powered by Google

Sangriyadio Setio mengirim foto Kendaraan Listrik sejak abad 19 sampai 21

Kamis, 03 Januari 2013




Mas Saifuddien yang baik,
Setiap alat mempunyai tujuan pemakaian sendiri-sendiri sesuai dengan spesifikasi, fungsi dan kapasitasnya.
Jika monorel dalam jumlah yang banyak dipergunakan untuk mengganti KRL, analoginya, kira-kira sama dengan Air Asia atau Lion Air, atau Garuda menggunakan pesawat CN-235 dalam jumlah yang banyak sebagai bagian dari armadanya untuk melayani penerbangan di Indonesia.
Tidak efisien, penumpang harus membayar tiket mahal dan pemerintah saban tahun harus memberikan subsidi ratusan milyar rupiah seperti yang terjadi pada Merpati. Dengan Lion Air atau Air Asia, pemerintah untung dari pajak maskapai penerbangan dan penumpang untung karena harga tiket murah.
Monorel cocoknya mungkin untuk kampus di UNPAD atau UI, jarak pendek dengan penumpang tidak banyak. Jaman Belanda dulu, pabrik2 gula dilengkapi dengan kereta rel ukuran kecil sesuai dengan kapasitas dan kebutuhannya yang disebut sebagai Lori. Sekarang sudah tidak ada yang peduli lagi dengan angkutan yang efisien.
Orang bule yang katanya tidak lebih pintar dari orang indonesia sudah sejak ratusan tahun yang lalu membuat angkutan massal yang efisien.
Di Indonesia, MRT dibangun oleh Belanda sejak pertengahan abad ke 19 sampai awal abad ke 20 dengan trem, mulai dengan penggerak kuda, uap, sampai dengan listrik. Pembangunan MRT di indonesia (was: Java) oleh Belanda bersamaan dengan pembangunan MRT di Eropa. Sayangnya pembangunan MRT di Jawa berhenti dengan dimulainya PD 2 dan sebagian besar dirusak oleh pemerintah pendudukan Jepang dan oleh para gubernur di Jawa.
Saat ini pemerintah melakukan riset mengenai mobil listrik nasional termasuk bus listrik yang dikembangkan oleh BPPT. Bus listrik di Perancis dan Eropa sudah ada lebih dari 100 tahun yang lalu dan di indonesia juga sudah dibangun trem listrik lebih dari 100 tahun yang lalu. Jika pemerintah serius dengan kendaraan listrik, maka sekarang sudah bisa langsung membeli bus2 listrik dari Perancis atau Eropa tanpa perlu menunggu lama hasil riset bus listrik dari BPPT yang entah kapan akan selesainya.
Hanya saja yang menggelikan dari kebijakan pemerintah soal mobil/ bus listrik adalah keharusan kendaraan listrik yang menggunakan baterei/aki.
Alasannya karena, jenis kendaraan ini belum berkembang di negara2 maju sehingga memberikan peluang bagi kita untuk mengembangkan kendaraan listrik yang saat ini belum berkembang di negara2 lain. Kesulitan orang2 bule dalam teknologi kendaraan listrik berbasis baterei dianggap sebagai peluang oleh para pejabat di indonesia. Sungguh kekanak-kanakan dan sangat rediculous.
Pada lampiran, sebagai ilustrasi saya sampaikan beberapa foto kendaraan listrik dari berbagai jaman sejak abad ke 19 sampai abad 21.
Salam,
SaS
_____
s00

s01

s02

v01

v02

v04

v05

v07



On Wed, 12/26/12, Saifuddien Sjaaf  wrote:
Mas, kalau seandainya jumlah keretanya monorel itubanyak sekali, sehingga hampir berjajar seperti buaya yang dilompati Joko Tingkir [Cikal-bakal Penguasa Solo] apakah kapasitasnya tidak menjadi besar juga? Entahlah kecepatannya berapa km/jam, apa mungkin bisa seperti subway, yang katanya sekitar 100 km/jam.

Salam
Saifuddien Sjaaf/TK-64
[yang nggak ngerti angkutan massal]

0 comments:

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP