Timor-Leste Sudah Menyusul Indonesia?
Jumat, 25 April 2014
Timor-Leste Sudah Menyusul Indonesia?
Oleh: Faisal Basri
Oleh: Faisal Basri
Tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk Timor-Leste berdasarkan gross domestic product (GDP) per kapita yang telah disesuaikan dengan purchasing power parity (PPP) dalam international US$ adalah sebesar US$1.709, sepertiga dari Indonesia yang besarnya US$4,956.[1]
Namun, jika menggunakan indikator Gross National Income (GNI) per kapita berdasarkan PPP, Timor-Leste sejak tahun 2007 telah menyusul Indonesia.
Data terakhir yang tersedia tahun 2012, GNI per kapita Timor-Leste sebesar US$6.230 sedangkan Indonesia sebesar US$4,730.[2]
Namun, jika menggunakan indikator Gross National Income (GNI) per kapita berdasarkan PPP, Timor-Leste sejak tahun 2007 telah menyusul Indonesia.
Data terakhir yang tersedia tahun 2012, GNI per kapita Timor-Leste sebesar US$6.230 sedangkan Indonesia sebesar US$4,730.[2]
Ketika masih menjadi bagian dari Indonesia, Timor Timur tergolong provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar bersama Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Setelah berpisah dengan Indonesia, Timor Timur bisa melaju lebih kencang, sedangkan tetangga terdekatnya, Nusa Tenggara Timur, masih saja dengan status provinsi yang persentase penduduk miskinnya tertinggi setelah Papua dan Papua Barat. Sebagai negara yang relatif baru membangun dengan penduduk hanya 1,2 juta jiwa, Timor-Leste masih banyak menghadapi keterbatasan.
Namun, negeri ini bisa belajar banyak dari keberhasilan dan kegagalan
negara lain, termasuk Indonesia, sehingga terbuka peluang untuk maju
lebih cepat. Majalah Economist edisi terbaru mencantumkan
Timor-Leste sebagai salah satu dari 10 negara yang diproyeksikan bakal
mengalami pertumbuhan ekonomi paling cemerlang tahun 2014.[3]
Anggapan bahwa Timor-Leste bisa tumbuh tinggi karena relatif baru
merdeka dan berawal dari tingkat yang rendah tidak cukup kuat. Di
jajaran 10 besar ada Mongolia, Tanzania, Irak, Laos, dan Macau. Jika
alasannya karena perekonomian Timor-Leste relatif sangat kecil, buktinya
banyak perekonomian yang ukurannya kecil mengalami perkembangan
tersendat-sendat. Bermuda dan Puerto Rico, misalnya, masuk dalam
kelompok 10 besar yang pertumbuhannya tahun 2014 diproyeksikan paling
buruk. Sebaliknya, negara sangat besar bisa juga tumbuh tinggi seperti
China.
Pertumbuhan ekonomi Timor-Leste pada mulanya berfluktuasi tajam karena ketergantungan perekonomiannya terhadap minyak dan kopi. Laju inflasi cukup tinggi, hampir selalu dua digit. Penyebab utamanya adalah persoalan supply bottlenecks. Walau demikian, sejak 2007 pertumbuhan ekonomi tidak lagi berfluktuasi tajam, bahkan hampir selalu di atas 10 persen dan diperkirakan berlanjut hingga tahun 2015.
Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya setelah pemilihan umum yang lalu, sejumlah inisiatif telah digulirkan untuk memperkokoh landasan bagi pertumbuhan berkelanjutan, seperti pelayanan satu atap dalam perizinan usaha, penyiapan undang-undang pertanahan, menghapuskan monopoli di jasa telekomunikasi dengan kehadiran dua pelaku baru, pembenahan bandara, dan konsultasi publik tentang undang-undang pertambangan. Jika Timor-Leste diuntungkan oleh keputusan arbitrase atas the maritime treaty yang mengatur the greater sunrise gas and condensate field, masa depan penerimaan negara dari sektor migas bakal lebih pasti. Jika di Indonesia kekayaan minyak sudah menjelma menjadi semacam “kutukan”, bagi Timor-Leste sangat berpotensi sebagai “berkah”.
The Petroleum Fund, yang merupakan sovereign wealth funds
negara, sudah mencapai 14 miliar dollar AS pada Juli 2013, naik dari
11,8 miliar dollar AS pada akhir 2012. The Petroleum Fund relatif cepat
mengakumulasi karena hanya sebagian kecil penerimaan Negara dari minyak
yang dialirkan ke anggaran Negara bagi kebutuhan generasi sekarang.
Sebagian besar sisanya dikelola untuk kepentingan generasi yang akan
datang demi menegakkan keadilan antargenerasi.
Untuk kasus Indonesia, seluruh penerimaan minyak (bagi hasil minyak
dan pajak keuntungan perusahaan minyak) yang pada tahun 2012 sebesar Rp
177 triliun habis dibelanjakan, bahkan masih kurang untuk menutup
subsidi BBM sebesar Rp 240 triliun. Hal lain yang patut dikagumi dari
Timor-Leste adalah kesungguhan pemerintah melindungi rakyatnya dari
goncangan eksternal dan internal. Social protection index versi
Asian Development Bank Timor-Leste menunjukkan Timor–Leste berada di
urutan ke-11, jauh di atas Indonesia yang tercecer di urutan ke-27 dari
35 negara di Asia. Pemerintah Timor-Leste tak menunggu kaya untuk
melindungi rakyatnya dari goncangan gelombang globalisasi yang juga
merasuki negeri tetangga terdekat kita.
Kita sepatutnya cepat sadar akan kesalahan di masa lalu, mau mengubah pola pikir yang mengedepankan kepentingan rakyat banyak dan menegakkan keadilan.
Informasi tambahan Timor-Leste (Indonesia):
Jumlah penduduk 1,2 juta jiwa (246,9 juta jiwa)
Pertumbuhan penduduk 2,9 persen (1,2 persen)
Luas daratan 14.870 km2 (1.904.570 km2)
GDP (PPP, international $) $2,1 miliar ($1,2 triliun)
GDP per kapita (PPP, international $) $1.709 ($4.956)
1 comments:
Posting Komentar