powered by Google

Herang caina, beunang laukna, Bandung euy

Sabtu, 16 Maret 2013

From: Hendra Messa 
Sent: Saturday, 16 March 2013, 16:49

Subject: [Senyum-ITB] Herang caina, beunang laukna, Bandung euy !




rekan2 sekalian, 

Walau telah jauh di negeri orang, kota Bandung tetap tak terlupakan ,
walau dg setumpuk permasalahan nya, tetap saja kangen untuk pulang ke sana.

kata pepatah sunda, buruk2 oge papan jati, , papan jati yg walau sdh tampak jelek kusam, tapi sebenarnya masih kuat.
begitu lah perumpamaan mengenai kampung kita sendiri, milik kita sendiri, walau betapa banyak masalah, tampak jelek, tetap harus kita bela, harus kita perbaiki

Erwin, sobat lama di SMA3 & ITB , meminta saya membuat sedikit tulisan mengenai Bandung dan kepemimpinan nya.
silahkan simak di link berikut ;http://hdmessa.wordpress.com/2013/03/16/beunang-lauk-na-herang-cai-na-bandung-euy/



salam 
Hendra Messa
wargi Bandung yg sedang ngumbara di Abu Dhabi, UAE

note : Erwin, adalah kakak nya Ridwan Kamil



Herang caina, beunang laukna, Bandung euy

herang caina, pangalengan
“Herang cai na, beunang lauk na” ( kolam yg jernih, ikan bisa didapatkan, air kolam pun tak jadi keruh karenanya) , adalah sebuah pepatah sunda yg bijak, bagaimana menyelesaikan masalah dengan mencari  jalan tengah yg saling menguntungkan semua pihak, kebalikan dari pepatah melayu, “memancing di air keruh”, yg menjelaskan mengenai orang yang mengambil keuntungan sendiri tapi merugikan orang banyak.
Pepatah sunda tersebut, tepat sekali digunakan untuk bagaimana menyelesaikan berbagai permasalahan kota Bandung saat ini, yang menurut sebagian orang, telah menjadi bagaikan benang kusut, yang susah untuk diurai – diselesaikan. Setiap penyelesaian suatu masalah, seringkali membawa masalah bagi pihak lain, dan selalu ada pihak2 tertentu yg mencari keuntungan sendiri dari berbagai masalah tersebut, seperti kata pepatah, memancing di air keruh. Penduduk Bandung pun mengalami sendiri dampak dari itu semua, mulai dari masalah kemacetan lalu lintas, kekurangan air ledeng di musim kemarau namun kebanjiran di musim hujan, sampai urusan sekolah anak yg membuat bingung para orangtua murid dan setumpuk masalah perkotaan lain nya
Sejak kecil, tinggal & besar di kota penuh kenangan ini, bersekolah dari SD sampai kuliah di ITB, kemudian bekerja sampai berkeluarga di Kota Bandung tercinta ini, saya sebagaimana warga Bandung lain nya, ingin sekali kota ini menjadi tempat yg nyaman, tenang dan membanggakan bagi penduduknya. Berbagai permasalahan kota saat ini yang bagaikan benang kusut, telah membuat sebagian besar warga kota menjadi apatis, bahwa hal tersebut bisa diselesaikan ; “lieur ah, paduli teuing aing mah” , begitu ujaran singkat yg biasa kita dengar dari warga mengenai permasalahan kota nya.
Filsafat yg bijak dari pepatah sunda, herang caina, beunang laukna, bisa dijadikan asumsi dasar solusi praktis, bagaimana menyelesaikan permasalahan & mengelola kota Bandung tercinta. Diperlukan pemimpin, pengelola kota yang “herang” pula untuk bisa mewujudkan nya, kita memerlukan walikota yang herang  ( jernih, bersih), dalam arti pemimpin yg memiliki hati yg jernih pikiran yg cerdas & pengalaman hidup yg bersih, insya Allah kota Bandung dengan segala permasalahan nya, bisa dikelola dengan baik.
falsafah “herang caina, beunang laukna”, memberikan nuansa penyelesaian suatu masalah dg pendekatan yg bersih, setidaknya bisa menjadi sebuah secercah sinar dalam kegelapan dunia politik negeri kita. Sebuah dunia dimana pemilihan pemimpin baru ( pemilu-pilkada), telah menjadi bagaikan ajang “memancing di air keruh”. Dimana seorang calon yang didukung suatu kelompok politik, melakukan investasi yg besar (memancing) agar bisa dapat jabatan politik tsb, dengan harapan, saat ia memegang jabatan politik tersebut kelak, ia bisa mengambil hasil “investasi politik” nya tersebut. Hampir mirip dengan logika orang yang memancing dengan menaburkan umpan yg besar, dg harapan akan dapat hasil tangkapan ( pengembalian investasi) yg besar pula. Namun sebenarnya ia telah membuat kolam tersebut keruh , sebagaimana pepatah, memancing di air keruh. Keruh dalam arti, menimbulkan kerugian yang besar bagi masyarakat banyak  ( misal korupsi).
Tong kurung batokeun ( janganlah seperti katak dalam tempurung ) , adalah pepatah sunda lain nya, yg menjelaskan bahwa untuk menjadi seorang pemimpin yg baik, selain memiliki pikiran yg cerdas, juga perlu memiliki cakrawala berpikir yg luas. Pengalaman saya pribadi bepergian dan tinggal di luar negeri, bisa merasakan betapa nyaman nya tinggal di Kota yg ditata dg baik, memiliki pengelola kota yang cakap pula, kota yang memberi kenyaman dan kesejahteraan bagi penduduknya. Orang yg pernah pergi merantau, melanglangbuana ke berbagai kota dunia, akan memiliki cakrawala berpikir yg luas pula, tahu cara yg baik bagaimana mengelola kota dengan baik.
Sebentar lagi, kota Bandung tercinta, akan memilih pemimpin nya, walikota yg baru. Ini adalah kesempatan yg baik bagi warga kota Bandung untuk memilih pemimpin terbaiknya, yang akan membawa kebaikan bagi semua warganya, menyelesaikan berbagai permasalahan kota, membawa kenyamanan, ketenangan bagi semua warga kota nya.
Bandung  memerlukan  pemimpin baru yang herang ,jernih hatinya, cerdas akalnya dan bersih track record nya.   Ridwan Kamil ( Emil, begitu biasa teman2 nya menyebut), se almamater dg saya di SMAN3 Bandung dan ITB, kebetulan saya dekat dg Erwin, kakaknya Emil yg sekolah juga di tempat yg sama. Dari lembaga pendidikan terbaik tersebut, kita bisa berharap lahir pula pemimpin terbaik untuk kota Bandung tercinta ini.
Pengalaman Emil di luar negeri dan kiprah nyatanya selama ini dengan berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan di Kota Bandung, sudah dikenal banyak orang, track record nya bersih selama ini. Semoga itu semua bisa menjadi bekal berharga untuk kepemimpinan nya.
Semoga warga kota Bandung tercinta bisa mendapatkan pemimpin terbaik nya, walau tak ideal sekalipun, setidaknya kita telah memulai sebuah langkah baru, sebuah langkah yang bersih dan membawa kebaikan bagi orang banyak.



Salam baktos, kanggo wargi sadaya
Hendra Messa
Wargi Bandung, yg saat ini tinggal dan bekerja di Abu Dhabi, UAE

1 comments:

IA-ITB 16 Maret 2013 pukul 18.21  

From: Leonie Titiek Wiyati


suka kangen bandung karena ada sesuatu yang ada di bandung tapi nggak ada di abu-dhabi ya pak hendra ???

di gedung sma tilu masih aya jurig na ??? jurig noni noni walanda anu geulis ???
hehehe ...

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP