Menghasilkan Barisan Outlier Idaman ala Steve Jobs, Bill Gates, dll
Kamis, 13 Juni 2013
From: Handy Purnama
Sent: Monday, June 11, 2012 8:43 AM
To: Senyum-ITB@yahoogroups.com
Subject: Re: [Senyum-ITB] Menghasilkan Steve Job
Ada tulisan menarik yang terkait.
http://202.59.162.82/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=
Dan bila ingin lebih jauh dapat membaca di Malcolm Gladwell lewat bukunya, Outliers, The Story of Success
Melahirkan Barisan Outlier Idaman
Orang-orang berprestasi luar biasa alias outlier tidak muncul
tiba-tiba. Modalnya juga bukan cuma IQ, bakat, ataupun kemampuan
pribadi. Untuk menjadi outlier, mereka butuh dukungan lingkungan,
keberuntungan, dan kemauan menempa diri. Bagaimana menciptakan sistem
dan iklim yang kondusif untuk itu?
Namanya Christopher Langan. Sosok ini di Amerika Serikat lumayan
dikenal setelah muncul sebagai bintang tamu di episode kelima tahun 2008
acara One Vs. One Hundred yang dibawakan Bob Saget. Di acara yang
mempertaruhkan uang US$ 1 juta ini sang tamu harus cukup cerdas menjawab
sebanyak mungkin pertanyaan dibanding pesaingnya yang sebanyak 100
orang itu. Yang membuat orang berdecak kagum adalah IQ-nya yang mencapai
195 (sebagai perbandingan, Albert Einstein “cuma” punya IQ 150). Di
panggung ini Langan memang mampu membuktikan kecerdasannya, mengalahkan
lawannya yang 100 orang itu dan pulang dengan hadiah US$ 250 ribu.
Dalam 10 tahun terakhir, Langan memang populer di AS karena sorotan
media atas kecerdasannya yang luar biasa. Namun, sehari-harinya pria
gemuk kekar yang kini berusia 50-an tahun ini tinggal di kawasan
peternakan kuda di pinggiran Missouri. Selain mengurus peternakan,
seperti halnya orang genius lainnya, ia juga menyukai buku dan keasyikan
intelektual lainnya. Selama beberapa tahun terakhir ia mengaku tengah
mengerjakan proyek rumit. Sayang, ini diakuinya pula, tak ada satu pun
hasil karyanya yang dipublikasi. Salah satu hasil risetnya diberi judul
Cognitive Theoretic Model of the Universe. Tanpa memiliki gelar
akademis, ia merasa tak pernah bisa menerbitkan jurnal ilmiah. Ya,
tampaknya Langan hidup dalam kesepian intelektual. Ia tahu bahwa
seharusnya ia bisa hidup lebih baik dari yang sekarang dijalaninya,
tetapi ia mengaku tak tahu caranya.
Nasib Langan memang tak seberuntung Bill Gates (pendiri dan pemilik
Microsoft) ataupun Bill Joy (pendiri dan pemilik Sun Microsystems), dua
nama genius lain yang sebenarnya IQ-nya masih di bawah Langan. Nama
kedua Bill itu kini telah melegenda sebagai pakar teknologi sekaligus
kampiun bisnis yang berhasil membangun fondasi TI dunia.
Langan tak sempat menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Ia
hidup dengan ibu, beberapa saudara tiri, dan ayah tiri yang sering main
pukul (yang akhirnya minggat setelah dihajar olehnya). Lalu, karena
ibunya lupa mengisi catatan keuangan keluarga, ia kehilangan beasiswanya
di Reed College, Oregon. Di kampus lain yang kemudian dia masuki,
Montana State University, Langan juga tak bisa hadir mengikuti kuliah
pas waktu karena jaraknya yang jauh dengan tempat tinggalnya. Sudah
begitu, permintaannya untuk pindah kelas sore – agar bisa mengikuti
kuliah – ditolak pihak kampus. Hilanglah kesempatannya meraih gelar
akademis. Ya, orang yang seharusnya mudah menggapai gelar Ph.D sekalipun
ini, memang tidak cukup beruntung. Orang genius ini terbilang gagal
karena tak memperoleh bantuan dari lingkungannya.
Kisah paradoks – antara faktor kegeniusan dan keberhasilan hidup – yang
agak ironis ini diungkapkan Malcom Gladwell dalam buku terbarunya,
Outliers. Ia menceritakannya sebagai kontras mengenai orang-orang yang
mampu mencapai prestasi luar biasa dibanding kebanyakan orang (yang
disebutnya outlier). Bill Gates, Bill Joy, The Beatles adalah di antara
contoh outlier yang disebutkan Gladwell. Para outlier, Gladwel
menyimpulkan, bukan semata berhasil karena bakat atau kemampuan pribadi
mereka. Mereka sukses karena adanya bantuan dari lingkungan dan berbagai
keberuntungan berupa kesempatan sosial yang mereka peroleh. Disiplin
dan persistensi mereka untuk terus mempertajam dan memperdalam keahlian –
yang diistilahkannya kaidah tempaan 10 ribu jam – menjadi kunci sukses
mereka lainnya. Dari pemaparan Gladwell kita bisa menarik benang merah
dan menemukan beberapa faktor kunci mengapa seseorang bisa sukses
menjadi outlier di bidangnya (lihat Boks: Faktor Kunci Menjadi Outlier).
Faktor Kunci Menjadi Outlier
1.Memiliki bakat kapasitas individual yang bagus: IQ, bakat kecerdasan lainnya, dan minat.
2.Adanya pendidikan (lebih bagus sejak dini) – baik formal maupun informal – yang bisa mengasah bakat dan memperkuat minat.
3.Adanya bantuan dari lingkungannya – lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan lainnya – dalam pengembangan kualitas diri.
4.Mampu memanfaatkan keberuntungan berupa kesempatan sosial (istilahnya: lahir di tempat dan pada masa yang tepat).
5.Menjalani tempaan keras (minimum) 10 ribu jam yang bisa mempertajam dan memperdalam keahlian.
6. Sikap disiplin dan persisten untuk terus mengakumulasi keunggulan di atas kebanyakan orang.
Sumber: Disarikan dari pemaparan Malcolm Gladwell lewat bukunya, Outliers, The Story of Success
0 comments:
Posting Komentar