Pemenang Kehidupan adalah Orang Yang Tetap Sejuk di Tempat Yang Panas
Rabu, 26 Februari 2014
Mungkin tulisan berikut ini dapat memberikan inspirasi....
Penjualnya ternyata melayani dengan buruk. Mukanya pun cemberut.
Orang pertama jelas jengkel menerima layanan seperti itu.
Yang mengherankan, orang kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjual itu.
Lantas orang pertama itu bertanya kepada sahabatnya,
"Hei. Kenapa kamu bersikap sopan kepada penjual yang menyebalkan itu?"
Sahabatnya menjawab, "Lho, kenapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak? Kitalah sang penentu atas kehidupan kita, bukan orang lain".
"Tapi dia melayani kita dengan buruk sekali", bantah orang pertama. Ia masih merasa jengkel.
"Ya, itu masalah dia. Dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk, dan lainnya, toh itu enggak ada kaitannya dengan kita.
Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur dan mempengaruhi hidup kita.
Padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri sendiri".
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita.
Kalau mereka melakukan hal yang buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi.
Kalau mereka tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi.
Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba2 jadi sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang itu.
Mengapa tindakan kita harus dipengaruhi oleh orang lain?
Mengapa untuk berbuat baik saja, kita harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?
Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain kepada kita menentukan cara kita bertindak!
Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik.
Pemenang kehidupan adalah orang yang tetap sejuk di tempat yang panas, yang tetap manis di tempat yang sangat pahit, yang tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar, serta tetap tenang di tengah badai...
Belakangan ini, kelihatannya kapasitas Jak/Sin/Jak, agak berlebihan. Mereka sering sekali membatalkan satu atau lebih dari 6 penerbangan per hari. Jadi kalau saya ke Jakarta dengan JT 151 20:00 dibatalkan, saya dipindah ke JT 159 21:20. Kalau datangnya agak pagian, saya bisa minta mereka rubah ke JT 161 19:00. Tidak perlu marah, tidak perlu kesal. Saya juga punya kebiasaan untuk cek jadwal dulu lewat internet ada perubahan atau pembatalan sebelum pergi ke airport, jadi sudah antisipasi harus bagaiman nantinya.
Memang kadang-kadang dapat yang judes, seperti awal tahun ini saya bawa koper 18kg, mereka bilang tidak bisa karena peraturan hanya boleh 15kg. Saya bilang sejak kapan? Dia menjawabnya sejak January 2014. Betul juga, saya baru baja di website LionAir ada aturan baru, tapi, siapa sih yang baca? Jadi aja saya harus bongkar koper, keluarin yang agak berat (buku dan majalah), taruh di ransel PC saya. Koper sekarang dibawah 17kg, dan si judes mau menerimanya tanpa harus bayar excess baggage. Ya kembali, mereka masih bau kencur dalam hal pelayanan.
Jadi kalau saya melihat masalah-masalah di LionAir, sering kali karena tidak ada level "super-supervisor" yang bisa jadi wasit penentu. Dalam case anda, kelihatannya ada dua interpretasi yang berbeda. Yang melakukan booking/check-in dari Medan seharusnya memberi tahu Jakarta bahwa ada penumpang yang telat. Mereka "assume" bahwa Jakarta mengerti. Yang di Jakarta, business as usual. Ada tempat kosong, kasih saja dengan first come first basis. Yang masih "open question" adalah kenapa mereka mengatakan penumpang sudah boarded padahal baru check-in? Ini yang harus mereka selidiki. Aturan sudah jelas, kalau ada yang check-in dan tidak board/naik ke pesawat, manifest harus di update. Kalau tidak, mereka bisa kena penalty.
Regards,
Deva