Brewery Tour : Mengunjungi Pabrik Asahi Beer di Saijo, Jepang
Minggu, 12 Agustus 2012
On Aug 12, 2012, at 5:04 AM, Hendi Wisma wrote:
View Larger Map
Peta: A (Osaka) ke B (Saijo).
Meminum bir bagi orang Jepang bukanlah sesuatu hal yang haram
seperti kita yg beragama Islam. Meminum bir lebih ditujukan untuk
perayaan-perayaan dimana meminumnya akan menimbulkan perasaan berani dan
senang meskipun ada juga yg meminumnya sekedar untuk menghilangkan
stress. Rata-rata orang Jepang meminum satu kaleng bir sehari. Salah
seorang rekan kerja pernah bercerita sepulang kerja lembur, berendam air
hangat di ofuro, dan kemudian meminum segelas bir adalah sebuah
kebiasaan.
Setelah meminum bir, bahkan setegukpun, dilarang bagi peminum bir
mengendarai kendaraan, bahkan sepeda, krn dikhawatirkan mencelakakan
diri sendiri dan org lain. Polisi memiliki alat yg dpt mendeteksi
alkohol dr hembusan nafas kita. Rekan-rekan yg meminum bir ketika acara
makan bersama di restoran biasanya datang bersama rekan yg lain yg
membawa kendaraan, atau naik kereta, atau berjalan kaki jika tempat
tinggalnya tdk terlalu jauh.
2 hari lalu, Jumat 10 Agustus, saya berkesempatan mengunjungi
pabrik Asahi Beer yg berada di kota Saijo, propinsi Ehime (kebetulan
saya tinggal sekota). Saya memilih hari kerja karena ingin melihat
bagaimana mesin-mesin produksinya bekerja, yg kebetulan Jumat kemarin
kantor tempat saya bekerja sudah mulai liburan musim panas. Sebenarnya
pada hari Sabtu dan Minggu kita juga dapat mengunjungi pabrik Asahi Beer
ini, namun tdk bs melihat bgmn mesin-mesinnya berproduksi karena mesin
berhenti beroperasi selain hari kerja.
Sampai di pabrik jam 2 siang, saya mendaftarkan diri ke bagian
informasi. Setelah menuliskan nama, alamat dll, saya menerima famlet
ringkasan proses di pabrik tsb dan dipersilakan untuk menunggu peserta
lain yg akan memulai kunjungannya jam 15:00. Brewery tour tsb memakan
waktu 1 jam 15 menit, dimana 20 menit terakhir kita dijamu dg bir/jus di
kafetarianya.
Jam 3 pun datang, dan kami dipersilakan berkumpul di dpn eskalator
panjang yg langsung menuju ke lantai 4. Selama perjalanan naik dg
eskalator sang pemandu berbincang kepada saya krn kebetulan waktu itu
saya orang asing sendirian. Sesampainya di lantai 4, kami dipersilakan
masuk ke ruang presentasi yg kemudian disetelkan video selamat datang dr
kepala pabrik sekitar 10 menit. Disampaikan jg bahwa pabrik ini sdh
berdiri sejak 1998 dan produk bir Asahi Super Dry (produk unggulan)
sudah memasuki usia ke 25 tahun. Kmd kami diajak menyusuri lorong
selebar 8 meter sepanjang 100 meteran yg di kanan kirinya dibatasi dg
kaca dimana kita bs melihat ruang-ruang produksi sebenarnya.
Sampailah kami di meja contoh gandum (mugi: bhs Jpg) dan buah hop
yg menjadi bahan baku bir. Sang pemandu mempersilakan kami memegang,
membau, bahkan mencicipi gandum. Gandum yg digunakan sbg bahan baku bir
memiliki karaktetistik berbiji besar, mengandung zat tepung yg tinggi,
kandungan protein yg tepat dan kulit yg tipis. Sedangkan buah hop
digunakan untuk memberikan aroma yg khas, meningkatkan kebeningan bir,
menghambat perkembangbiakan kuman, dan memfasilitasi pembentukan
buih/busa. Buih di atas bir berperan memberikan rasa dan aroma yg khas.
Salah satu bahan pembuat bir lagi adalah air yg jernih. Di Saijo yg
dilewati oleh barisan bukit Ishizuchi terdapat mata-mata air yg dapat
diminum langsung. Mungkin saking melimpahnya cadangan air di kota ini,
pemkot menggratiskan biaya PAM/air ledeng. Selain gandum, buah hop dan
air sbg bahan baku utama, bahan baku tambahan lainnya adalah beras dan
jagung.
Selanjutnya ditunjukkan kepada kami ruang kettle. Kettle pertama
adalah mash kettle, dimana butiran gandum berkecambah yg sdh dikeringkan
dan bahan baku lainnya seperti beras dan jagung dididihkan dengan air
panas. Kettle kedua adalah mash tun, dmn campuran gandum dan air panas
berubah menjadi gula gandum. Kettle ketiga adalah Lauter tun, dmn wort
dr kettle sebelumnya disaring. Ampas dr proses ini dijadikan pakan bagi
ternak sapi. Kettle keempat adalah pre run tank. Kettle berikutnya yg
kelima adalah boiling kettle/wort kettle, dimana buah hop ditambahkan
untuk menciptakan aroma dan rasa pahit yg khas dr bir. Dan kettle
selanjutnya yg terakhir adalah whirlpool, dmn protein dan ampas buah hop
dibuang. Tinggi kettle-kettle tadi sekitar 4-6 meter, begitu kata
pemandu.
Perjalanan selanjutnya ditunjukkan kepada kami control room, dimana
kondisi lingkungan kettle-kettle tadi dijaga 24 jam. Waktu itu hanya
tampak seorang pegawai di ruang tsb dg log booknya sambil memandangi
angka2 di layar-layar komputer yg terdapat di dpnnya.
Selanjutnya adalah ruang kendali mutu, dmn terdapat bnyk peralatan seperti yg terdapat di lab-lab kimia.
Kemudian kami diajak melihat tanki fermentasi yg berukuran diameter
6 m x tinggi 20 m, yg setara dg 280 kliter bir. Untuk menjaga kondisi
lingkungan di dalam tanki, tanki ini terdiri dr 4 lapis, yaitu main
body, jacket, urethane dan outer wall. Di tanki fermentasi inilah ragi
bir dimasukkan yg berguna untuk mengubah gula dalam wort mjd alkohol dan
gas karbon. Proses fermentasi berlangsung selama seminggu. Beberapa
tahun terakhir ini mulai dipromosikan bir non alkohol, atau lebih
dikenal dg bir "zero". Bedanya dg bir pada umumnya, pada bir non alkohol
ini tidak dimasukkan ragi bir ke dalam tanki fermentasinya. Menurut
produsennya, bir zero memiliki rasa yg tidak berbeda dg bir
sebenarnya/yg beralkohol. Saya pernah mencoba bir zero ini, pahit - yg
lama-lama mjd enak karena terbiasa. Menurut teman-teman lain yg sudah
berpengalaman minum bir (krn ada jg org Jpg yg tdk minum bir
samasekali), rasa bir zero berbeda dg bir biasanya.
Proses berikutnya adalah filterisasi, dimana bir yg sudah matang
disaring dan dimasukkan ke kaleng/botol/drum. Bir yg matang berwarna
keemasan. Sebelum dimasukkan ke dalam kaleng/botol/drum, pabrik ini juga
mempekerjakan tester yg bertugas merasakan langsung rasa birnya supaya
kualitas birnya terjaga sampai ke konsumen.
Kemudian kami ditunjukkan ke ruang pengolahan botol, dimana
botol-botol yg masih kosong berjalan di atas conveyor untuk diperiksa
apakah terdapat cacat atau tidak. Di ruang sebelahnya, terdapat mesin yg
berputar sambil mengisi dan menutup botol. Saya selalu terkagum dengan
rancangan mesin-mesin pengolah makanan dan minuman, bgmn mereka
memikirkan detail produksi sehingga bisa memproduksi dalam kapasitas
yang besar. Menurut teman kerja, sebagian besar mesin pengolah
makanan/minuman terbuat dr stainless steel food grade dan biasanya
customer/bakal pemakai mesinnya sangat ketat menjaga kehigienisan
prosesnya.
Selanjutnya setelah botol ditutup, botol-botol yg melaju di atas
conveyor tadi diperiksa volumenya melalui sebuah terowongan bersensor,
jika tidak memenuhi syarat botol tsb tersingkir ke sebelah kiri scr
otomatis. Botol yg tidak lolos ini tdk bisa diisi ulang, krn jika tutup
dibuka, udara luar akan masuk dan merusak rasa dan aroma bir. Setelah
lolos dr seleksi volume, botol tsb dipasangi label dan dimasukkan ke dlm
krat-krat.
Di jendela kaca berikutnya tampak pengisian bir ke dalam drum-drum.
Paket drum ini biasanya ditujukan untuk izakaya (warung-warung).
Di jendela kaca berikutnya, tampak mesin pengisi untuk kemasan
kaleng. Waktu itu mesin berputar tapi tanpa muatan krn sedang pergantian
shift. Kemasan kaleng yg bisa dihasilkan dr mesin ini 1350
kaleng/menit. Satu kemasan kaleng pas untuk satu gelas bir.
Bir ini dapat bertahan sampai 9 bulan ke depan sejak diproduksi, namun tentu saja rasanya yg oaling fresh yg paling enak.
Sampai disini, kami diajak menyusuri balik lorong sambil dijelaskan
bhw pabrik ini menerapkan reduce, reuse dan recycle. Dijelaskan juga
bhw pabrik ini memiliki lahan hutan sendiri untuk menjaga keterpasokan
airnya. Pabrik ini didirikan dg lisensi dr LowenBrau Jerman. Asahi beer
mulanya bernama Osaka Bokushu Kaisha (Osaka Beer Brewing Company), yg
berdiri sejak 1889.
Lalu kami dipersilakan masuk ke kafetarianya untuk dijamu dengan
bir atau jus bagi yg tdk minum jus atau datang dengan berkendara.
Dipertunjukkan kpd kami bgmn cara menuang bir supaya enak rasanya.
Tahapannya adalah menuang bir sampai sepertiga gelas, disini akan muncul
buih. Lalu miringkan gelas sambil menuang sisa bir yg terdapat dlm
kaleng sambil menegakkan gelasnya. Tunggu sampai busanya agak turun,
lalu tuangkan 20-30 persen isi kaleng yg masih tersisa. Rasanya top,
kata salah satu peserta yg mencicipinya. Tepat jam 16:15, dan selesailah
brewery tour pada hari itu.
Hendi/Ms02
0 comments:
Posting Komentar