Penjelajahan Kapten Cook dan dokumentasi hidup Joseph Banks
Kamis, 10 Oktober 2013
Uploaded on Feb 13, 2011
Comedy of Errors: Captain Cook and Joseph Banks find Botany Bay. 2009 school project for Year 3.
------------------
From: "B. Antariksa (Erik), 99Bali International, www.99Bali.com" <bantariksa2@gmail.com>
Date: Wed, 9 Oct 2013 23:57:06 +0000
Subject: Re: [Senyum-ITB] Penjelajahan Kapten Cook dan Dokumentasi hidup Joseph Banks
Iya, memang di jaman itu mereka sudah sadar betul artinya dokumentasi yg benar.
Ternyata waktu Kapten James Cook mau melakukan penjelahan mencari tanah di Selatan, ada anak muda bangsawan bernama Joseph Banks yg ikut pelayaran penuh petualangan ini.
Dia penggila botani dan hewan2.
Akhirnya mereka menemukan Australia dan Joseph Banks mengumpulan koleksi hewan2 dan tumbuhan2 yg bisa dibawa balik.
Dalam perjalanan pulang ke Inggris, kapal mereka menghantam karang dan mulai karam.
Untuk membuat ringan bobot kapal, semua meriam dan ransum makanan mulai dibuang.
Tapi koleksi Joseph Banks tetap dijaga.
Akhirnya kapal tidak jadi tenggelam dan koleksi tumbuhan dan hewan Joseph Banks selamat sampai di Inggris dan masih ada sampai sekarang.
Salam kompax,
Erik
============
B. Antariksa (Erik)
Director / EL86
- 99Bali International, http://99Bali.com
- Petualangan Erik, http://Petualangan-Erik. blogspot.com
============
B. Antariksa (Erik)
Director / EL86
- 99Bali International, http://99Bali.com
- Petualangan Erik, http://Petualangan-Erik.
============
Published on Feb 23, 2013
Captain James Cook-Mini Series
Year: 1987
Executive Producer: Geoffrey Daniels
Producer: Ray Alchin
Year: 1987
Executive Producer: Geoffrey Daniels
Producer: Ray Alchin
Director: Lawrence Gordon Clark
Writer: Peter Yeldham
640x480 25fps
Based on the three voyages of Captain Cook
First voyage (1768â€"71)
Second voyage (1772â€"75)
Third voyage (1776â€"79)
Cook was killed in Hawaii on the
14 February 1779 (aged 50)
In 1768 King George III of England orders an ambitious expedition to the Pacific Ocean to observe the transit of Venus and to see the mythical Southern Continent. James Cook, an unknown petty officer, is controversially appointed as commander, choosing an unlikely collier to carry him and his men into dangerous and unknown waters. After sailing to Tahiti, where the eclipse proves disappointing, Cook proceeds to chart the coasts of New Zealand,various Pacific islands and Australia beginning a glorious adventure spanning the oceans of the world.Made principally on location, using a full-size replica of the 'Endeavour' (built for the Australian bicentenary), this has a salty atmosphere lacking from many historical 'sea dramas'. Michell's performance as the titular Yorkshireman has also been praised for its complexity
Writer: Peter Yeldham
640x480 25fps
Based on the three voyages of Captain Cook
First voyage (1768â€"71)
Second voyage (1772â€"75)
Third voyage (1776â€"79)
Cook was killed in Hawaii on the
14 February 1779 (aged 50)
In 1768 King George III of England orders an ambitious expedition to the Pacific Ocean to observe the transit of Venus and to see the mythical Southern Continent. James Cook, an unknown petty officer, is controversially appointed as commander, choosing an unlikely collier to carry him and his men into dangerous and unknown waters. After sailing to Tahiti, where the eclipse proves disappointing, Cook proceeds to chart the coasts of New Zealand,various Pacific islands and Australia beginning a glorious adventure spanning the oceans of the world.Made principally on location, using a full-size replica of the 'Endeavour' (built for the Australian bicentenary), this has a salty atmosphere lacking from many historical 'sea dramas'. Michell's performance as the titular Yorkshireman has also been praised for its complexity
From: "darjatmoko"
Sender: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Date: Wed, 09 Oct 2013 09:25:21 -0000
Subject: [Senyum-ITB] Re: Sastra kuno La Galigo yg tebal
Di satu sisi --sebagai scientist-- saya beterimakasih bahwa banyak
manuscript yang diangkutin ke Belanda -- kalau tidak barangkali semua
naskah asli tersebut sudah hilang entah kemana (lapuk, dimakan ngengat,
dicuri orang sendiri seperti di musium-musium kita selama ini). Dan,
sebetulnya manuscript itu juga bisa diakses oleh publik (terutama
ilmuwan) dari mana saja di dunia. Situasi yang sangat meragukan kalau
itu kita simpan sendiri. Begitu juga koleksi yang lebih recent --
koleksi literatur Indonesia [mereka beli lho, dari penerbitnya] yang ada
di Leiden, Cornell, Berkeley, dll., bahkan UW saja, masih lebih besar
dari "perpustakaan nasional" kita sendiri.
Moko/
++++
--- In Senyum-ITB@yahoogroups.com, Leonie Titiek Wiyati wrote:
>
> hm ... naskah naskah kuno dari banyak daerah di indonesia banyak ya
yang diangkutin & di simpan di belanda & di eropa ...
> ini benar benar dark-side dari penjajahan / kolonialisme &
imperialisme.
>
>
>
> ______________________________ __
> From: yohan yohan@...
> Sent: Wednesday, 9 October 2013, 5:24
> Subject: RE: [EL-ITB] Re: [Senyum-ITB] Sastra kuno La Galigo yg tebal
>
>
> Mas Erik,
> Keterangan la galigo di wiki:
> Sureq Galigo, atau Galigo, atau disebut juga La Galigo adalah sebuah
epik mitos penciptaan dariperadaban Bugis di Sulawesi Selatan (sekarang
bagian dari Republik Indonesia) yang ditulis di antara abad ke-13 dan
ke-15 dalam bentuk puisibahasa Bugis kuno, ditulis dalam huruf
Lontarakuno Bugis. [1] Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima dan
selain menceritakan kisah asal-usulmanusia, juga berfungsi sebagai
almanak praktis sehari-hari. [1] [2]
> Epik ini dalam masyarakat Bugis berkembang sebagian besar melalui
tradisi lisan dan masih dinyanyikan pada kesempatan-kesempatan
tradisional Bugis penting. Versi tertulis hikayat ini yang paling awal
diawetkan pada abad ke-18, di mana versi-versi yang sebelumnya telah
hilang akibat serangga, iklim atau perusakan. [1] Akibatnya, tidak ada
versi Galigo yang pasti atau lengkap, namun bagian-bagian yang telah
diawetkan berjumlah 6.000 halaman atau 300.000 baris teks, membuatnya
menjadi salah satu karya sastraterbesar.
> Sebagian manuskrip La Galigo dapat ditemui di
perpustakaan-perpustakaan di Eropa, terutama di Perpustakaan Koninklijk
Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Leidendi Belanda. Terdapat
juga 600 muka surat tentang epik ini di Yayasan Kebudayaan Sulawesi
Selatan dan Tenggara, dan jumlah muka surat yang tersimpan di Eropa dan
di yayasan ini adalah 6000, tidak termasuk simpanan pribadi pemilik
lain.
> Salam,
> -yohan-
manuscript yang diangkutin ke Belanda -- kalau tidak barangkali semua
naskah asli tersebut sudah hilang entah kemana (lapuk, dimakan ngengat,
dicuri orang sendiri seperti di musium-musium kita selama ini). Dan,
sebetulnya manuscript itu juga bisa diakses oleh publik (terutama
ilmuwan) dari mana saja di dunia. Situasi yang sangat meragukan kalau
itu kita simpan sendiri. Begitu juga koleksi yang lebih recent --
koleksi literatur Indonesia [mereka beli lho, dari penerbitnya] yang ada
di Leiden, Cornell, Berkeley, dll., bahkan UW saja, masih lebih besar
dari "perpustakaan nasional" kita sendiri.
Moko/
++++
--- In Senyum-ITB@yahoogroups.com, Leonie Titiek Wiyati wrote:
>
> hm ... naskah naskah kuno dari banyak daerah di indonesia banyak ya
yang diangkutin & di simpan di belanda & di eropa ...
> ini benar benar dark-side dari penjajahan / kolonialisme &
imperialisme.
>
>
>
> ______________________________
> From: yohan yohan@...
> Sent: Wednesday, 9 October 2013, 5:24
> Subject: RE: [EL-ITB] Re: [Senyum-ITB] Sastra kuno La Galigo yg tebal
>
>
> Mas Erik,
> Keterangan la galigo di wiki:
> Sureq Galigo, atau Galigo, atau disebut juga La Galigo adalah sebuah
epik mitos penciptaan dariperadaban Bugis di Sulawesi Selatan (sekarang
bagian dari Republik Indonesia) yang ditulis di antara abad ke-13 dan
ke-15 dalam bentuk puisibahasa Bugis kuno, ditulis dalam huruf
Lontarakuno Bugis. [1] Puisi ini terdiri dalam sajak bersuku lima dan
selain menceritakan kisah asal-usulmanusia, juga berfungsi sebagai
almanak praktis sehari-hari. [1] [2]
> Epik ini dalam masyarakat Bugis berkembang sebagian besar melalui
tradisi lisan dan masih dinyanyikan pada kesempatan-kesempatan
tradisional Bugis penting. Versi tertulis hikayat ini yang paling awal
diawetkan pada abad ke-18, di mana versi-versi yang sebelumnya telah
hilang akibat serangga, iklim atau perusakan. [1] Akibatnya, tidak ada
versi Galigo yang pasti atau lengkap, namun bagian-bagian yang telah
diawetkan berjumlah 6.000 halaman atau 300.000 baris teks, membuatnya
menjadi salah satu karya sastraterbesar.
> Sebagian manuskrip La Galigo dapat ditemui di
perpustakaan-perpustakaan di Eropa, terutama di Perpustakaan Koninklijk
Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde Leidendi Belanda. Terdapat
juga 600 muka surat tentang epik ini di Yayasan Kebudayaan Sulawesi
Selatan dan Tenggara, dan jumlah muka surat yang tersimpan di Eropa dan
di yayasan ini adalah 6000, tidak termasuk simpanan pribadi pemilik
lain.
> Salam,
> -yohan-
0 comments:
Posting Komentar