powered by Google

Video: Program "Satu Desa Satu Produk" di Bantul dan Thailand

Minggu, 21 September 2014


Baca juga:
- Video: Joost Soenardjo AR'75 mendesain rumah gaya Bali di Hua Hin, Thailand



Bantul Menuju One Village One Product

-------------------------

From: "joost.soenardjo
Date: Sun, 21 Sep 2014 05:46:43 +0000
Subject: Re: [sinergi-ia-itb] Big ideas: How to create more and better jobs?


Urun rembug ya,

Salah satu butir yang membuat Thailand sukses dengan program "OTOP" nya ini adalah,

Thailand satu negara daratan.
Infrastruktur nya menjangkau setiap "Tambon"- sub district (semacam kecamatan) ..

Kita mungkin melakukannya dengan cara yang sedikit berbeda. Mengingat kita adalah negara kepulauan.

Mungkin dimulai dengan interaksi produsen - konsumen antar kecamatan, bupati, propinsi ...
Product kebutuhan pokok ya...sandang-pangan.
Kemudian meningkat ke antar propinsi...yang masih dalam satu pulau, kemudian meningkat ke antar pulau...

Agar ada gairah berjalannya roda ekonomi pada satu wilayah.
Pemerintah pusat melalui pemerintah daerah dengan APBD membuka lapangan kerja.

Pernah sambil ngobrol-ngalor ngidul dengan rekan alumni boss Tempo, Bambang Harymurti (EL76) dan Mario Alisjahbana (MS78)...
Kita harus ngikut cara pres. US, Franklin D Roosevelt..ketika mengatasi ambruknya ekonomi amerika... "Membuka lapangan kerja" .. "Di depan ada yang gali lobang, dibelakangnya ada yang menanam.. dibelakangnya ada yang menutup lubang.
Setiap minggu mereka dapat gaji, gaji dibelanjakan, pasar menyediakan kebutuhan.
Ekonomi daerah itu berputar.

Maaf..yang terjadi sekarang di Indonesia:

Jumlah uang yang beredar dipusat tinggal 30%, 70% ada didaerah.
Jika satu wilayah (propinsi, kabupaten) di pimpin oleh kepala daerah yang pandai, kita bisa lihat daerah itu akan berkembang. Masyarakatnya berkecukupan....
Jika yang mimpin gak bagus...ya stagnan.. (Contoh banyak beritanya di media) .
Yang sering terjadi, uangnya dimasukkan ke BPD (bank pembangunan daerah, bank daerah)..oleh bank uangnya bukan untuk kredit bagi UKM tapi di belikan SBI...
Bank daerah yang tadinya negatif..jadi positif untungnya.
Maksudnya pemerintah bukan seperti ini..

Jadi?

Jika kita mau dan sungguh-sungguh ingin maju, PASTI BISA !



Salam
Joost/ar75



From: "'afdal' afdalmarda
Date: Sun, 21 Sep 2014 05:03:37 +0000
Subject: Re: [sinergi-ia-itb] Big ideas: How to create more and better jobs?


Benar Pak Joost,salah satu sumber idenya adalah dari Thailand.

Salah satu penggiat OVOP ini di Indonesia adalah Bpk Ilhamy EIlas Senior Kadin dan Hipmi.

Sampai saat ini sudah belasan kali membawa rombongan pemda dan pengusaha UKM Indonesia ke Thailand.

Salam,

Afdal M Ki'92



From: "joost.soenardjo
Date: Sun, 21 Sep 2014 04:58:27 +0000
Subject: Re: [sinergi-ia-itb] Big ideas: How to create more and better jobs?


Sekedar info:

Konsep OVOP (one village one prtoduct) saya dengar tahun 2003 di Thailand (saya bermukim disini 2003-2006)..disana disebut dengan "one tambon one product" - diperkenalkan oleh Takshin (pm thai) ditahun 2001 - 2006.

Takshin sendiri mengambil contoh kesuksesan program ini yang dikembangkan oleh Jepang tahun 1975 ( di bawah pm.Morihiko Hiramatsu) ..disebut OVOP.

Mudah-mudahan program OVOP di Indonesia berhasil, seperti di Jepang dan Thailand.



Joost/ar75







One Tambon One Product (OTOP), Art and Culture in Isaan, Northeast Thailand




Peta: (A) Bangkok - (B) Isaan, Thailand Tenggara


-----------------




Surin, Thailand - Ban Tha Sawang OTOP, Silk Weaving Village

Uploaded on Nov 24, 2009
One Tambon One Product. Ban Tha Sawang Silk Weaving Village is near Surin in the NE of Thailand. You can visit the village, learn about dye lots from roots and barks, watch the ladies weaving, and view marvelous finished products. Members of all ages are proud of their heritage and enjoy visitors. It is busy during the annual elephant roundup in the area. Enjoy the film!


2 comments:

IA-ITB 21 September 2014 pukul 01.50  

From: "Betti Alisjahbana
Date: Sun, 21 Sep 2014 13:58:22 +0700


Joost,
Mumpung ada yang tinggal di Thailand cukup lama, coba ceritakan dong bagaimana OTOP nya Thailand : siapa yang mengkoordinasikan, bagaimana menjaga konsistensi mutu produknya, lalu bagaimana desa-desa itu memasarkan produknya. Apakah ini inisiatif pemerintah pusat, pemerintah daerah atau inisiatif desa itu sendiri.



Salam hangat penuh semangat
Betti Alisjahbana - AR79

IA-ITB 21 September 2014 pukul 01.52  

From: "joost.soenardjo
Date: Sun, 21 Sep 2014 08:21:02 +0000


Betti,
Awalnya memang setiap daerah punya produk, seperti daerah kita.
Takshin melihat ini dan belajar dari pengalaman OVOP di Jepang.
Yang menarik sebenarnya harus dirunut dari tahun sebelumnya (ketika Takshin belum menjadi PM). Raja Bhumibol..suka blusukan..kedaerah pedalaman..yang beliau lakukan adalah memperbaiki perekonomian masyarakat.
Caranya membuat kemudahan misal, daerah pertanian-irigasi dan dam...(Produk pertanian dan ikan) ..bunga didaerah pegunungan..bagaimana raja merubah petani yang menanam opium jadi menanam bunga..dibuat infrastruktur untuk membawa produknya ke kota.

Semua ini dikontrol oleh beliau dibantu pejabat pemerintah yang memang ngerti tugasnya, yaitu melayani masyarakat...dan..
Karakter, masyarakat Thai yang sangat-sangat menghormati raja..adalah cikal dari OTOP.

Di Bangkok, untuk menghindari corat-coret (vandalisme)..fasilitas milik negara cukup diberi sticker simbol raja...gak ada yang berani macam-macam.

Bagaimana masyarakat Thai bisa seperti itu?
Karena Raja benar-benar menggunakan nuraninya untuk mensejahterakan rakyat nya.

Jadi kembali ke Indonesia. Kita mulai dengan karakter..Jokowi bilang mental..mulai dengan mencintai dan bangga dengan produk sendiri.
Pemimpin dan seluruh jajarannya memberi contoh.

Saya rasa itu Bet...



Joost/ar75

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP