Facebook-Google Berebut Waze: Bertarung di Layanan Navigasi
Selasa, 28 Mei 2013
Teknologi peta dan navigasi terbaik akan menjadi modal terbesar bagi Google maupun Facebook dalam memenangi pertarungan di pasar mobile.
Memang ada alasan mengapa raksasa teknologi sekelas Google dan Facebook saat ini sedang memperebutkan Waze, aplikasi navigasi satelit asal Israel itu. Ada banyak sekali aplikasi navigasi berbasis satelit atau peta gratisan yang tersedia di Google Play, Apple App Store, maupun Windows Phone Store.
Namun, dari sekian banyak itu, ternyata hanya segelintir yang memiliki layanan begitu solid. Salah satu dari yang sedikit itu adalah Waze. Wazeadalah peranti lunak navigasi gratis untuk smartphoneasal Tel Aviv, Israel. Pembeda Wazedengan kompetitor, salah satunya adalah kemampuan aplikasi tersebut memberikan informasi seputar lalu lintas, seperti kecelakaan, jalan mana saja yang macet, polisi, dan masih banyak lagi. Informasi itu dilaporkan langsung secara real timeoleh para pengguna Waze yang disebut Wazers.
Jumlah Wazersdi Indonesia—khususnya Jakarta— mungkin belum terlalu besar, tapi cukup aktif. Pada jam-jamberangkat dan pulang kantor misalnya, aplikasi tersebut dirasakan cukup berguna untuk mengetahui jalur mana yang masih lenggang untuk dilalui. ”Informasi lalu lintas yang cukup akurat memberikan nilai tambah bagi Wazeyang tidak dimiliki aplikasi navigasi di smartphone lainnya,” ujar Taufan Dwi, yang sejak 1,5 tahun terakhir ini cukup aktif menggunakan Waze.
Fitur yang ditawarkan Waze, sebut pria yang bekerja di bidang event organizerini, cukup variatif. ”Mulai turn by turn navigation, user interfaceunik, hingga gimmickseperti chat,sharinglokasi ke jejaring sosial lain, dan fitur community basedyang menurut saya cukup atraktif,” katanya. Fitur-fitur itu jugalah yang menarik perhatian raksasa teknologi sekelas Google dan Facebook. Keduanya sama-sama ingin menjadikan Wazesebagai bagian dari perusahaan mereka.
Kabarnya, baik Google dan Facebook sama-sama mengajukan tawaran untuk mengakuisisi Waze dengan nilai yang sangat fenomenal. Yakni USD800 juta-USD1 miliar (Rp7,8 triliun-Rp9,7 triliun). Hal ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satunya, mengapa Facebook dan Google sama-sama bertaruh tinggi pada layanan peta/navigasi? Jawabannya bisa ditemukan dari hasil statistik yang menyebut bahwa layanan peta/navigasi termasuk dalam lima besar aplikasi yang paling banyak digunakan di perangkat smartphone.
Layanan tersebut dianggap krusial untuk mendorong pertumbuhan jumlahpengguna di perangkat mobile, sekaligus menjaga agar mereka tetap betah. Bahkan, perusahaan sekelas Apple pun pernah dibuat kewalahan. Masih ingat tragedi Apple Mapsdi iOS 6? Pada September 2012 Apple mendepak aplikasi Google Mapsyang sebelumnya preloaded di iPhone, menggantinya dengan peta buatan mereka sendiri Apple Maps. Namun, peta tersebut memiliki banyak ketidakakuratan dan menimbulkan kritikan dari konsumen.
Begitu dahsyatnya kritik tersebut hingga memaksa Chief Executive Apple Tim Cook meminta maaf secara terbuka. Karena itu, baik Google dan Facebook tidak hanya ingin melisensi atau bekerja sama dengan penyedia layanan peta potensial seperti Waze. Mereka juga ingin memiliki perusahaan itu. ”Perusahaan yang nantinya menjadi pemilik Wazedapat memaksimalkan teknologi yang dimiliki Wazesesuai kebutuhan atau keinginan mereka,” ujar analis dari firma Raymond James, Aaron Kessler.
Seperti yang disebut di atas, Waze mengumpulkan data (kecepatan dan arah laju kendaraan) dari smartphone penggunanya secara konstan dan real time. Nah, jika data tersebut bisa dimiliki Facebook, jelas sekali betapa layanan tersebut dapat mengancam dominasi Google Maps. Tidak heran jika kemudian muncul spekulasi bahwa Google berencana membidik Wazeagar tidak jatuh ke tangan Facebook.
”Terkadang serangan terbaik justru dilakukan dengan cara bertahan,” ujar salah seorang sumber yang dekat dengan kedua perusahaan tersebut. Ini bukan pertama kalinya bagi Facebook untuk melakukan akuisisi dalam jumlah yang sangat masif. September 2012 silam, perusahaan jejaring sosial terbesar dunia itu mengakuisisi perusahaan photo-sharing Instagramsenilai USD1 miliar dalam bentuk uang tunai dan saham (realisasinya hanya USD715 juta atau Rp6,9 triliun karena saham Facebook yang turun).
Kalau jadi, ini adalah akuisisi ketiga Facebook terhadap perusahaan asal Israel. Mereka pernah membeli Snaptupada 2011 senilai USD70 juta (Rp684 miliar) dan Face.compada 2012 dengan nilai USD60 juta (Rp586 miliar).
Memang ada alasan mengapa raksasa teknologi sekelas Google dan Facebook saat ini sedang memperebutkan Waze, aplikasi navigasi satelit asal Israel itu. Ada banyak sekali aplikasi navigasi berbasis satelit atau peta gratisan yang tersedia di Google Play, Apple App Store, maupun Windows Phone Store.
Namun, dari sekian banyak itu, ternyata hanya segelintir yang memiliki layanan begitu solid. Salah satu dari yang sedikit itu adalah Waze. Wazeadalah peranti lunak navigasi gratis untuk smartphoneasal Tel Aviv, Israel. Pembeda Wazedengan kompetitor, salah satunya adalah kemampuan aplikasi tersebut memberikan informasi seputar lalu lintas, seperti kecelakaan, jalan mana saja yang macet, polisi, dan masih banyak lagi. Informasi itu dilaporkan langsung secara real timeoleh para pengguna Waze yang disebut Wazers.
Jumlah Wazersdi Indonesia—khususnya Jakarta— mungkin belum terlalu besar, tapi cukup aktif. Pada jam-jamberangkat dan pulang kantor misalnya, aplikasi tersebut dirasakan cukup berguna untuk mengetahui jalur mana yang masih lenggang untuk dilalui. ”Informasi lalu lintas yang cukup akurat memberikan nilai tambah bagi Wazeyang tidak dimiliki aplikasi navigasi di smartphone lainnya,” ujar Taufan Dwi, yang sejak 1,5 tahun terakhir ini cukup aktif menggunakan Waze.
Fitur yang ditawarkan Waze, sebut pria yang bekerja di bidang event organizerini, cukup variatif. ”Mulai turn by turn navigation, user interfaceunik, hingga gimmickseperti chat,sharinglokasi ke jejaring sosial lain, dan fitur community basedyang menurut saya cukup atraktif,” katanya. Fitur-fitur itu jugalah yang menarik perhatian raksasa teknologi sekelas Google dan Facebook. Keduanya sama-sama ingin menjadikan Wazesebagai bagian dari perusahaan mereka.
Kabarnya, baik Google dan Facebook sama-sama mengajukan tawaran untuk mengakuisisi Waze dengan nilai yang sangat fenomenal. Yakni USD800 juta-USD1 miliar (Rp7,8 triliun-Rp9,7 triliun). Hal ini tentunya menimbulkan banyak pertanyaan. Salah satunya, mengapa Facebook dan Google sama-sama bertaruh tinggi pada layanan peta/navigasi? Jawabannya bisa ditemukan dari hasil statistik yang menyebut bahwa layanan peta/navigasi termasuk dalam lima besar aplikasi yang paling banyak digunakan di perangkat smartphone.
Layanan tersebut dianggap krusial untuk mendorong pertumbuhan jumlahpengguna di perangkat mobile, sekaligus menjaga agar mereka tetap betah. Bahkan, perusahaan sekelas Apple pun pernah dibuat kewalahan. Masih ingat tragedi Apple Mapsdi iOS 6? Pada September 2012 Apple mendepak aplikasi Google Mapsyang sebelumnya preloaded di iPhone, menggantinya dengan peta buatan mereka sendiri Apple Maps. Namun, peta tersebut memiliki banyak ketidakakuratan dan menimbulkan kritikan dari konsumen.
Begitu dahsyatnya kritik tersebut hingga memaksa Chief Executive Apple Tim Cook meminta maaf secara terbuka. Karena itu, baik Google dan Facebook tidak hanya ingin melisensi atau bekerja sama dengan penyedia layanan peta potensial seperti Waze. Mereka juga ingin memiliki perusahaan itu. ”Perusahaan yang nantinya menjadi pemilik Wazedapat memaksimalkan teknologi yang dimiliki Wazesesuai kebutuhan atau keinginan mereka,” ujar analis dari firma Raymond James, Aaron Kessler.
Seperti yang disebut di atas, Waze mengumpulkan data (kecepatan dan arah laju kendaraan) dari smartphone penggunanya secara konstan dan real time. Nah, jika data tersebut bisa dimiliki Facebook, jelas sekali betapa layanan tersebut dapat mengancam dominasi Google Maps. Tidak heran jika kemudian muncul spekulasi bahwa Google berencana membidik Wazeagar tidak jatuh ke tangan Facebook.
”Terkadang serangan terbaik justru dilakukan dengan cara bertahan,” ujar salah seorang sumber yang dekat dengan kedua perusahaan tersebut. Ini bukan pertama kalinya bagi Facebook untuk melakukan akuisisi dalam jumlah yang sangat masif. September 2012 silam, perusahaan jejaring sosial terbesar dunia itu mengakuisisi perusahaan photo-sharing Instagramsenilai USD1 miliar dalam bentuk uang tunai dan saham (realisasinya hanya USD715 juta atau Rp6,9 triliun karena saham Facebook yang turun).
Kalau jadi, ini adalah akuisisi ketiga Facebook terhadap perusahaan asal Israel. Mereka pernah membeli Snaptupada 2011 senilai USD70 juta (Rp684 miliar) dan Face.compada 2012 dengan nilai USD60 juta (Rp586 miliar).
0 comments:
Posting Komentar