Video Third Wave of Coffee: Dodo Juliman AR'80 mengajak menyeruput Kopi Nikmat
Kamis, 05 Desember 2013
Published on Jul 26, 2012
Deborah Acosta tells us about the Third Wave Cofee Movement, and its arrival in Miami.
-------
On 4 Des 2013, at 14:30, Dodo Juliman wrote:
Hehe.. Saya sementara penjadi penikmat dan pengamat kopi dulu Mas Sugeng.. Senang melihat antusiasme teman-teman ITB terhadap kopi. Sekarang ini semakin banyak klub-klub kopi di Bandung, baik yang dikembangkan oleh alumni ITB maupun warga Bandung secara umum. Mudah-mudahan dengan semakin banyaknya teman-teman ITB yang menjadi pencinta kopi akan muncul teknologi perkopian yang semakin maju di Jawa Barat maupun Indonesia. Seperti kita ketahui, teknologi canggih di perkopian hampir sebagian besar dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan Eropa, Jepang dan Amerika. Memang mereka konsumen terbesar di dunia, sekaligus pencipta nilai tambah perekonomian kopi dunia. Dari hampir USD 100 milyar nilai perekonomian kopi dunia, 88% dikuasai tiga pelaku dunia tersebut. Negara penghasil kopi hanya menikmati 11-12% saja dari nilai perekonomian kopi dunia.Nah, pengembangan nilai tambah perekonomian kopi inilah yang belum banyak kita lakukan. Padahal pasar dalam negeri kita sangat besar, tetapi malah dikuasai oleh berbagai pemain asing. Illy Coffee, yang film dokumenternya akan diputar ulang oleh Mas Moko merupakan perusahaan kopi Italy yang mengembangkan teknologi canggih mulai dari mesin sortasi biji kopi yang diimpor dari Amerika Latin, Afrika, dan Asia Pasifik, sampai dengan pengujian citarasa, dari peyangraian (roasting) sampai pengemasan dengan gas nitrogen agar bisa tahan lama. Malah Illy punya sekolah kopi tercanggih di dunia. Indonesia sebagai negera produsen kopi-kopi terbaik di dunia kok malah tidak punya sekolah perkopian dan pusat pengembangan teknologi perkopian. Yang ada hanya Puslitbang Kopi dan Kakao di Jember yang walaupun banyak memiliki ahli-ahli kopi yang bagus, tetapi masih kurang didukung dengan teknologi yang canggih. Kalau kita ingin meningkatkan nilai tambah kopi untuk bangsa kita, saya kita kerjasama pemerintah-industri-perguruan tinggi (triple helix) untuk pengembangan teknologi perkopian perlu dikembangkan.Beberapa teman di ITB tertarik untuk mengembangkan peran teknopreneur di perkopian, tetapi belum ada modalnya. Saya kira jejaring alumni ITB yang luar biasa ragam peran dan penguasaan sumberdayanya tidak akan sulit mengatasi hal tersebut.Potensi Jawa Barat untuk kopi arabika (banyak disukai pasar dunia dan pencinta kopi karena citarasanya yang enak - memiliki aroma, rasa, sweetness, acidity, dan body yang berkelas aristokrat.. :-)) cukup besar, namun seperti kata Basuki, baru mengalami 'reborn' setelah habis oleh hama karat daun di awal 1920-an. Karena kopi merupakan minuman penambah semangat kerja (setelah minum kopi jadi cenghar, nggak ngantuk) dan juga selalu mengikuti perkembangan "gaya hidup", maka kebutuhan dunia akan kopi yang berkualitas (sering disebut sebagai specialty coffee) akan semakin meningkat. Makanya sejak tahun 2002 di Amerika Serikat muncul istilah "the third wave coffee" seperti kutipan wikipedia berikut:The Third Wave of Coffee refers to a current movement to produce high-quality coffee, and consider coffee as an artisanal foodstuff, like wine, rather than a commodity. This involves improvements at all stages of production, from improving coffee bean growing, harvesting, and processing, to stronger relationships between coffee growers and coffee traders and roasters, to higher quality and fresh roasting, at times called "microroasting" (by analogy withmicrobrew beer), to skilled brewing.Third Wave Coffee aspires to the highest form of culinary appreciation of coffee, so that one may appreciate subtleties of flavor, bean varietal, and growing region – similar to other complex culinary products such as wine, tea, and chocolate. Distinctive features of Third Wave Coffee include direct trade coffee, high-quality beans (see specialty coffee for scale), single-origin coffee (as opposed to blends), lighter roasts of the beans, and latte art. It also sometimes includes naked portafilters, and revivals of alternative methods of coffee preparation, such as vacuum coffee (sometimes called "siphon") and individual drip brew.
Semoga kita bisa memanfaatkan peluang di ekonomi perkopian ini untuk mulai merasakan "manisnya" berkebun dan berbisnis kopi bersama para petani kopi dan pekerja bisnis perkopian yang mulai berkembang, daripada hanya sekedar menonton pelaku asing mengembangkan bisnis tersebut dan membiarkan bangsa kita menikmati "pahitnya" rasa kopi yang diolah dengan cara yang tidak tepat.. :-)
--------------------Salam kopi,DJDodo JulimanBarista@KoffieWagen
4 comments:
2013/12/4 Sugeng Setyadi
Wah, ijin mau saya share ke Anak saya. Dari pada didorong jadi anggota DPR atau pejabat negara yg tiap hari dimaki-maki orang di dunia maya, mendingan jadi pengusaha kopi yg profesional dan mendunia.
Sent from my iPad
From: Arthur Silalahi
Sender: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Date: Wed, 4 Dec 2013 20:28:26 +0700
Subject: Re: [Senyum-ITB] Re: Sedikit tentang dunia perkopian
hmmm, saya juga mau nih jadi pengusaha kopi.
walaupun tunggangan cuma vario siap deh dibawa ngacir ke pangalengan hehe.
harus memulai dari mana nih buat yg modal dengkul kaya saya :-)
arthur.m99
From: dodo_juliman
Sender: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Date: Wed, 4 Dec 2013 14:06:07 +0000
Subject: Re: [Senyum-ITB] Re: Sedikit tentang dunia perkopian
Kalau mau bisnis kopi gelombang ketiga, ya mulai dari mengenal dan mencintai kopi dulu. Mencoba berbagai jenis kopi Priangan. Bisnis kopi adalah bisnis jangka panjang, jadi jangan terburu-buru.. :-) Masuk ke klub kopi gaul sama teman2 disana.
DJAR80
From: wicaksono_sarosa
Sender: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Date: Wed, 4 Dec 2013 22:16:46 +0000
Subject: Re: [Senyum-ITB] Re: Sedikit tentang dunia perkopian
Menikmati uraian tentang kopi gelombang ketiga yang ditulis Kang Dodo sudah senikmat menyeruput kopinya....(cuma, aromanya ngga bisa keluar lewat emails....he3x)
Hatur nuhuunn...
WS/AR78
Posting Komentar