Ratusan Eks Karyawan PT DI Bangun Industri Pesawat Malaysia
Jumat, 10 Mei 2013
Ratusan Eks Karyawan PT DI Bangun Industri Pesawat Malaysia
Selasa, 28/02/2012 - 07:53
BANDUNG, (PRLM).- Ratusan pekerja eks karyawan PT DI (PT Dirgantara Indonesia) ramai ramai datang ke Malaysia, untuk bekerja diberbagai industri pesawat terbang Malaysia. Umumnya status ketenagakerjaan mereka masih belum jelas atau ilegal.
Demikian dikemukakan Atase Ketenagakerjaan Kedutaan Besar RI untuk Malaysia, Agus Triyanto, di sela-sela acara sosialisasi TKI (tenaga kerja Indonesia) di acara Sosialisasi Pengiriman TKI, di Kantor Disanakertrans Jabar, Senin (27/2).
“Saat ini memang banyak tenaga kerja eks PT DI yang bekerja di malaysia. Bahkan baru baru ini ada sekitar 100 orang yang datang kesana," ujar Agus kepada wartawan, usai acara.
Menurut Agus, saat ini Malaysia memang membutuhkan banyak tenaga ahli dari luar negaranya, diantaranya adalah untuk pengembangan industri pesawat terbang. Salah satunya untuk memenuhi tenaga ahli di proyek kerjasama Malaysia-Singapura di Penang, Malaysia.
Selain itu, ada empat industri peswat terbang lainnya di Malaysia yang membutuhkan tenaga-tenaga khusus seperti eks karyawan PT DI. Termasuk untuk pembuatan service center untuk pesawat terbang di Malaka dan Tanjung Kupang.
“Peluang tersebut diambil oleh para karyawan eks PT DI, termasuk teman-teman eks PT DI yang memiliki skill tinggi. Dalam hal ini pada dasarnya, dimana ada suplai disitu ada demand," katanya.
Namun Agus menyayangkan tenaga kerja eks PT DI tersebut umumnya masih menjadi TKI ilegal, karena tidak melaporkan keberadaan mereka ke Kedubes RI di Malaysia. Sehingga dikhawatirkan rentan terhadap berbagai masalah perlindungan tenaga kerja di sana.
Menurut dia keengganan TKI melaporkan diri ke Kedubes RI memang masih tinggi, sekalipun umumnya disadari mereka hal tersebut diperlukan untuk kemanan dan perlindungan mereka. Saat ini TKI yang tercatat resmi jumlahnya 1,08 juta, sedangkan yang tidak resmi diperkirakan mencapai 1,5 juta orang.
“Kasus paling banyak, kurang lebih 60% adalah gaji yang tidak dibayarkan. Tanpa dokumen resmi, kasus-kasus tersebut sulit untuk ditangani. Malah dengan dokumen yang kurang lengkappun, masih bisa menimbulkan masalah. Misalnya saat ini ada kurang lebih 13 juta ringgit (Rp 55 miliar) , dana santunan untuk para TKI korban kecelakaan kerja yang sulit diambil,” katanya.
Sementara Kepala Disnakertrans Jabar, Hening Widiatmoko mengatakan acara sosialisasi tersebut merupakan upaya terobosan yang dilakukan Pemprov Jabar, untuk meningkatkan kualitas pelayanan dan kemanan penempatan TKI asal Jabar di berbagai negara yang menjadi tujuan penempatan.
“Beruntung, hari ini kami bisa mendapatkan banyak informasi mengenai berbagai isu-isu aktual seputar penempatan TKI, sekaligus dari Arab Saudi dan Malaysia. Sehingga para stake-holder penempatan TKI Jabar memiliki perbandingan kondisi,” katanya.
Menurut Hening, diantarnya adalah masalah moratorium TKI di Malaysia yang sudah selesai dan moratorium TKI di Arab Saudi yang masih berlangsung. Dengan berbagai informasi-informasi terbaru, berbagai stake-holder TKI bisa lebih fokus dan lebih memahami. apa yang harus mereka persiapkan untuk TKI Jabar. (A-135/A-89)***
---------------------
Peta:
(A) Kuala Lumpur - (B) Industri Pesawat Jaya Sdn. Bhd., Kawasan Perindustrian Perai, Perai, Butterworth, Penang = 337 km
----------------------
Uploaded on Mar 29, 2011
lokasi projek : Sungkai, Perak
objektif : membangunkan R&D termaju ketenteraan
"Ia satu komitmen antarabangsa dan setakat ini penglibatan syarikat-syarikat pertahanan dari Eropah, Amerika Utara, Korea Selatan dan Jepun memperlihatkan petanda yang baik. Jangkaan awal jumlah pelaburan sebanyak AS$ 1 bilion (RM3.3 bilion) akan dapat dilihat dalam waktu terdekat.
"Bagi tempoh lima tahun pertama, kita sasar pelaburan berjumlah AS$ 5 bilion (RM15.3 bilion) sebaik syarikat multinasional mula melabur," katanya selepas menyaksikan perjanjian persefahaman antara Masterplan Consulting Sdn. Bhd. dengan Blenheim Capital
website rasmi : http://mdstp.com.my
objektif : membangunkan R&D termaju ketenteraan
"Ia satu komitmen antarabangsa dan setakat ini penglibatan syarikat-syarikat pertahanan dari Eropah, Amerika Utara, Korea Selatan dan Jepun memperlihatkan petanda yang baik. Jangkaan awal jumlah pelaburan sebanyak AS$ 1 bilion (RM3.3 bilion) akan dapat dilihat dalam waktu terdekat.
"Bagi tempoh lima tahun pertama, kita sasar pelaburan berjumlah AS$ 5 bilion (RM15.3 bilion) sebaik syarikat multinasional mula melabur," katanya selepas menyaksikan perjanjian persefahaman antara Masterplan Consulting Sdn. Bhd. dengan Blenheim Capital
website rasmi : http://mdstp.com.my
0 comments:
Posting Komentar