbulan-bulan, dan
keterlibatan kapal induk Amerika yang menjemputnya, dan tim dokter terbaik di
Children Hospital, dan pengorbanan sang voluntir Kathy dan kawan-kawan lainnya.
Sebaliknya, untuk menghancurkan serta membunuh ribuan orang di Ambon, Poso,
Palestina, di New York, di Bali, di Sepanyol, di Inggris, dan di Bali lagi,
hanya dibutuhkan waktu sekejap. Tapi seperti stalaktit dan stalakmit, amalan
kita tidak boleh dicemari oleh dendam dan dengki kepada sang perusak, karena
sang Pencipta akan menunjuk makhluknya yang akan melindungi ciptaannya, mungkin
juga kita. Tergantung pilihan kita sendiri, apakah kita akan mengikuti teladan
si kembar stalaktit-stalagmit atau bersombong ria bersama tangan-tangan
jahil………….

Saint Louis, Musim gugur 2005
Yadi S. Legino

1 comments:

IA-ITB 22 Februari 2012 pukul 07.30  

Re: [Senyum-ITB] Stalagtit and Stalagmit

Mas PriYadi,
Di kabupaten Pacitan, ada tempat wisata Guwa Tabuhan (kalo tidak kliru).
Gua Stalagtit-stalagmit tersebut oleh masyarakat dijadikan "alat musik" yang ditabuh oleh bbrp orang, spt para penabuh gamelan.


Salam,
kenul fi76
Aunul Bari

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP