Smart City ala Pemda DKI
Kamis, 25 Desember 2014
From: "Suhono Harso Supangkat
Date: Fri, 26 Dec 2014 08:35:47 +0700 (WIT)
Subject: Re: [Senyum-ITB] Smart City ala Pemda DKI
Salam
Kalau sudah ada komentar dari Mas Moko menjadi lebih menarik.
Sebagai pengguna melihat karakter kota paling mudah adalah apakah
kota itu banjir, macet, aman, nyaman, bersahabat dll.
Ternyata dengan jumlah penduduk kota yang telah di kisaran 60 persen,
menyebabkan 'demand dan supply" summer daya yg ada di kota njomplang.
Demikian juga karena perilaku tidak peduli lingkungan.
Paling tidak ada 3-4 bentuk harapan kota yg selama ini muncul diantaranya
(berdasarkan workshop di Bappenas tgl 22 Desember lalu):
1. Green City (latar belakang energy/lingkungan)
2. Liveable city (latar belakang Planologi)
3. Smart City (latar belakang ICT)
Menurut saya semuanya punya keinginan agar kota itu aman, nyaman dan
tumbuh berkelanjutan. Tentunya tidak perlu ada dikotomi, hanya saja
perlu saling sinergi (saya banyak belajar dan ingin terus belajar dari
temen Planologi dan terkait).
Saat ini beberpa institusi dunia sedang mencoba membuat konsep
dan framework baru tentang smart system ini diantaranya
1. Benua Amerika
NSF (national science foundation) mengundang kemitraan inovasi sbb:
http://www.nsf.gov/funding/ pgm_summ.jsp?pims_id=5047082.
Termasuk IEEE telah membuat task force dan Prakarsa smart city sbb
: http://smartcities.ieee.org
2. Benua Eropa
http://ec.europa.eu/eip/ smartcities/
Mereka mengundang kemitraan untuk inovasi ini
3. Beberapa negara:
Jepang, Korea dll dengan berbagai prakarsanya, termasuk
cityprotocol.org yg bermarkas di Barcelona yang sedang mengembangkan
city anatomy (tetapi hati hati di Barcelona belum aman, tas dan pasport
saya dicuri di Barcelona bulan lalu).
Dari berbagai referensi itu memang benar jika "city" atau kota adalah "Systems
of Systems", bisa dilihat dari region(kelurahan, kecamatan,kota/kab),
bisa dilihat dari sektor/subsistem (sungai,transport,sekolah, kesehatan
dll) dan juga dilihat sisi interaksi, sosila dan birokrasinya.
Cityprotocol.org dimana saya ikut sbg member, sedang mengeluarkan dokumen untuk
diminta masukan publik tentang anatomi kota.
Di dokumen ini secara garis besar Kota dibagi seperti tubuh manusia, anatomi kota.
3 basis anatomy kota: Struktur, Masyarakat dan Interkasi.
Struktur menyangkut : environment, fisik termasuk diantaranya air, udara, bumi, jalan
sungai dll.
Interaksi: ini baru masuk tatakelola, urban functions termasuk "city operation",
tata kelola, "living", education, shopping, health ell.
Memfungsikan Lurah/camat sbg CEO atau administratur, tergantung dari arsitektur interaksi
ini. Nah disini TIK/ICT masuk dalam domain kota...
Arsitektur non fisik TIK masuk,, mungkin ini yang disebut smartness...
Society, terdiri dari citizen, business organisasi hingga pemerintahnya.
Saat ini diskusi masih berlangsung..
Jika perlu dokumen diatas dari cityprotocol.org saya akan kirim japri dan
mohon masukan.
Mudah mudahan saja di Indonesia Smart city tidak hanya untuk pencitraan wali kota
atau guberner, walau city branding itu memang diperlukan.
Framework Garuda Smart City Maturity Model sudah mulai dibuta veri 1, dengan segala
kekurangannya. Termasuk smart system platform pendukung "city operations".
Kurang lebihnya mohon maaf.
Suhono
----- Original Message -----
From: "'Sumarpung'
Sent: Thursday, December 18, 2014 9:01:47 PM
Subject: [Senyum-ITB] Smart City ala Pemda DKI
Mohon info dan pencerahan dari teman2 yang berkecimpung di Smart City Initiative.
Pemda DKI kemarin launching Smart City, dan salah satu konsep yang diusung dalam Smart City adalah peran Lurah/Camat sebagai Urban Manager.
Yang dimaksud adalah dimana Lurah dan Camat diharapkan berfungsi sebagai CEO dari wilayah masing2. Mulai dari pembagunan wilayah, pembangunan SDM, pelayanan/pengaduan warga, pembinaan UKM, dst dst. Jadi tidak lagi sekedar fokus dengan pengurusan surat2 dan administrasi saja.
Pertanyaan:
1. Apakah ada pemda lain yang telah menerapkan konsep yang mirip dengan DKI (Lurah /Camat b erperan sebagai Urban Manager) ?
2. Apakah konsep ini cocok untuk semua pemda di Indonesia ? Faktor apa yang jadi penentu ?
Thanks,
Sumarpung
============================== =================
Btw, aplikasi SwaKita digunakan untuk menunjang peran Lurah/Camat sebagai Urban Manager:
Presentasi Gubernur DKI: https://www.youtube.com/watch? v=-QOMzZR5Yl0
Fitur aplikasi: https://www.youtube.com/watch? v=O7BXOpZGomc
Info aplikasi: https://play.google.com/store/ apps/details?id=com.skydreem. swarakita.warga
Ulasan media tentang penggunaan aplikasi SwaKita:
http://megapolitan.kompas.com/ read/2014/12/11/17101311/. Smart.City.ala.Lurah.Susan. Lenteng.Agung
http://megapolitan.kompas.com/ read/2014/12/12/15392671/Cara. Lurah.Cengkareng.Timur. Wujudkan.Smart.City .
http://www.thejakartapost.com/ news/2014/10/30/new-apps- help-cre ate-urban-managers.html
Metro TV: https://www.youtube.com/watch? v=Cg38gL5CBuU
NET TV: https://www.youtube.com/watch? v=388rShYDtfM
Kalau sudah ada komentar dari Mas Moko menjadi lebih menarik.
Sebagai pengguna melihat karakter kota paling mudah adalah apakah
kota itu banjir, macet, aman, nyaman, bersahabat dll.
Ternyata dengan jumlah penduduk kota yang telah di kisaran 60 persen,
menyebabkan 'demand dan supply" summer daya yg ada di kota njomplang.
Demikian juga karena perilaku tidak peduli lingkungan.
Paling tidak ada 3-4 bentuk harapan kota yg selama ini muncul diantaranya
(berdasarkan workshop di Bappenas tgl 22 Desember lalu):
1. Green City (latar belakang energy/lingkungan)
2. Liveable city (latar belakang Planologi)
3. Smart City (latar belakang ICT)
Menurut saya semuanya punya keinginan agar kota itu aman, nyaman dan
tumbuh berkelanjutan. Tentunya tidak perlu ada dikotomi, hanya saja
perlu saling sinergi (saya banyak belajar dan ingin terus belajar dari
temen Planologi dan terkait).
Saat ini beberpa institusi dunia sedang mencoba membuat konsep
dan framework baru tentang smart system ini diantaranya
1. Benua Amerika
NSF (national science foundation) mengundang kemitraan inovasi sbb:
http://www.nsf.gov/funding/
Termasuk IEEE telah membuat task force dan Prakarsa smart city sbb
: http://smartcities.ieee.org
2. Benua Eropa
http://ec.europa.eu/eip/
Mereka mengundang kemitraan untuk inovasi ini
3. Beberapa negara:
Jepang, Korea dll dengan berbagai prakarsanya, termasuk
cityprotocol.org yg bermarkas di Barcelona yang sedang mengembangkan
city anatomy (tetapi hati hati di Barcelona belum aman, tas dan pasport
saya dicuri di Barcelona bulan lalu).
Dari berbagai referensi itu memang benar jika "city" atau kota adalah "Systems
of Systems", bisa dilihat dari region(kelurahan, kecamatan,kota/kab),
bisa dilihat dari sektor/subsistem (sungai,transport,sekolah,
dll) dan juga dilihat sisi interaksi, sosila dan birokrasinya.
Cityprotocol.org dimana saya ikut sbg member, sedang mengeluarkan dokumen untuk
diminta masukan publik tentang anatomi kota.
Di dokumen ini secara garis besar Kota dibagi seperti tubuh manusia, anatomi kota.
3 basis anatomy kota: Struktur, Masyarakat dan Interkasi.
Struktur menyangkut : environment, fisik termasuk diantaranya air, udara, bumi, jalan
sungai dll.
Interaksi: ini baru masuk tatakelola, urban functions termasuk "city operation",
tata kelola, "living", education, shopping, health ell.
Memfungsikan Lurah/camat sbg CEO atau administratur, tergantung dari arsitektur interaksi
ini. Nah disini TIK/ICT masuk dalam domain kota...
Arsitektur non fisik TIK masuk,, mungkin ini yang disebut smartness...
Society, terdiri dari citizen, business organisasi hingga pemerintahnya.
Saat ini diskusi masih berlangsung..
Jika perlu dokumen diatas dari cityprotocol.org saya akan kirim japri dan
mohon masukan.
Mudah mudahan saja di Indonesia Smart city tidak hanya untuk pencitraan wali kota
atau guberner, walau city branding itu memang diperlukan.
Framework Garuda Smart City Maturity Model sudah mulai dibuta veri 1, dengan segala
kekurangannya. Termasuk smart system platform pendukung "city operations".
Kurang lebihnya mohon maaf.
Suhono
----- Original Message -----
From: "'Sumarpung'
Sent: Thursday, December 18, 2014 9:01:47 PM
Subject: [Senyum-ITB] Smart City ala Pemda DKI
Mohon info dan pencerahan dari teman2 yang berkecimpung di Smart City Initiative.
Pemda DKI kemarin launching Smart City, dan salah satu konsep yang diusung dalam Smart City adalah peran Lurah/Camat sebagai Urban Manager.
Yang dimaksud adalah dimana Lurah dan Camat diharapkan berfungsi sebagai CEO dari wilayah masing2. Mulai dari pembagunan wilayah, pembangunan SDM, pelayanan/pengaduan warga, pembinaan UKM, dst dst. Jadi tidak lagi sekedar fokus dengan pengurusan surat2 dan administrasi saja.
Pertanyaan:
1. Apakah ada pemda lain yang telah menerapkan konsep yang mirip dengan DKI (Lurah /Camat b erperan sebagai Urban Manager) ?
2. Apakah konsep ini cocok untuk semua pemda di Indonesia ? Faktor apa yang jadi penentu ?
Thanks,
Sumarpung
==============================
Btw, aplikasi SwaKita digunakan untuk menunjang peran Lurah/Camat sebagai Urban Manager:
Presentasi Gubernur DKI: https://www.youtube.com/watch?
Fitur aplikasi: https://www.youtube.com/watch?
Info aplikasi: https://play.google.com/store/
Ulasan media tentang penggunaan aplikasi SwaKita:
http://megapolitan.kompas.com/
http://megapolitan.kompas.com/
http://www.thejakartapost.com/
Metro TV: https://www.youtube.com/watch?
NET TV: https://www.youtube.com/watch?
0 comments:
Posting Komentar