Dian Siswarini EL'86: Wanita Dibalik Sukses Jaringan XL
Senin, 20 Mei 2013
Wanita Dibalik Sukses Jaringan XL
Posted On Sunday, April 1, 2012
(Cleopatra)-Dian Siswarini, boleh dibilang sosok Kartini yang langka, menduduki jabatan direksi Excelcomindo (sekarang PT XL Axiata) pada April 2007 sebagai Direktur Teknologi, Content & Newwork Services X. Kini Dian telah menjadi inspirasi wanita-wanita Indonesia dalam meraih kesuksesan diantara karier pekerjaan dan membangun rumah tangga.
Dian salah satu sosok sentral dibalik sukses dalam pengembangan jaringan XL. “Wanita suskes di karier itu biasa kenapa harus dipertanyakan,” ujar wanita kelahiran majalengka 5 Mei 1968 ini.
Dian Siswarini, namanya mencuat, ketika menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), Perempuan yang mengawali karir sebagai Supervisor Engineer di PT Citra Sari Makmur (CSM) tahun 1991 itu mengaku tujuannya masuk ke Industri Telekomunikasi, awalnya ingin menjadi bagian dari perkembangan dan kemajuan industri telekomunikasi di tanah air.
“Saat saya masuk pada 1991, industri telko kita masih belum maju dan jauh tertinggal dari negara-negara lain. Namun saya yakin, industri telko kita akan segera bangkit, seperti saat ini,” kata Dian
Menurutnya sekarang banyak lahir tokoh-tokoh perempuan yang bergelut di berbagai bidang, termasuk bidang-bidang yang sejak lama dikenal sebagai bidang milik laki-laki. bagi wanita tak tabu lagi merambah di dunia Teknologi Informasi dan komunikasi (ICT). Sektor ini bisa dikatakan milik dunia ‘laki-laki’ karena kebanyakan ahli-ahli teknologi informasi didominasi para pria.
Sebenarnya di dunia telekomunikasi banyak juga direktur perempuannya, meski mungkin bukan di bagian network service . Tapi, bagi Dian di XL memberikan kesempatan sangat besar untuk perempuan bisa berkembang. Jika ada promosi untuk posisi seperti di bagian field operation , tidak pernah meremehkan perempuan. Menurutnya gender itu bukan faktor untuk menilai seseorang layak atau tidak menduduki sebuah jabatan. Semua murni berdasarkan kemampuan.
“Untuk level top managemen perempuan juga lumayan banyak. Memang, dunia teknisi umumnya mayoritas dipegang pria, tapi menjadi pemimpin perempuan di divisi ini justru banyak keuntungannya. Bagian teknis, kan, juga banyak berhubungan dengan vendor dan supplier . Tidak munafik juga kalau di sini banyak berurusan dengan hal-hal semacam entertainment client yang negatif,” ungkap alumnus ITB ini.
Dian menyarankan, jika ingin melihat lebih banyak lagi perempuan berperan serta di industri telekomunikasi, maka sebaiknya kita lebih meyakinkan lagi anak-anak atau murid kita untuk tidak khawatir masuk ke jurusan telekomunikasi.
“Kalangan perempuan harus bisa mendorong, bagaimana agar bisa menghilangkan kesan bahwa teknik telekomunikasi adalah ‘bidangnya’ laki-laki atau bahwa bidang ini lebih mementingkan kerja dan kekuatan fisik Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Perempuan pun sangat mungkin berkarir di sini,” kata dia
Menurutnya, saat ini tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam industri telekomunikasi.Yang penting bagaimana bisa memajukan industri telekomunikasi Indonesia.
Dikatakan saat ini jumlah perempuan yang berkiprah di dunia ICT memang terhitung masih sangat sedikit, sejak dulu hingga saat ini perempuan yang memilih jurusan teknik tetap saja masih sedikit. Sepertinya kesan bahwa jurusan teknik, termasuk teknik telekomunikasi, adalah jurusan yang memerlukan kekuatan fisik atau dunianya lelaki masih juga melekat di masyarakat.
“Ini menjadi tantangan bagi kita sebagai orang tua dan pendidik, bahwa telekomunikasi adalah jurusan yang tidak selalu memerlukan kekuatan fisik. Selama saya berkarir di dunia ini, sepertinya tidak ada pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan,” sarannya
Dian menilai kesuksesan karier perempuan tak lepas dari perkembangan zaman yang menuntut emansipasi wanita dalam berkarier dan sukses juga dalam pengelola kehidupan rumah tangga. Persepsi budaya menempatan wanita hanya di dapur saja, persepsi itu kini sudah tak berlaku lagi. wanita berhak untuk menunjukan jadi diri meraih kesuksesan setara dengan pri, tapi wanita emmiliki keunggulan karena kemampuannya dalam membagi waktu dengan memberi perhatian pada keluarga di rumah.
“Perempuan punya kekuatan lebih merambah karier dan prestasi kerja di dunia laki-laki,” tuturnya.
Dian menjelaskan suka-duka bergelut di industri telekomunikasi, dimana sukanya, industri telekomunikasi sangat cepat perkembangannya. Begitu pula dengan teknologinya begitu pesat. Bagi Dian disini menariknya, dituntut untuk terus belajar agar tidak ketinggalan. Selain itu musti membangun networking agar bisa terus meng-update perkembangan yang ada.”Sedangkan dukanya, hampir tidak ada,” tutur Dian
Namun, di tengah kesuksesan Dian, masih tersisa sekelumit persoalan yang menjadi perhatiannya, Tantangan ketika saat ini penetrasi internet dan data belum maksimal ke semua kalangan masyarakat, termasuk juga merata ke semua daerah termasuk daerah terpencil. Hambatan terbesar belum meluasnya penetrasi internet saat ini, sambung Dian, karena masyarakat belum melihat akses internet dan data sebagai kebutuhan. Belum lagi, Infrastrukturnya juga mahal untuk dibangun, sehingga mempengaruhi kemampuan operator untuk segera membangun jaringan ke semua daerah, termasuk daerah terpencil
Namun, Dian optimistis, nantinya Telekomunikasi, termasuk internet bisa menjangkau semua lapisan masyarakat Indonesia. DImana telekomunikasi bukan sekadar jangkauan yang merata, namun juga kualitasnya benar-benar bagus sehingga manfaatnya maksimal. Karena itu, edukasi ke masyarakat juga musti maksimal agar informasi yang di sampaikan ke masyarakat bisa benar-benar dimengerti
Berbagi Fokus
Bagi Dian karier dan keluarga harus bisa membagi waktu. Intinya ketika waktu di kantor tidak boleh memikirkan masalah keluarga, begitu sebaliknya waktu di rumah jangan memikirkan pekerjaan di kantor. “Jadi menurut saya antara soal keluarga dan rumah tangga harus berbagi porsi sesuai dengan kebtuhan dan perkembangan,” tutur pecinta olahraga golf ini.
Selain fokus, kata Dian rencanakan waktu dengan baik. Jika di pekerjaan masih ada PMO (project management officer ) yang mengatur jadwal, sisanya harus membuat planning atau rencana sendiri untuk urusan rumah. Baik untuk rencana harian, jangka panjang, maupun pendek.
Bila perlu, punya langganan yang memungkinkan membereskan urusan di hari weekend . Misalnya, punya langganan dokter atau klinik yang buka Sabtu dan Minggu, juga bank yang mau melayani di hari Sabtu. Saya pribadi, karena selalu memprioritaskan keluarga, sejak awal berusaha agar rumah dekat dengan kantor. Meski memerlukan biaya tambahan dan mungkin rumah tak bisa seluas rumah yang lama.
Misalnya?, kata Dian saat melahirkan anak kedua, saya pindah ke Tebet agar lebih dekat dengan kantor. Ternyata ini memungkinkan saya untuk makan siang di rumah paling tidak tiga kali seminggu. Begitu pula saat menyusui, saya masih bisa pulang di siang hari untuk menyimpan ASI. Perencanaan juga diterapkan untuk memberikan ASI lebih lama untuk ketiga buah hati. Selama cuti melahirkan, Dian membuat bank ASI.
“Capek memang, tapi itu harus dilakukan jika ingin kembali ke kantor tapi tetap ingin memberikan ASI eksklusif. Ini memang sudah menjadi bagian dari rencana saya dan suami dalam membangun keluarga,” pungkas Dian
Dian dikarunia tiga. Anak pertama saya, Amyra Meidiana (17), saat ini sedang menuntut ilmu Teknologi Informasi di Sydney University. Yang kedua, Farhan Ariana Rahadian duduk di kelas 2 SMP dan Rizki Aulia Muhammad duduk di kelas 3 SD. (Sigit)
Sumber: tabloidcleopatra.com
Baca juga:
- 7 Langkah Menjadi Direktur Pada Umur Kurang Dari 40 Tahun
Dian salah satu sosok sentral dibalik sukses dalam pengembangan jaringan XL. “Wanita suskes di karier itu biasa kenapa harus dipertanyakan,” ujar wanita kelahiran majalengka 5 Mei 1968 ini.
Dian Siswarini, namanya mencuat, ketika menjabat sebagai Sekjen Asosiasi Telekomunikasi Selular Indonesia (ATSI), Perempuan yang mengawali karir sebagai Supervisor Engineer di PT Citra Sari Makmur (CSM) tahun 1991 itu mengaku tujuannya masuk ke Industri Telekomunikasi, awalnya ingin menjadi bagian dari perkembangan dan kemajuan industri telekomunikasi di tanah air.
“Saat saya masuk pada 1991, industri telko kita masih belum maju dan jauh tertinggal dari negara-negara lain. Namun saya yakin, industri telko kita akan segera bangkit, seperti saat ini,” kata Dian
Menurutnya sekarang banyak lahir tokoh-tokoh perempuan yang bergelut di berbagai bidang, termasuk bidang-bidang yang sejak lama dikenal sebagai bidang milik laki-laki. bagi wanita tak tabu lagi merambah di dunia Teknologi Informasi dan komunikasi (ICT). Sektor ini bisa dikatakan milik dunia ‘laki-laki’ karena kebanyakan ahli-ahli teknologi informasi didominasi para pria.
Sebenarnya di dunia telekomunikasi banyak juga direktur perempuannya, meski mungkin bukan di bagian network service . Tapi, bagi Dian di XL memberikan kesempatan sangat besar untuk perempuan bisa berkembang. Jika ada promosi untuk posisi seperti di bagian field operation , tidak pernah meremehkan perempuan. Menurutnya gender itu bukan faktor untuk menilai seseorang layak atau tidak menduduki sebuah jabatan. Semua murni berdasarkan kemampuan.
“Untuk level top managemen perempuan juga lumayan banyak. Memang, dunia teknisi umumnya mayoritas dipegang pria, tapi menjadi pemimpin perempuan di divisi ini justru banyak keuntungannya. Bagian teknis, kan, juga banyak berhubungan dengan vendor dan supplier . Tidak munafik juga kalau di sini banyak berurusan dengan hal-hal semacam entertainment client yang negatif,” ungkap alumnus ITB ini.
Dian menyarankan, jika ingin melihat lebih banyak lagi perempuan berperan serta di industri telekomunikasi, maka sebaiknya kita lebih meyakinkan lagi anak-anak atau murid kita untuk tidak khawatir masuk ke jurusan telekomunikasi.
“Kalangan perempuan harus bisa mendorong, bagaimana agar bisa menghilangkan kesan bahwa teknik telekomunikasi adalah ‘bidangnya’ laki-laki atau bahwa bidang ini lebih mementingkan kerja dan kekuatan fisik Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Perempuan pun sangat mungkin berkarir di sini,” kata dia
Menurutnya, saat ini tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam industri telekomunikasi.Yang penting bagaimana bisa memajukan industri telekomunikasi Indonesia.
Dikatakan saat ini jumlah perempuan yang berkiprah di dunia ICT memang terhitung masih sangat sedikit, sejak dulu hingga saat ini perempuan yang memilih jurusan teknik tetap saja masih sedikit. Sepertinya kesan bahwa jurusan teknik, termasuk teknik telekomunikasi, adalah jurusan yang memerlukan kekuatan fisik atau dunianya lelaki masih juga melekat di masyarakat.
“Ini menjadi tantangan bagi kita sebagai orang tua dan pendidik, bahwa telekomunikasi adalah jurusan yang tidak selalu memerlukan kekuatan fisik. Selama saya berkarir di dunia ini, sepertinya tidak ada pekerjaan yang tidak bisa dilakukan oleh perempuan,” sarannya
Dian menilai kesuksesan karier perempuan tak lepas dari perkembangan zaman yang menuntut emansipasi wanita dalam berkarier dan sukses juga dalam pengelola kehidupan rumah tangga. Persepsi budaya menempatan wanita hanya di dapur saja, persepsi itu kini sudah tak berlaku lagi. wanita berhak untuk menunjukan jadi diri meraih kesuksesan setara dengan pri, tapi wanita emmiliki keunggulan karena kemampuannya dalam membagi waktu dengan memberi perhatian pada keluarga di rumah.
“Perempuan punya kekuatan lebih merambah karier dan prestasi kerja di dunia laki-laki,” tuturnya.
Dian menjelaskan suka-duka bergelut di industri telekomunikasi, dimana sukanya, industri telekomunikasi sangat cepat perkembangannya. Begitu pula dengan teknologinya begitu pesat. Bagi Dian disini menariknya, dituntut untuk terus belajar agar tidak ketinggalan. Selain itu musti membangun networking agar bisa terus meng-update perkembangan yang ada.”Sedangkan dukanya, hampir tidak ada,” tutur Dian
Namun, di tengah kesuksesan Dian, masih tersisa sekelumit persoalan yang menjadi perhatiannya, Tantangan ketika saat ini penetrasi internet dan data belum maksimal ke semua kalangan masyarakat, termasuk juga merata ke semua daerah termasuk daerah terpencil. Hambatan terbesar belum meluasnya penetrasi internet saat ini, sambung Dian, karena masyarakat belum melihat akses internet dan data sebagai kebutuhan. Belum lagi, Infrastrukturnya juga mahal untuk dibangun, sehingga mempengaruhi kemampuan operator untuk segera membangun jaringan ke semua daerah, termasuk daerah terpencil
Namun, Dian optimistis, nantinya Telekomunikasi, termasuk internet bisa menjangkau semua lapisan masyarakat Indonesia. DImana telekomunikasi bukan sekadar jangkauan yang merata, namun juga kualitasnya benar-benar bagus sehingga manfaatnya maksimal. Karena itu, edukasi ke masyarakat juga musti maksimal agar informasi yang di sampaikan ke masyarakat bisa benar-benar dimengerti
Berbagi Fokus
Bagi Dian karier dan keluarga harus bisa membagi waktu. Intinya ketika waktu di kantor tidak boleh memikirkan masalah keluarga, begitu sebaliknya waktu di rumah jangan memikirkan pekerjaan di kantor. “Jadi menurut saya antara soal keluarga dan rumah tangga harus berbagi porsi sesuai dengan kebtuhan dan perkembangan,” tutur pecinta olahraga golf ini.
Selain fokus, kata Dian rencanakan waktu dengan baik. Jika di pekerjaan masih ada PMO (project management officer ) yang mengatur jadwal, sisanya harus membuat planning atau rencana sendiri untuk urusan rumah. Baik untuk rencana harian, jangka panjang, maupun pendek.
Bila perlu, punya langganan yang memungkinkan membereskan urusan di hari weekend . Misalnya, punya langganan dokter atau klinik yang buka Sabtu dan Minggu, juga bank yang mau melayani di hari Sabtu. Saya pribadi, karena selalu memprioritaskan keluarga, sejak awal berusaha agar rumah dekat dengan kantor. Meski memerlukan biaya tambahan dan mungkin rumah tak bisa seluas rumah yang lama.
Misalnya?, kata Dian saat melahirkan anak kedua, saya pindah ke Tebet agar lebih dekat dengan kantor. Ternyata ini memungkinkan saya untuk makan siang di rumah paling tidak tiga kali seminggu. Begitu pula saat menyusui, saya masih bisa pulang di siang hari untuk menyimpan ASI. Perencanaan juga diterapkan untuk memberikan ASI lebih lama untuk ketiga buah hati. Selama cuti melahirkan, Dian membuat bank ASI.
“Capek memang, tapi itu harus dilakukan jika ingin kembali ke kantor tapi tetap ingin memberikan ASI eksklusif. Ini memang sudah menjadi bagian dari rencana saya dan suami dalam membangun keluarga,” pungkas Dian
Dian dikarunia tiga. Anak pertama saya, Amyra Meidiana (17), saat ini sedang menuntut ilmu Teknologi Informasi di Sydney University. Yang kedua, Farhan Ariana Rahadian duduk di kelas 2 SMP dan Rizki Aulia Muhammad duduk di kelas 3 SD. (Sigit)
Sumber: tabloidcleopatra.com
Baca juga:
- 7 Langkah Menjadi Direktur Pada Umur Kurang Dari 40 Tahun
1 comments:
Jangan berhenti untuk terus berkarya, semoga kesuksesan senantiasa menyertai kita semua.
keep update!Harga Honda cRV bekas
Posting Komentar