powered by Google

Kawasan Ekonomi Khusus Maloy - Sentra Koridor Ekonomi Kalimantan

Sabtu, 09 Maret 2013

Kawasan Ekonomi Khusus Maloy - Sentra Koridor Ekonomi Kalimantan

Jakarta | Rabu, 24 Oct 2012
N. Syamsuddin CH. Haesy
Catatan N. Syamsuddin Ch. Haesy


TINGGALKAN sesaat ihwal Blok Mahakam. Kita tengok sisi lain Kalimantan Timur. ProvinsiBenua Etam, itu tengah bergerak, mengambil posisi sebagai sentra strategis pertumbuhan ekonomi Indonesia masa depan. Pergerakan itu, sesuai MP3EI (Master Plan Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia).

Dua hari ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) berkunjung ke Balikpapan, gerbang utama Kaltim. Di kota bersimbah batubara, itu Presiden SBY menerima laporan perkembangan proyek pengembangan bandar udara internasional Sepinggan.

Lantas, melakukan ground breaking beberapa proyek pendukung program MP3EI ‘“ koridor Kalimantan. Salah dua di antaranya adalah proyek Pelabuhan Cargo Internasional Kariangau dan proyek kawasan industri dan pelabuhan internasional Maloy.

Beberapa waktu lalu, sebelum melakukan bor piling pembangunan lintasan kendaraan gedung induk bandara Sepinggan, Gubernur Kalimantan Timur, Awang Faroek berbincang banyak hal kepada Jurnal Nasional. Terutama, ihwal Kawasan Ekonomi Khas Maloy, yang diusulkannya menjadi Maloy Trans Kalimantan Economic Zone (MTKEZ). Kawasan seluas 32.800 hektare, itu kelak menjadi bagian integral dari postur konektivitas nasional.

Kawasan ini, salah satu sentra penting koridor ekonomi Kalimantan yang terintegrasi. Meliputi KIPI Maloy (5.305 ha). TKEZ (26.500), dan Kawasan Industri Kimia Batuta Coal Industrial Port ‘“ BCIP (1.000 ha), yang terletak di Kecamatan Sangkurilang, Kaliorang, dan Bengalon (Lubuk Tutung) ‘“ Kabupaten Kutai Timur.

MKTEZ, menurut Awang Faroek Ishak ‘“ Gubernur Kaltim, direncanakan sebagai zona industri berbasis makanan dan non makanan, serta oleochemical. Kawasan ini disiapkan untuk memacu perkembangan perekonomian di wilayah Timur dan Utara Kaltim.

“Dengan begitu, akan terjadi penyebaran sentra pertumbuhan, yang mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terutama, karena mendorong pemerataan pembangunan,‘ jelas Faroek.
Menjawab pertanyaan JurnalNasional, Awang Faroek menjelaskan, kesemua itu berpijak padagrand strategy pembangunan ekonomi Pemrov Kaltim, yang berorientasi kepada pembangunan berkeadilan dan berkelanjutan. Antara lain dengan mengembangkan industri eksisting, seperti migas, batubara, pupuk, dan crude palm oil (CPO).

Gubernur menegaskan, Kaltim berambisi menjadi sentra industri CPO di Indonesia. Ambisi ini terkait pula dengan rencana besar menjadikan Kaltim sebagai sentra industri berbasis pertanian. Itu sebabnya, dia mendorong perluasan areal untuk kelapa sawit. Itu sebabnya, Faroek sangat concern dengan aksi reklamasi lahan-lahan bekas tambang. Sikap ini, dipandang sebagai bagian dari strategi land function dissolve dari pertambangan ke perkebunan.

Upaya menjadikan MRKEZ sebagai kawasan ekonomi khusus, ungkap Faroek, dilakukan dengan meningkatkan daya saing investasi. “Potensi Kaltim dari aspek geografis, sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan komitmen pemerintah, sangat memadai untuk menjadikan Kaltim sebagai tujuan investasi,‘ ujarnya, sambil makan tengah hari dengan Direktur Utama Angkasa Pura I, Tommy Soetomo.

Faroek optimistis, MTKEZ itu dapat mewujud, karena dukungan kawasan industri lainnya, yang tersebar di Balikpapan (Kawasan Industri Kariangau), Samarinda (Kawasan Perdagangan dan Jasa), Bontang (Kawasan Industri Migas dan Kondensat), Berau (Kawasan Industri Pariwisata), dan Bulungan (Delta Kayan Food Estate). Belum lagi dukungan bandara Sepinggan yang sedang dikembangkan, dan akan selesai pada 2013, sebagai salah satu bandara besar di timur Indonesia. Juga dukungan pelabuhan internasional Maloy, yang terletak di lintasan alur laut kepulauan Indonesia II.

Seperti diketahui, alur laut kepulauan Indonesia II, ini merupakan lintasan laut perdagangan internasional, di kawasan Pacific Rim, yang sering dikatakan sebagai sentra ekonomi dunia masa depan. Kepada JurnalNasional, Faroek mengatakan, pembangunan KIPI Maloy, berpijak pada Peraturan Presiden No.32/2012 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Koridor Ekonomi Kalimantan. Yaitu, koridor yang berfungsi sebagai Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang dan Lumbung Energi Nasional. Untuk membangun dan mengembangkan KIPI Maloy, diperlukan investasi sebesar Rp4,771 triliun, dengan luas kawasan 5.305 hektare.

N. Syamsuddin Ch. Haesy

0 comments:

Posting Komentar

Pencarian

10 Halaman Favorit

  © Blogger template On The Road by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP