powered by Google

Singapura Dirikan Pusat Penelitian Gunung Api

Jumat, 28 September 2012


Singapura Dirikan Pusat Penelitian Gunung Api

28 Oktober 2011


Jakarta, Kompas - Singapura, negeri kecil yang tidak memiliki gunung api, justru memiliki pusat penelitian kebumian dengan fokus kajian gunung api, gempa bumi, dan tsunami. Ironisnya, Indonesia yang memiliki 129 gunung api, atau 30 persen dari total gunung api di dunia, tidak memiliki pusat penelitian tersebut.
Berdasarkan penelusuran Kompas, pusat penelitian kebumian itu berada di bawah naungan Nanyang Technological University dengan nama lembaga Earth Observatory of Singapore.
Ironisnya, lembaga tersebut lebih banyak melakukan kajian gunung api, gempa, tsunami, patahan, dan kajian kebumian di Indonesia. Bahkan, peneliti Indonesia juga direkrut oleh lembaga tersebut.
”Seharusnya Indonesia yang mendirikan lembaga itu,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Surono. Namun, Indonesia memang abai. ”Sampai kini di Indonesia tidak ada satu pun perguruan tinggi yang membuka jurusan vulkanologi,” ungkap Surono.
Menurut sejumlah peneliti, sebelumnya, California Institute of Technology menawarkan kerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk membangun pusat penelitian kebumian. Pertimbangannya, Indonesia merupakan negara yang paling banyak memiliki gunung api dan terletak di zona tumbukan tiga lempeng benua yang hiperaktif. Selain rawan bencana gempa bumi dan tsunami, Indonesia juga rawan bencana letusan gunung api. Namun, tawaran tersebut tidak mendapat respons dari Pemerintah Indonesia sehingga didirikan di Singapura.
Penelitian diabaikan
Bukan hanya riset ilmu kebumian yang diabaikan pemerintah. Banyak temuan peneliti Indonesia yang sulit mendapatkan paten dan tidak berlanjut ke produksi massal. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), misalnya, tahun 2001 menemukan semacam papan terbuat dari bambu yang dipres.
”Di Indonesia tidak ada yang meneruskan produksinya secara massal. LIPI hanya berwenang melakukan riset, tetapi tidak boleh memproduksi secara komersial,” kata Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Biomaterial LIPI Suprapedi di Cibinong Science Center, Cibinong, Jawa Barat. Kini papan terbuat dari bambu tersebut malah digunakan untuk dinding-dinding kanal di Belanda.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta dalam Rapat Koordinasi Nasional Riset dan Teknologi, Kamis, di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Serpong menginstruksikan agar dilakukan inventarisasi semua temuan hasil riset. Gusti juga meminta pengembangan lembaga riset milik pemerintah.
”Banyak yang akan dihasilkan kalau anggaran untuk riset cukup. Namun, kita tidak perlu cengeng,” kata Gusti.
(AIK/NAW)

Sumber: www.kopertis12.or.id

0 comments:

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP