Timor-Leste Sudah Menyusul Indonesia?
Oleh: Faisal Basri
Tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk Timor-Leste berdasarkan gross domestic product (GDP) per kapita yang telah disesuaikan dengan purchasing power parity (PPP) dalam international US$ adalah sebesar US$1.709, sepertiga dari Indonesia yang besarnya US$4,956.[1]
Namun, jika menggunakan indikator Gross National Income (GNI) per
kapita berdasarkan PPP, Timor-Leste sejak tahun 2007 telah menyusul
Indonesia.
Data terakhir yang tersedia tahun 2012, GNI per kapita
Timor-Leste sebesar US$6.230 sedangkan Indonesia sebesar US$4,730.[2]
Ketika masih menjadi bagian dari Indonesia, Timor Timur tergolong
provinsi dengan persentase penduduk miskin terbesar bersama Nusa
Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Papua. Setelah berpisah dengan
Indonesia, Timor Timur bisa melaju lebih kencang, sedangkan tetangga
terdekatnya, Nusa Tenggara Timur, masih saja dengan status provinsi yang
persentase penduduk miskinnya tertinggi setelah Papua dan Papua Barat.
Sebagai negara yang relatif baru membangun dengan penduduk hanya 1,2
juta jiwa, Timor-Leste masih banyak menghadapi keterbatasan.
Namun, negeri ini bisa belajar banyak dari keberhasilan dan kegagalan
negara lain, termasuk Indonesia, sehingga terbuka peluang untuk maju
lebih cepat. Majalah Economist edisi terbaru mencantumkan
Timor-Leste sebagai salah satu dari 10 negara yang diproyeksikan bakal
mengalami pertumbuhan ekonomi paling cemerlang tahun 2014.[3]
Anggapan bahwa Timor-Leste bisa tumbuh tinggi karena relatif baru
merdeka dan berawal dari tingkat yang rendah tidak cukup kuat. Di
jajaran 10 besar ada Mongolia, Tanzania, Irak, Laos, dan Macau. Jika
alasannya karena perekonomian Timor-Leste relatif sangat kecil, buktinya
banyak perekonomian yang ukurannya kecil mengalami perkembangan
tersendat-sendat. Bermuda dan Puerto Rico, misalnya, masuk dalam
kelompok 10 besar yang pertumbuhannya tahun 2014 diproyeksikan paling
buruk. Sebaliknya, negara sangat besar bisa juga tumbuh tinggi seperti
China.
Pertumbuhan ekonomi Timor-Leste pada mulanya berfluktuasi tajam
karena ketergantungan perekonomiannya terhadap minyak dan kopi. Laju
inflasi cukup tinggi, hampir selalu dua digit. Penyebab utamanya adalah
persoalan supply bottlenecks. Walau demikian, sejak 2007
pertumbuhan ekonomi tidak lagi berfluktuasi tajam, bahkan hampir selalu
di atas 10 persen dan diperkirakan berlanjut hingga tahun 2015.
Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya setelah pemilihan umum yang
lalu, sejumlah inisiatif telah digulirkan untuk memperkokoh landasan
bagi pertumbuhan berkelanjutan, seperti pelayanan satu atap dalam
perizinan usaha, penyiapan undang-undang pertanahan, menghapuskan
monopoli di jasa telekomunikasi dengan kehadiran dua pelaku baru,
pembenahan bandara, dan konsultasi publik tentang undang-undang
pertambangan. Jika Timor-Leste diuntungkan oleh keputusan arbitrase atas
the maritime treaty yang mengatur the greater sunrise gas and
condensate field, masa depan penerimaan negara dari sektor migas bakal
lebih pasti. Jika di Indonesia kekayaan minyak sudah menjelma menjadi
semacam “kutukan”, bagi Timor-Leste sangat berpotensi sebagai “berkah”.
The Petroleum Fund, yang merupakan sovereign wealth funds
negara, sudah mencapai 14 miliar dollar AS pada Juli 2013, naik dari
11,8 miliar dollar AS pada akhir 2012. The Petroleum Fund relatif cepat
mengakumulasi karena hanya sebagian kecil penerimaan Negara dari minyak
yang dialirkan ke anggaran Negara bagi kebutuhan generasi sekarang.
Sebagian besar sisanya dikelola untuk kepentingan generasi yang akan
datang demi menegakkan keadilan antargenerasi.
Untuk kasus Indonesia, seluruh penerimaan minyak (bagi hasil minyak
dan pajak keuntungan perusahaan minyak) yang pada tahun 2012 sebesar Rp
177 triliun habis dibelanjakan, bahkan masih kurang untuk menutup
subsidi BBM sebesar Rp 240 triliun. Hal lain yang patut dikagumi dari
Timor-Leste adalah kesungguhan pemerintah melindungi rakyatnya dari
goncangan eksternal dan internal. Social protection index versi
Asian Development Bank Timor-Leste menunjukkan Timor–Leste berada di
urutan ke-11, jauh di atas Indonesia yang tercecer di urutan ke-27 dari
35 negara di Asia. Pemerintah Timor-Leste tak menunggu kaya untuk
melindungi rakyatnya dari goncangan gelombang globalisasi yang juga
merasuki negeri tetangga terdekat kita.
Kita sepatutnya cepat sadar akan kesalahan di masa lalu, mau mengubah
pola pikir yang mengedepankan kepentingan rakyat banyak dan menegakkan
keadilan.
Informasi tambahan Timor-Leste (Indonesia):
Jumlah penduduk 1,2 juta jiwa (246,9 juta jiwa)
Pertumbuhan penduduk 2,9 persen (1,2 persen)
Luas daratan 14.870 km2 (1.904.570 km2)
GDP (PPP, international $) $2,1 miliar ($1,2 triliun)
GDP per kapita (PPP, international $) $1.709 ($4.956)
[1]
World Bank, “East Asia and Pacific Economic Update: Rebuilding Policy
Buffers, Reinvigorating Growth,” October 2013, hal. 89-92 dan 127-129.
[2] Data diambil dari World Bank, World Development Indicators.
[3] GDP forecasts, The Economist, Vol. 410, No. 8868, January 4th 2014, hal. 69.
Sumber: faisalbasri01.wordpress.com
Read more...