Pementasan teater kelas dunia I La Galigo di Benteng Fort Rotterdam, Makassar
Sabtu, 26 Januari 2013
Uploaded on Apr 23, 2011
I La Galigo berlabuh di Makassar.
Yang disutradarai oleh Robbin Wilson.
Yang terinspirasi dari Sureq Galigo
Setelah melanglang dunia lima tahun terakhir, pentas teater kelas dunia I La Galigo akhirnya berlabuh di kota kelahirannya, Makassar.
Pementasan ini akan berlangsung di Fort Rotterdam, 23-24 April mendatang berkat prakarsa Tanri Abeng, Yayasan Bali Purnati, Pemerintah Kota Makassar , dan Change Performing Arts (Italia).
Pementasan I La Galigo terinspirasi dari Sureq Galigo, hikayat kepahlawanan di Sulawesi Selatan. Lakon ini dipentaskan pertama kali di Singapura pada tahun 2003, lalu menyusul di antaranya di Amsterdam, Barcelona, Madrid, Lyon, New York, dan di Jakarta pada tahun 2005.
Di Makassar, pentas akan digelar dalam format opera di ruang terbuka dengan durasi dua sampai 2,5 jam. Setidaknya seratus pendukung acara, termasuk seniman Sulawesi Selatan, akan dilibatkan.
Penyelenggara saat ini masih mensurvei lokasi untuk menyiapkan detail tata panggung dan pencahayaan. Geladi bersih diperkirakan bisa dihelat dua minggu sebelum pementasan.
Sempat timbul kekhawatiran I La Galigo akan kehilangan rohnya setelah penari Coppong Daeng Rannu meninggal tahun lalu. "Kami juga masih mencari penari di Gowa, Bone, dan seluruh wilayah," ujar Restu Kusumaningrum, produser I La Galigo dalam jumpa pers, Kamis (24/2/2011).
Kehadiran I La Galigo di Makassar merupakan penghormatan bagi mereka yang membuat epos ini dikenal hingga dunia. Tanri Abeng berhasil meyakinkan sutradara Robert 'Bob' Wilson untuk mementaskannya di Makassar.
Pagelaran ini diharapkan bisa menarik wisatawan untuk datang. Tanri berkomitmen untuk juga membangun perpustakaan dan museum I La Galigo yang lebih lengkap untuk menambah khazanah kebudayaan Sulawesi Selatan.
Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan pementasan I La Galigo bisa secara perlahan menghapus citra Makassar sebagai kota yang rusuh.
I La Galigo bersumber dari naskah Sureq Galigo yang ditulis dalam huruf lontara. Naskah asli berada di Leiden, Belanda, dengan tebal 6.000 halaman. Penerjemahan secara utuh sudah dilakukan oleh M Salim, dosen fakultas seni dan desain Universitas Negeri Makassar. Salim membutuhkan waktu lima tahun dua bulan untuk menerjemahkannya ke dalam Bahasa Indonesia.
Dari 24 jilid yang diterjemahkan, baru dua jilid yang diterbitkan. Adapun pentas teater akan menampilkan tari, musik, dan dialog berbahasa Bugis klasik.
Peta: Pantai Losari - Benteng Fort Rotterdam 1,1 km
View Larger Map
1 comments:
Apakah pementasan I la galigo ada yg dalam bentuk CD? Bila ya apa bisa dibeli umum? Dimana?
Posting Komentar