Ini 10 Saham Pilihan yang Layak Koleksi di Tahun Politik 2014
Senin, 12 Mei 2014
Optimis di Tahun Politik 2014 (Fortune/Melisa Wijaya) |
Ini 10 Saham Pilihan yang Layak Koleksi di Tahun Politik 2014
Oleh: Gina Nur Maftuhah
KOMPAS.com - Meskipun tahun 2013 lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpeleset dalam dan belum kembali ke posisinya, semua orang yakin akan kinerja emiten dan indeks Indonesia. Membeli dan menyimpan saham untuk berinvestasi, masih paling menjanjikan dan memberi gain besar.
Di tahun 2013, IHSG sempat mencatat rekor tertingginya sepanjang sejarah dengan menembus angka 5.217,13 pada bulan Mei. Saat itu, volume transaksi di bursa mencapai Rp 7,709 triliun. Namun, ketika wacana tapering off mengemuka, IHSG rontok dan berbalik arah menjauhi level 5.000 semenjak bulan Juni. Memasuki Juli 2013, IHSG sudah terkapar di sekitar 4.600 dan enggan tancap gas.
Belajar dari kondisi tersebut, ada baiknya lebih selektif lagi memilah-milah kantong saham Anda. Utamanya untuk melihat saham apa yang tetap akan memberikan performa maksimal di situasi sulit sekalipun.
Untuk memberikan gambaran di tahun 2014, Desember 2013 lalu, kami mengundang enam analis dari lima sekuritas di Tanah Air berdiskusi tentang saham apa yang layak koleksi. Mereka adalah Presiden Direktur Samuel Aset Management Agus B Yanuar; Kepala Analis Universal Broker Satrio Utomo; Kepala Analis Buana Capital Marolop Alfred Nainggolan; analis saham SucorInvest Ishfan Helmy dan juga pengamat pasar modal dan juga Executive Treasury Karya Salemba Empat Debby R Handojo. Sementara ekonom Samuel Aset Management Lana Soelistianingsih lebih memberikan bagaimana kondisi makro ekonomi Indonesia di tahun politik.
Semua sepakat, bahwa di tahun pemilu, saham-saham yang berbasis konsumsi dan demografi Indonesia, akan menunjukkan taringnya. Apa saja jagoan saham mereka? Berikut irisannya yang kami pilihkan untuk Anda:
1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)MARKET CAP Rp 23,05 triliun
p/e ratio 16,62
ROE 16,9 persen
Saham bank besutan Grup Djarum ini memang sudah beberapa waktu lalu masuk ke dalam deretan saham blue chips karena performanya. Banyak sekuritas baik dari dalam dan luar negeri pun memburu dan mencermati saham BBCA ini. Selama 2013 lalu, saham BBCA berhasil tumbuh 4,39 persen.
p/e ratio 16,62
ROE 16,9 persen
Saham bank besutan Grup Djarum ini memang sudah beberapa waktu lalu masuk ke dalam deretan saham blue chips karena performanya. Banyak sekuritas baik dari dalam dan luar negeri pun memburu dan mencermati saham BBCA ini. Selama 2013 lalu, saham BBCA berhasil tumbuh 4,39 persen.
Secara fundamental, BBCA masih menampakkan kinerja yang solid. Di kuartal ketiga tahun 2013 lalu, Bank yang digawangi Jahja Setiaatmadja sebagai Direktur Utama ini berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp10,36 triliun. Perolehan laba bersihnya ini naik 25,2 persen dibandingkan dengan perolehan labanya di periode yang sama tahun 2012 lalu. Perolehan laba BBCA ditopang oleh kenaikan fee based income dan transaksi derivatif yang masing-masing naik 18 persen dan 30,1 persen.
Secara keuangan, kinerja BBCA sangat solid dengan margin laba bersih atau net interest margin (NIM) di angka 6 persen, return of asset (ROA) 3,7 persen, rasio kecukupan modal (CAR) 18,25 persen, loan to deposit ratio (LDR) 73,9 persen dan rasio kredit macet (NPL) gross di 0,5 persen.
Agus dan Ishfan merekomendasikan Anda untuk memastikan bahwa saham BBCA ada di dalam kantong belanja. Menurut Agus, secara fundamental, BBCA masih memiliki banyak peluang untuk tumbuh di 2014. BBCA memiliki CAR yang masih tinggi. Apalagi, jika dilihat LDR-nya, posisi BCA masih sangat aman dibandingkan dengan perbankan lain.
Sedangkan menurut Ishfan, di 2014, kredit BBCA bisa tumbuh 18-22 persen atau tumbuh di atas angka rata-rata industri yang hanya diprediksi akan tumbuh sebesar 15-17 persen. Rasio NPL BBCA juga hanya berada di 0,5 persen. Bagi Ishfan, rasio keuangan BBCA masih akan sehat bila NPL-nya naik mencapai 2 persen sekalipun.
Karena alasan ini, Ishfan memprediksi saham BBCA akan bisa tumbuh setidaknya 20 persen dan level bullish di harga Rp12.400. Sedangkan Agus memprediksi di 2014, BBCA bisa menembus harga Rp11.000.
2. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)MARKET CAP Rp 17,1 triliun
p/e ratio 7,95
ROE 20,9 persen
Saham di sektor perbankan yang juga layak untuk Anda lirik adalah BBRI. Marolop, Ishfan dan juga Satrio Utomo kompak merekomendasikan saham perbankan milik pemerintah tersebut untuk dimiliki dalam portofolio Anda.
p/e ratio 7,95
ROE 20,9 persen
Saham di sektor perbankan yang juga layak untuk Anda lirik adalah BBRI. Marolop, Ishfan dan juga Satrio Utomo kompak merekomendasikan saham perbankan milik pemerintah tersebut untuk dimiliki dalam portofolio Anda.
Alasannya sangat masuk akal. Bagaimana tidak, di sembilan bulan pertama 2013 lalu, BBRI masih menjadi bank nomor satu di Indonesia secara perolehan laba bersih. Di sembilan bulan pertama, BBRI meraup laba Rp 15,02 triliun atau tumbuh 17,01 persen secara year on year (yoy). Dengan bunga bersih, (net interest income/NII) sebesar Rp 30,30 triliun dan net interest margin (NIM) BBRI sebesar 8,25 persen jelas masih merupakan angka yang seksi. Dengan tetap berkonsentrasi di bisnis penyaluran kredit untuk sektor mikro, kredit mikro BRI tumbuh signifikan mencapai 26,86 persen sebesar Rp 128,22 triliun.
Posisi biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yang rendah juga mencerminkan bahwa bank pelat merah di bawah pimpinan Sofyan Basir ini efisien dalam menjalankan bisnisnya
Posisi biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) yang rendah juga mencerminkan bahwa bank pelat merah di bawah pimpinan Sofyan Basir ini efisien dalam menjalankan bisnisnya
Satrio Utomo menyebut, bahwa investor asing masih menganggap harga BBRI akhir tahun ini di level Rp 6.000- Rp 7.000 murah. Karena itu, di tahun pemilu, dia yakin, asing masih akan memburu dan mengkoleksi saham BBRI. Marolop menambahkan, di tengah ketidakpastian global dan bayang-bayang suku bunga acuan yang diprediksi masih tinggi, fundamental BBRI paling siap untuk menghadangnya.
Hal itu karena konsentrasi penyaluran kredit BBRI yang lebih ke arah UMKM sehingga tahan banting terhadap krisis. Apalagi, rasio dana murah BBRI -yang berasal dari tabungan dan giro- pun paling besar diantara bank-bank lain.
Hal itu karena konsentrasi penyaluran kredit BBRI yang lebih ke arah UMKM sehingga tahan banting terhadap krisis. Apalagi, rasio dana murah BBRI -yang berasal dari tabungan dan giro- pun paling besar diantara bank-bank lain.
Marolop memprediksi BBRI akan menyentuh level Rp 9.600 di 2014. Sedangkan menurut Satrio, BBRI bisa mencapai Rp 8.000-Rp 8.500 di tahun pemilu. Sementara, Ishfan percaya, BBRI akan mampu menembus Rp 9.500 dalam rentang waktu 12 bulan mendatang.
3. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)MARKET CAP Rp 20,9 triliun
p/e ratio 13,74
ROE 15,2 persen
Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan tumbuhnya kelas menengah di Indonesia, membuat perusahaan telekomunikasi pelat merah PT Telkom panen laba. Kontribusi laba dari anak usaha, khususnya Telkomsel, membuat saham TLKM diincar oleh berbagai fund manager dari dalam maupun luar negeri. Di tahun 2013, saham TLKM tercatat naik sekitar 13 persen.
p/e ratio 13,74
ROE 15,2 persen
Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan tumbuhnya kelas menengah di Indonesia, membuat perusahaan telekomunikasi pelat merah PT Telkom panen laba. Kontribusi laba dari anak usaha, khususnya Telkomsel, membuat saham TLKM diincar oleh berbagai fund manager dari dalam maupun luar negeri. Di tahun 2013, saham TLKM tercatat naik sekitar 13 persen.
Sampai September lalu, TLKM berhasil meraup laba Rp 15,72 triliun atau naik 11,28 persen dari perolehan yang sama di tahun 2012 lalu. Telkom di bawah kepemimpinan Arief Yahya mampu menampakkan kinerja cemerlang di tengah situasi ekonomi yang sulit.
Agus Yanuar berpendapat, di tahun pemilu, belanja masyarakat untuk telekomunikasi akan naik. Selain itu, pertumbuhan bisnis data yang terus akan tumbuh juga akan membuat saham TLKM menarik. Agus memprediksi saham TLKM di Rp2014 dapat menanjak ke Rp 2.500.
Isfhan menambahkan, aksi TLKM yang berencana meningkatkan nilai aset (unlock value) terhadap anak usahanya PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) juga semakin menarik investor di tengah volatilitas pasar. Debby Hananto juga berpendapat sama. Menurutnya, salah satu rencana TLKM untuk melepas saham Mitratel di tahun 2014 ini, akan membuat kinerja Telkom makin optimal.
Isfhan merekomendasikan BUY saham TLKM di Rp2.250. Di Rp2014, level bullish TLKM bisa menembus Rp2.650.
Namun, terkait saham TLKM, Marolop punya anggapan beda. Menurutnya, saham TLKM justru akan bearish di tahun ini. Masyarakat, sebut dia, masih akan gemar belanja smartphone. Meskipun begitu, pasar operator telekomunikasi sudah terbagi rata sehingga tidak membuat TLKM bisa mencetak laba tinggi. Apalagi, bayang-bayang kondisi nilai tukar yang masih akan bergerak bebas masih menghantui Telkom. Maklum, belanja modal perusahaan ini masih didominasi oleh dolar.
4. PT Indocement Tunggal Prakarsa tbk (INTP)MARKET CAP Rp14,31 triliun
p/e ratio 71,59
ROE 16,7 persen
p/e ratio 71,59
ROE 16,7 persen
Secara keuangan, emiten yang mayoritas sahamnya dipegang oleh Birchwood Omnia Limited, Inggris ini memang memiliki kinerja aduhai di sembilan bulan pertama lalu. Banyaknya proyek-proyek pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah maupun juga pembangunan properti di Tanah Air, membuat kinerja INTP naik.
Tahun ini, sektor properti diprediksi akan sedikit tertekan. Namun, tidak dengan emiten semen seperti INTP. Ishfan menganggap bahwa efisiensi yang dilakukan INTP seperti penghematan di belanja modal dan kuatnya posisi kas INTP membuat dia unggul dibandingkan emiten sejenis seperti PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Semen Holcim Indonesia (SMCB). Dari segi keuangan, margin laba kotor (EBITDA) INTP di angka paling tinggi sebesar 38 persen. Margin EBITDA SMGR di angka 35 persen dan SMCB di 30 persen.
Rencana pembangunan pabrik semen baru yang dilakukan INTP di Citeureup, Jawa Barat senilai Rp 5 triliun akan membuat kapasitas produksi semennya naik. Apalagi, INTP membiayai pembangunan pabrik tersebut dengan biaya internalnya. Posisi kas INTP di Rp11 triliiun, memang besar. Karena itu, Ishfan optimis di tahun ini, INTP bisa meraih kenaikan penjualan sampai dua kali lipat dibandingkan di tahun 2013 sebesar Rp30 triliun dari sebelumnya Rp 17,3 triliun. Laba bersih pun otomatis akan naik dua kali lipat mencapai Rp9 triliun.
INTP sebelumnya, di kuartal tiga lalu, beban pokok pendapatan meningkat menjadi Rp 7,08 triliun dari sebelumnya Rp6,52 triliun. Laba usaha naik menjadi Rp 4,43 triliun dari sebelumnya Rp 4,15 triliun.
Sementara itu, total aset INTP melambung 7,49 persen menjadi Rp 24,60 triliun dari sebelumnya Rp 22,76 triliun.
Analis kami yang sepakat dengan pendapat Ishfan ini adalah Satrio Utomo. Satrio memprediksi bahwa di tahun 2014, INTP akan bergerak di rentang harga Rp 21.500-Rp 25.000. Sedangkan Ishfan lebih optimis dengan menargetkan harga INTP di Rp 26.000.
5. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)MARKET CAP Rp 19,6 triliun
p/e ratio 37,22
ROE 74,2 persen
Semua analis saham yang kami undang sepakat, salah satu sektor saham yang akan bersinar di tahun ini, adalah yang bergerak di sektor konsumsi. Hal ini karena konsumsi domestik, masih menjadi penopang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
p/e ratio 37,22
ROE 74,2 persen
Semua analis saham yang kami undang sepakat, salah satu sektor saham yang akan bersinar di tahun ini, adalah yang bergerak di sektor konsumsi. Hal ini karena konsumsi domestik, masih menjadi penopang besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Dan bicara konsumsi, Unilever adalah blue chips yang banyak jadi incaran. Berbagai produk konsumsi yang dipakai sehari-hari, seperti perlengkapan mandi dan kosmetik yang diproduksinya memang menarik. Tak heran, di kuartal tiga lalu, Unilever berhasil mengantongi laba bersih Rp 4,09 triliun atau naik 12 persen dari posisinya yang sama tahun lalu.
Kenaikan laba bersih Unilever Indonesia ditopang oleh kenaikan pendapatan bersih sebesar Rp 23,03 triliun atau naik 13,23 persen dibanding periode yang sama 2012 senilai Rp 20,34 triliun.
Agus merekomendasikan untuk membeli saham UNVR karena harganya akan bisa menembus Rp29.000 di akhir tahun 2014. Sementara Satrio Utomo memproyeksikan saham Unilever sanggup melesat mencapai Rp 32.000-Rp 35.000.
Meski begitu, Marolop berpendapat, saat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi, kurang pas berinvestasi di saham UNVR tersebut. Memegang UNVR, sebut dia, hanya akan mendapatkan dividen tetapi tidak capital gain. Secara pergerakan saham, UNVR akan bergerak konstan. Di tengah pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5 persen, Marolop meminta investor untuk “bermain berani” dengan mengkoleksi saham yang lebih menantang seperti PT Japfa Comfeed Tbk (JPFA).
6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ICBP)
MARKET CAP Rp 5,74 triliun
p/e ratio 24,7
ROE 14,4 persen
Selain saham Unilever, raja sektor konsumsi di Indonesia tak lain dan tak bukan adalah ICPB. Beberapa analis kami sepakat, apapun yang terjadi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, 200 juta lebih penduduk Indonesia tidak akan lupa untuk membeli makan. Di dalam hal ini, emiten produsen mi instan Indomie ini jelas sangat diuntungkan.
Dalam sembilan bulan pertama di tahun 2013, ICBP mencatat kenaikan laba bersih menjadi Rp1,88 triliun atau naik 12 persen dari periode yang sama tahun 2012. Penjualan mi instan, masih berkontribusi paling besar terhadap laba ICBP sebesar 68 persen.
Beberapa tahun terakhir,saham ICBP milik Antony Salim ini telah menjadi incaran pemain besar dari lokal dan asing. Debby menyebut, pergerakan tren pembelian makanan oleh masyarakat Indonesia dari hipermarket ke minimarket, membuat posisi ICBP di atas angin. Pasalnya, ICBP sudah menguasai rantai distribusi produk sampai ke daerah-daerah terpencil di Indonesia. Selain itu, Debby juga menambahkan, langkah ICBP yang mulai melebarkan sayap ke bisnis minuman ringan dan juga air mineral akan menjadi bisnis yang menjanjikan.
Karena itu, Agus menyarankan Anda untuk hold saham ICBP karena kenaikannya sampai satu tahun bisa mencapai 20 persen. Itu berarti, saham ICBP bisa menembus level Rp 12.000 karena di akhir tahun, ICBP masih berada di level harga Rp 9.000-Rp 10.000.
Satrio Utomo, setuju dengan prediksi Agus. Dia menyebut, level harga untuk ICBP bahkan menembus harga Rp 12.500.
7. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
MARKET CAP Rp 9,57 triliun
p/e ratio 16,71
ROE 12,6 persen
WIKA adalah satu-satunya emiten konstruksi yang masuk dalam jajaran 10 saham layak koleksi di tahun 2014. Sebelumnya, banyak pihak telah memprediksi bahwa sektor konstruksi di tahun 2014 ini akan tertekan. Naiknya harga bahan bangunan, tingginya suku bunga acuan serta pelemahan nilai tukar membuat sektor konstruksi diprediksi tidak akan tumbuh maksimal. Namun, beberapa analis kami tetap merekomendasikan WIKA masuk dalam kantong belanja Anda.
Agus Yanuar menyebut bahwa selama ini WIKA adalah salah satu saham yang banyak dikoleksi asing. Pasalnya, secara fundamental, emiten pelat merah ini dikelola dengan cukup baik. WIKA juga rajin melakukan ekspansi usaha Seperti ke Myanmar dan Timor Leste.
Secara keuangan, laba bersih yang dicetaknya di kuartal tiga lalu yang mencapai Rp390,03 miliar atau naik 38,03 persen dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Agus menyebut bahwa pendapatan berlanjut (requiring income) dari berbagai proyek propertinya yang sudah dijual dapat menambah pundi-pundi keuangannya.
Satrio Utomo menambahkan, di tahun 2013 lalu, saham WIKA adalah salah satu saham yang sangat responsif terhadap pergerakan IHSG. Sehingga jika IHSG bullish di tahun ini, besar kemungkinannya, WIKA pun ikut terkerek naik dan bahkan berada di atas kenaikan IHSG.
Agus merekomendasikan hold saham WIKA sampai berada di level Rp 2.250. Sedangkan Satrio memprediksi di tahun ini, WIKA akan bergerak di rentang harga Rp 2.000-Rp 2.250.
8. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
MARKET CAP Rp5,71 triliun
p/e ratio 30,78
ROE 17,2 persen
Emiten yang bergerak di sektor kesehatan ini, memang memiliki momentum pergerakan yang positif. Pasalnya, penyelenggaraan Sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diterapkan mulai tahun ini. Saham KLBF pun menjadi salah satu saham jagoan di lini bisnis sejenis.
Agus menuturkan bahwa selain BPJS, katalis positif dari pergerakan saham KLBF adalah struktur demografi Indonesia. Pasalnya, kenaikan kelas menengah di Indonesia serta merta membuat produk jualan Kalbe Farma seperti minuman berenergi dan multivitamin akan diburu masyarakat. Karena itu, Agus merekomendasikan untuk membeli saham KLBF dan menargetkan level harga-nya di tahun ini menembus Rp 1.485.
Dengan alasan yang sama, Ishfan juga menyarankan mengoleksi untuk saham KLBF. Ishfan bahkan terang-terangan menjagokan saham KLBF. Di samping dikelola dengan baik, posisi KLBF sebagai market leader, yang menguasai sekitar 12 persen pangsa pasar farmasi di Indonesia jadi nilai tambah. Target Ishfan untuk saham ini adalah Rp 1.200.
Di lain pihak, Marolop memiliki pendapat berbeda. Marolop tidak merekomendasikan saham KLBF di tahun ini. Pasalnya, lini bisnis KLBF lebih banyak berada di posisi obat generik tidak bermerek yang harganya lebih mahal. Dengan adanya BPJS, emiten yang akan diuntungkan adalah emiten farmasi yang memproduksi obat generik bermerek dengan harga yang lebih murah.
9. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (ITMG)
MARKET CAP Rp3,20 triliun
p/e ratio 10,69
ROE 18,1 persen
Sepanjang tahun 2013 lalu, emiten-emiten komoditas mengalami kelesuan kinerja. Pelambatan ekonomi global menyebabkan permintaan batu bara di dunia juga melambat sehingga harganya jatuh. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut, sepanjang bulan Januari 2012 sampai September 2013, saham-saham di sektor pertambangan telah turun sebesar 80 persen.
Meski begitu, di tahun 2014, beberapa analis kami yakin harga batu bara sudah mulai rebound. Hal ini didukung oleh proyeksi beberapa pihak yang menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi China akan tumbuh di atas 7,8 persen sehingga permintaan batu bara untuk industrinya pun akan menggeliat.
Debby Handojo dan Satria Utomo sepakat, ekonomi China yang akan membaik di tahun ini dapat membuat saham ITMG pulih dan mencetak rebound. Satrio memprediksi, di 2014, ITMG bisa berada di rentang harga Rp 33.000- Rp 36.000.
Ishfan dan Alfred menyebut bahwa sepanjang tahun 2014, saham-saham di sektor komoditas masih akan tertekan. Kalaupun secara teknikal harganya akan naik, saham-saham tersebut masih belum memiliki cukup amunisi untuk rebound dan kembali menunjukkan taringnya. Sentimen perlambatan ekonomi global, masih tetap menekan saham batu bara.
Meski begitu, Satrio optimis bahwa pergerakan saham ITMG di tahun kuda emas ini akan naik dan menyentuh angka Rp 33.000- Rp 36.000.
10. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
MARKET CAP Rp1,02 triliun
p/e ratio 21,07
ROE 18,3 persen
ACES yang memegang lisensi merk ACE di Indonesia, juga diprediksi akan menunjukkan kinerja cemerlang. Pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, membuat ACE diuntungkan.
Kinerja ACES menunjukkan kinerja maksimal. Di kuartal tiga lalu, pendapatan ACES mencapai Rp 2,7 triliun. Akibat kenaikan penjualan ini, laba bersihnya pun terkerek ke Rp 313,437 miliar atau naik 12,5 persen year on year. Produk perbaikan rumah, masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan ACES sebesar Rp 1,73 triliun naik dari sebelumnya Rp 1,6 triliun. Sedangkan penyumbang pendapatan ACES lainnya adalah produk gaya hidup sebesar Rp 1,09 triliun dan produk permainan dan konsinyasi sebesar Rp 59,71 miliar dan Rp 33,37 miliar.
Ishfan menilai, ACES adalah salah satu perusahaan yang dikelola dengan baik dan fokus di satu bisnis, yaitu alat-alat rumah tangga. Naiknya pertumbuhan kelas menengah yang juga diimbangi dengan naiknya kebutuhan perumahan, membuat peluang mengkoleksi saham ACES menarik. Hanya saja, yang perlu diingat, pelemahan nilai tukar sedikit membebani gerak keuangan emiten ritel ini.
Meski begitu, di tahun depan, tambah Ishfan, ACES hanya fokus untuk menambah 10 gerainya. Angka yang menurut pandangan Ishfan sangat masuk akal, di tengah situasi ekonomi yang belum menentu. Selain itu, Ishfan juga menilai bahwa harga ACES di tahun ini yang bergerak di Rp 600-Rp 650 adalah harga diskon yang murah. Ishfan memprediksi harga ACES di Rp2 014 bisa menembus angka Rp 1.200. (Majalah Fortune Indonesia Edisi 80)
6. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (ICBP)
MARKET CAP Rp 5,74 triliun
p/e ratio 24,7
ROE 14,4 persen
Selain saham Unilever, raja sektor konsumsi di Indonesia tak lain dan tak bukan adalah ICPB. Beberapa analis kami sepakat, apapun yang terjadi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia, 200 juta lebih penduduk Indonesia tidak akan lupa untuk membeli makan. Di dalam hal ini, emiten produsen mi instan Indomie ini jelas sangat diuntungkan.
Dalam sembilan bulan pertama di tahun 2013, ICBP mencatat kenaikan laba bersih menjadi Rp1,88 triliun atau naik 12 persen dari periode yang sama tahun 2012. Penjualan mi instan, masih berkontribusi paling besar terhadap laba ICBP sebesar 68 persen.
Beberapa tahun terakhir,saham ICBP milik Antony Salim ini telah menjadi incaran pemain besar dari lokal dan asing. Debby menyebut, pergerakan tren pembelian makanan oleh masyarakat Indonesia dari hipermarket ke minimarket, membuat posisi ICBP di atas angin. Pasalnya, ICBP sudah menguasai rantai distribusi produk sampai ke daerah-daerah terpencil di Indonesia. Selain itu, Debby juga menambahkan, langkah ICBP yang mulai melebarkan sayap ke bisnis minuman ringan dan juga air mineral akan menjadi bisnis yang menjanjikan.
Karena itu, Agus menyarankan Anda untuk hold saham ICBP karena kenaikannya sampai satu tahun bisa mencapai 20 persen. Itu berarti, saham ICBP bisa menembus level Rp 12.000 karena di akhir tahun, ICBP masih berada di level harga Rp 9.000-Rp 10.000.
Satrio Utomo, setuju dengan prediksi Agus. Dia menyebut, level harga untuk ICBP bahkan menembus harga Rp 12.500.
7. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)
MARKET CAP Rp 9,57 triliun
p/e ratio 16,71
ROE 12,6 persen
WIKA adalah satu-satunya emiten konstruksi yang masuk dalam jajaran 10 saham layak koleksi di tahun 2014. Sebelumnya, banyak pihak telah memprediksi bahwa sektor konstruksi di tahun 2014 ini akan tertekan. Naiknya harga bahan bangunan, tingginya suku bunga acuan serta pelemahan nilai tukar membuat sektor konstruksi diprediksi tidak akan tumbuh maksimal. Namun, beberapa analis kami tetap merekomendasikan WIKA masuk dalam kantong belanja Anda.
Agus Yanuar menyebut bahwa selama ini WIKA adalah salah satu saham yang banyak dikoleksi asing. Pasalnya, secara fundamental, emiten pelat merah ini dikelola dengan cukup baik. WIKA juga rajin melakukan ekspansi usaha Seperti ke Myanmar dan Timor Leste.
Secara keuangan, laba bersih yang dicetaknya di kuartal tiga lalu yang mencapai Rp390,03 miliar atau naik 38,03 persen dari periode yang sama tahun lalu. Selain itu, Agus menyebut bahwa pendapatan berlanjut (requiring income) dari berbagai proyek propertinya yang sudah dijual dapat menambah pundi-pundi keuangannya.
Satrio Utomo menambahkan, di tahun 2013 lalu, saham WIKA adalah salah satu saham yang sangat responsif terhadap pergerakan IHSG. Sehingga jika IHSG bullish di tahun ini, besar kemungkinannya, WIKA pun ikut terkerek naik dan bahkan berada di atas kenaikan IHSG.
Agus merekomendasikan hold saham WIKA sampai berada di level Rp 2.250. Sedangkan Satrio memprediksi di tahun ini, WIKA akan bergerak di rentang harga Rp 2.000-Rp 2.250.
8. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
MARKET CAP Rp5,71 triliun
p/e ratio 30,78
ROE 17,2 persen
Emiten yang bergerak di sektor kesehatan ini, memang memiliki momentum pergerakan yang positif. Pasalnya, penyelenggaraan Sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) diterapkan mulai tahun ini. Saham KLBF pun menjadi salah satu saham jagoan di lini bisnis sejenis.
Agus menuturkan bahwa selain BPJS, katalis positif dari pergerakan saham KLBF adalah struktur demografi Indonesia. Pasalnya, kenaikan kelas menengah di Indonesia serta merta membuat produk jualan Kalbe Farma seperti minuman berenergi dan multivitamin akan diburu masyarakat. Karena itu, Agus merekomendasikan untuk membeli saham KLBF dan menargetkan level harga-nya di tahun ini menembus Rp 1.485.
Dengan alasan yang sama, Ishfan juga menyarankan mengoleksi untuk saham KLBF. Ishfan bahkan terang-terangan menjagokan saham KLBF. Di samping dikelola dengan baik, posisi KLBF sebagai market leader, yang menguasai sekitar 12 persen pangsa pasar farmasi di Indonesia jadi nilai tambah. Target Ishfan untuk saham ini adalah Rp 1.200.
Di lain pihak, Marolop memiliki pendapat berbeda. Marolop tidak merekomendasikan saham KLBF di tahun ini. Pasalnya, lini bisnis KLBF lebih banyak berada di posisi obat generik tidak bermerek yang harganya lebih mahal. Dengan adanya BPJS, emiten yang akan diuntungkan adalah emiten farmasi yang memproduksi obat generik bermerek dengan harga yang lebih murah.
9. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk (ITMG)
MARKET CAP Rp3,20 triliun
p/e ratio 10,69
ROE 18,1 persen
Sepanjang tahun 2013 lalu, emiten-emiten komoditas mengalami kelesuan kinerja. Pelambatan ekonomi global menyebabkan permintaan batu bara di dunia juga melambat sehingga harganya jatuh. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut, sepanjang bulan Januari 2012 sampai September 2013, saham-saham di sektor pertambangan telah turun sebesar 80 persen.
Meski begitu, di tahun 2014, beberapa analis kami yakin harga batu bara sudah mulai rebound. Hal ini didukung oleh proyeksi beberapa pihak yang menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi China akan tumbuh di atas 7,8 persen sehingga permintaan batu bara untuk industrinya pun akan menggeliat.
Debby Handojo dan Satria Utomo sepakat, ekonomi China yang akan membaik di tahun ini dapat membuat saham ITMG pulih dan mencetak rebound. Satrio memprediksi, di 2014, ITMG bisa berada di rentang harga Rp 33.000- Rp 36.000.
Ishfan dan Alfred menyebut bahwa sepanjang tahun 2014, saham-saham di sektor komoditas masih akan tertekan. Kalaupun secara teknikal harganya akan naik, saham-saham tersebut masih belum memiliki cukup amunisi untuk rebound dan kembali menunjukkan taringnya. Sentimen perlambatan ekonomi global, masih tetap menekan saham batu bara.
Meski begitu, Satrio optimis bahwa pergerakan saham ITMG di tahun kuda emas ini akan naik dan menyentuh angka Rp 33.000- Rp 36.000.
10. PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)
MARKET CAP Rp1,02 triliun
p/e ratio 21,07
ROE 18,3 persen
ACES yang memegang lisensi merk ACE di Indonesia, juga diprediksi akan menunjukkan kinerja cemerlang. Pesatnya pertumbuhan kelas menengah di Indonesia, membuat ACE diuntungkan.
Kinerja ACES menunjukkan kinerja maksimal. Di kuartal tiga lalu, pendapatan ACES mencapai Rp 2,7 triliun. Akibat kenaikan penjualan ini, laba bersihnya pun terkerek ke Rp 313,437 miliar atau naik 12,5 persen year on year. Produk perbaikan rumah, masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan ACES sebesar Rp 1,73 triliun naik dari sebelumnya Rp 1,6 triliun. Sedangkan penyumbang pendapatan ACES lainnya adalah produk gaya hidup sebesar Rp 1,09 triliun dan produk permainan dan konsinyasi sebesar Rp 59,71 miliar dan Rp 33,37 miliar.
Ishfan menilai, ACES adalah salah satu perusahaan yang dikelola dengan baik dan fokus di satu bisnis, yaitu alat-alat rumah tangga. Naiknya pertumbuhan kelas menengah yang juga diimbangi dengan naiknya kebutuhan perumahan, membuat peluang mengkoleksi saham ACES menarik. Hanya saja, yang perlu diingat, pelemahan nilai tukar sedikit membebani gerak keuangan emiten ritel ini.
Meski begitu, di tahun depan, tambah Ishfan, ACES hanya fokus untuk menambah 10 gerainya. Angka yang menurut pandangan Ishfan sangat masuk akal, di tengah situasi ekonomi yang belum menentu. Selain itu, Ishfan juga menilai bahwa harga ACES di tahun ini yang bergerak di Rp 600-Rp 650 adalah harga diskon yang murah. Ishfan memprediksi harga ACES di Rp2 014 bisa menembus angka Rp 1.200. (Majalah Fortune Indonesia Edisi 80)
0 comments:
Posting Komentar